Sumber: Kibarkan Tinggi Panji Revolusi. Yayasan "Pembaruan", Jakarta, 1964. Scan PDF Brosur "Kibarkan Tinggi Panji Revolusi"
Terlebih dulu saya ingin menyatakan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para hadirin, kepada pimpinan Sekolah Partai Tinggi di bawah CC PKT ini, kepada para guru dan para mahasiswa yang telah mengundang saya untuk memberikan ceramah dan telah bersedia mendengarkan ceramah saya hari ini. (tepuk tangan hangat).
Kenyataan diadakannya ceramah ini membuktikan bahwa kawan-kawan mempunyai perhatian dan kecintaan kepada perjuangan rakyat Indonesia dan PKI, sebagaimana halnya kaum Komunis Indonesia dan rakyat pekerja Indonesia mempunyai perhatian dan kecintaan yang mendalam terhadap Revolusi Tiongkok dan PKT. (tepuk tangan riuh).
Adalah tugas kita yang tidak dapat dilalaikan untuk saling mengenal keadaan masyarakat, revolusi dan Partai kita masing-masing. Hanya dengan terus-menerus memperbaharui pengenalan kita, maka akan dapatlah kita senantiasa meremajakan rasa persatuan, rasa persahabatan dan solidaritas Marxis-Leninis kita. (tepuk tangan riuh).
Pada kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan salam hangat kaum Komunis yang sekarang jumlahnya lebih dari 2,5 juta (tepuk tangan riuh) dan Rakyat pekerja Indonesia kepada kawan-kawan sekalian. (tepuk tangan).
Dalam ceramah yang saya beri judul “Revolusi Indonesia dan tugas-tugas mendesak PKI” saya hanya akan mengemukakan beberapa segi yang sangat penting saja.
Sesuai dengan penyimpulan sementara dan berdasarkan pandangan bahwa perkembangan suatu masyarakat bukanlah ditentukan oleh ide-ide subjektif, tetapi oleh perkembangan cara produksi syarat-syarat kehidupan materiil manusia, maka periodisasi sejarah perkembangan masyarakat Indonesia dalam garis besarnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
Untuk mengenal keadaan masyarakat Indonesia sekarang sebagai landasan penyusunan strategi dan taktik revolusi Indonesia, saya tidak akan membahas seluruh periodisasi sejarah perkembangan masyarakat Indonesia sejak jaman komune primitif. Cukuplah kiranya jika saya kemukakan 3 periode terakhir dr perkembangan masyarakat Indonesia. Ini pun hanya garis-garis besarnya saja.
a. Periode kolonial dan setengah feodal (dari akhir abad 19 – Revolusi Agustus 1945)
Dalam periode ini Indonesia sepenuhnya dijajah oleh imperialisme Belanda dan selama perang dunia ke II oleh fasisme Jepang yang melakukan penindasan politik dan penghisapan ekonomi dengan kejam. Cabang ekonomi yang vital dikuasai oleh modal monopoli asing. Bagi imperialis Belanda dan Jepang serta imperialis-imperialis lain, Indonesia sepenuhnya berfungsi sebagai tanah jajahan, yakni sebagai sumber bahan mentah, sumber tenaga murah, pasaran hasil produksi negeri-negeri imperialis, tempat penanaman kapital, dan sumber umpan peluru perang-perang imperialis. Kebudayaan pada pokoknya diabdikan pada imperialisme dan feodalisme di samping tumbuhnya kebudayaan yang diabdikan pada perjuangan Rakyat.
Sebagai akibat dari meluasnya ekspor-kapital, kapitalisme masuk jauh ke desa-desa. Hubungan-hubungan ekonomi feodal dirusak, sistem ekonomi tidak lagi ekonomi alamiah, melainkan ekonomi barang dagangan yang berangsur-angsur menjadi berkuasa. Sistem feodal tidak lagi berdiri sendiri dan hanya dapat hidup berkat sokongan imperialis. Feodalisme sudah tidak penuh, tinggal sisa-sisanya. Inilah keadaan setengah feodal.
Dalam periode ini semua kelas, kecuali tuan tanah dan agen-agen imperialis, dirugikan oleh imperialisme. Pada permulaan periode ini lahirlah gerakan pembebasan nasional Indonesia. Sejak itu perjuangan Rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda dilakukan lewat berbagai bentuk organisasi perjuangan yang modern, seperti SS-Bond, VSTP, BO (Budi Oetomo), SI (Sarekat Islam), IP (Indische Partij), ISDV (Perhimpunan Sosial Demokratis Hindia) dsb. Bersamaan dengan lahir dan berkembangnya gerakan pembebasan nasional, maka lahir dan berkembanglah nasion Indonesia. Gerakan-gerakan melawan serbuan-serbuan kolonialisme Belanda sebelum itu merupakan gerakan dari perlawanan Rakyat setempat, tetapi belum merupakan gerakan nasional.
Dengan lahirnya PKI (23 Mei 1920) sebagai sintese daripada Marxisme dengan gerakan kelas buruh Indonesia, maka gerakan pembebasan nasional Indonesia telah menemukan intinya. Perjuangan Rakyat Indonesia untuk kemerdekaan semakin menghebat dan pada tahun 1926 terjadilah pemberontakan nasional yang pertama di bawah pimpinan PKI yang memberi pukulan kepada imperialisme Belanda. Kemudian setelah pemberontakan itu gagal, yang mengharuskan PKI bekerja di bawah tanah, lahirlah partai-partai politik nasionalis, seperti PNI (1927), dll. Presiden Sukarno dalam bukunya “Sarinah” antara lain menulis sebagai berikut : “imperialisme Belanda pada waktu itu baru saja mengamuk tabularasa di kalangan kaum Komunis, PKI dan Sarekat Rakyat dipukul dengan hebatnya, ribuan pemimpinnya dilemparkannya dalam penjara dan dalam pembuangan di Boven-Digul. Untuk meneruskan perjuangan revolusioner, maka saya mendirikan Partai Nasional Indonesia.”
Dengan inspirasi dari perjuangan Rakyat Indonesia yang revolusioner lahirlah dalam 1928 (28 Oktober) Sumpah Pemuda, yaitu kebulatan tekad pemuda Indonesia dari berbagai suku bangsa dan berbagai aliran politik, yang menyatakan bahwa mereka adalah berbangsa satu, berbahasa satu dan bertanahair satu, yaitu Indonesia. Peristima ini sangat penting bagi pertumbuhan nasion Indonesia dan merupakan jawaban yang tepat bagi politik pecah-belah kaum kolonialis Belanda.
Di bawah pendudukan fasis jepang Rakyat Indonesia lanjutkan perjuangan revolusionernya dengan melakukan sabotase-sabotase di perusahaan-perusahaan dan melancarkan pemberontakan-pemberontakan tani, antara lain di Singaparna, Indramayu, Tanah Karo, dll, pemberontakan-pemberontakan di kalangan militer, antara lain di Blitar, dan perlawanan-perlawanan di kalangan intelegensia, mahasiswa, pemuda dan pelajar. Semakin mendalam penderitaan Rakyat, perjuangan semakin sengit. Dan setelah Jepang menyerah kalah kepada negeri-negeri sekutu dalam perang dunia kedua, Rakyat Indonesia memperoklamasikan kemerdekaan nasionalnya pada tanggal 17 Agustus 1945, dan mendirikan sebuah republik.
b. Periode merdeka dan setengah feodal (dari 1945 – 1949)
Dengan proklamasi RI tanggal 17 Agustus 1945 Rakyat Indonesia telah merebut kekuasaan dari tangan kaum fasis Jepang. Dengan kekuasaan politik di tangan Rakyat Indonesia telah melakukan serentetan tindakan anti-imperialis, seperti menjadikan perusahaan-perusahaan penting miliki imperialis menjadi milik RI, menghapuskan pemerintahan dan badan-badan kolonial serta membentuk komite-komite nasional Indonesia (KNI) di pusat dan di daerah-daerah, membentuk badan-badan keamanan Rakyat dari pusat sampai ke desa-desa, dan di beberapa daerah membagikan tanah-tanah milik perkebunan imperialis kepada kaum tani dan sebagainya.
Dengan tindakan-tindakan yang bersifat anti-imperialis dan demokratis seperti itu di bidang politik dan ekonomi, maka di wilayah kekuasaan RI imperialisme tidak beroperasi secara langsung. Inilah keadaan merdeka yang dilahirkan Revolusi Agustus (1945 – 1948), meskipun kemerdekaan itu belum mantap dan belum terkonsolidasi. Beberapa bagian dari wilayah RI diduduki oleh tentara kolonial Belanda atau dikuasai oleh pemerintah-pemerintah boneka, agen-agen imperialisme Belanda. Rakyat Indonesia dalam periode ini terus melawan imperialisme Belanda di segala bidang untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI. Dalam pada itu musuh pokok yang lain, yaitu kelas tuan tanah feodal boleh dibilang tidak mengalami pukulan selama revolusi berlangsung, sehingga keadaan setengah feodal pada pokoknya tidak berubah. Inilah sebab pokok mengapa Revolusi Agustus 1945 tidak dapat diselesaikan sampai ke akar-akarnya.
Kegagalan Revolusi Agustus 1945 antara lain disebabkan karena faktor-faktor sebagai berikut.
Kegagalan Revolusi Agustus 1945 membuktikan bahwa burjuasi Indonesia tidak mampu memimpin revolusi burjuis demokratis pada jaman imperialisme atau revolusi burjuis demokratis tipe baru. Di smping itu kegagalan itu juga membuktikan bahwa proletarian Indonesia ketika itu belum mampu memimpin revolusi burjuis demokratis tipe baru mencapai kemenangan penuh. Proletariat Indonesia telah mengambil peranan penting dalam Revolusi Agustus 1945, baik di bidang kekuasaan negara, termasuk angkatan bersenjata, maupun di bidang-bidang lain.
Seperti sudah diketahui dalam bulan September 1948 pemerintah Hatta yang reaksioner telah melancarkan teror putihnya terhadap PKI, yang dikenal sebagai peristiwa Madiun. Dalam perjuangan menghadapi teror putih ini PKI telah kehilangan banyak pemimpinnya. Telah pernah saya katakan bahwa “PKI berada dalam Revolusi Agustus dalam keadaan di mana belum menyimpulkan pengalaman-pengalamannya mengenai front persatuan, di mana masih tetap tidak berpengalaman dalam pembangunan partai dan tidak pengalaman dalam perjuangan bersenjata.”
c. Periode setengah kolonial dan setengah feodal, atau belum merdeka penuh dan setengah feodal ( dari 1949 – sekarang)
Program PKI mengatakan, bahwa persetujuan KMB yang ditandatangani oleh pemerintah Hatta dan pemerintah Belanda pada tanggal 2 November 1949 menetapkan kedudukan Indonesia sebagai setengah jajahan. Apa yang dinamakan penyerahan keadulatan yang terjadi pada tanggal 27 Desember 1949, sesuai dengan persetujuan tersebut di atas, adalah persetujuan untuk menimbulkan lamunan di kalangan Rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah diberi kemerdekaan yang penuh dan bahwa penyerahan kedaulatan itu adalah nyata, penuh dan tak bersyarat. Sedangkan sebenarnya dengan penandatanganan persetujuan KMB pemerintah Hatta telah merestorasi kekuasaan kaum imperialis Belanda atas ekonomi Indonesia.
Tetapi gerakan pembebasan nasional dan gerakan demokratis Rakyat Indonesia tidak dapat dibendung. atas desakan massa Rakyat yang luas, maka dalam bulan April 1956 secara unilateral (sepihak) persetujuan KMB yang pincang dan khianat itu dapat dibatalkan dan kemudian juga “hutang” kepada Nederland dihapuskan secara unilateral oleh pemerintah Indonesia. Kemudian dengan kekuatan massa Rakyat yang lebih luas lagi berturut-turut telah diambilalih dan dinasionalisasi perusahaan-perusahaan milik modal monopoli Belanda (1957) dan telah dimasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan RI (1963). Tapi tindakan-tindakan yang positif anti-imperialis ini tidak berarti telah membawa pengubahan fundamental pada masyarakat Indonesia.
Sebagai bukti yang sejelas-jelasnya dari keadaan Indonesia yang belum merdeka penuh ialah kenyataan belum merdekanya Indonesia di lapangan ekonomi. Kaum imperialis, terutama imperialis Amerika Serikat, masih dapat menguasai bahan-bahan mentah Indonesia, menggali kekayaan pelikan Indonesia, dan menggunakan tenaga buruh Indonesia yang murah. Dengan demikian mereka menekan perkembangan industri nasional baik sektor negara maupun milik burjuasi nasional.
Apa yang hingga kini tersedia tentang angka-angka seluruh penanaman modal asing ialah laporan Whiter Engineering Corporation pada tahun 1952 sbb:
Modal Belanda (sebelum pengambilalihan) $ 1.470 juta
Modal Amerika Serikat $ 350 juta
Modal Inggris $ 262.5 juta
Modal Perancis dan Belgia $ 105 juta
Modal asing lainnya $ 52 juta
Jumlah $ 2.240 juta
Menurut pidato Menteri Luar Negeri Nederland, Luns, di PBB, pada tahun 1948 modal Belanda yang telah diambil alih di Indonesia berjumlah kurang lebih $ 1200 juta. Dengan demikian, seandainya angka Luns ini benar dan tidak ada investasi baru, maka penanaman modal asing di Indonesia sekarang berjumlah $ 2240 juta - $ 1200 = $ 1040 juta. Keadaan sebenarnya ialah bahwa modal imperialis, terutama modal kaum imperialis Amerika Serikat, belakangan ini semakin bertambah dengan investasi-investasi baru. Sejak tahun 1945 terdapat tambahan penanaman modal AS di perusahaan-perusahaan minyak bumi sebagai berikut: Shell tambah $ 84 juta; Stanvac $ 40 juta; dan Caltex $ 47 juta. Sedangkan yang berupa “bantuan ekonomi” AS menurut duta besar AS Jones kepada Men’s Association sejak tahun 1950 sudah berjumlah $ 639 juta. Menurut dugaan angka-angka yang tersedia ini adalah di bawah angka-angka yang sebenarnya. Seperti kawan-kawan ketahui penanaman modal asing di negeri-negeri seperti Indonesia dan “bantuan ekonomi” imperialis merupakan bentuk-bentuk dari neo-kolonialisme. Neo-kolonialisme keras dilawan oleh Rakyat-rakyat Asia, Afrika dan Amerika latin, jadi juga oleh Rakyat Indonesia.
Dengan bantuan kaum komprador dan kaum kapitalis birokrat, kaum imperialis telah menggerowoti ekonomi sektor negara dan sampai taraf tertentu berhasil memasukkan jarum neo-kolonialisme di bidang ekonomi Indonesia lewat apa yang dinamakan “program stabilisasi ekonomi” menurut pola AS baik langsung maupun lewat apa yang dinamakan DMI (Dana Moneter Internasional, IMF). Dengan demikian ekonomi Indonesia menjadi sangat tergantung pada sistem ekonomi dunia kapitalis. Setelah imperialisme Belanda diusir dari hampir semua lapangan ekonomi dan dari Irian Barat, maka imperialisme AS telah menggantikan kedudukan imperialisme Belanda sebagai musuh Rakyat Indonesia yang nomor satu dan paling berbahaya.
Kenyataan di desa-desa Indonesia menunjukkan bahwa hubungan agraria masih bersifat feodal sedangkan kaum tani berada dalam keadaan tergantung pada tuan tanah feodal, seperti terbukti:
Pertama, adanya hak monopoli tuan-tuan tanah atas milik tanah yang dikerjakan oleh kaum tani yang tidak bertanah.
Tujuan pokok dari perjuangan PKI dan kaum tani sekarang ialah melenyapkan hak monopoli atas tanah oleh tuan tanah dan melaksanakan semboyan “tanah untuk petani”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kader-kader gerakan tani di berbagai desa di Indonesia menunjukan derajat pemusatan antara lain sebagai berikut :
|
Tuan tanah |
tani miskin & buruh tani |
||
|
(penduduk) |
(tanah) |
(penduduk) |
(tanah) |
Karangduren (Jember) |
6% |
31% |
64% |
17% |
Leuwigajah (Batujajar) |
12.5% |
83.48% |
87.5% |
16.52% |
Kedua, pembayaran sewa tanah dalam ujud barang kepada tuan tanah yang merupakan 50% atau lebih dari hasil panen kaum tani, telah mengakibatkan kemelaratan bagian terbesar kaum tani.
Menghadapi penghisapan tuan tanah ini gerakan revolusioner menuntut pembagian yang lebih baik bagi kaum tani, yang biasa dinyatakan dengan angka 6:4, artinya paling sedikit 6 bagian untuk kaum tani yang menggarap dan paling banyak 4 bagian untuk yang memiliki tanah.
Ketiga, sistem sewa tanah dalam bentuk kerja di tanah tuan tanah telah menempatkan kaum tani dalam kedudukan hamba, seperti melakukan kerja rodi dan bentuk-bentuk kerja paksa lainnya.
Keempat, adanya tumpukan hutang-hutang yang menjerat batang leher bagian terbesar kaum tani dan yang menempatkan mereka dalam kedudukan budak terhadap pemilik-pemilik tanah dan terhadap lintahdarat-lintahdarat seperti bunga pinjaman rata-rata 10-100% sebulan, atau bentuk ijon dengan rata-rata 25-50% daripada harga panen dan sebagainya.
Sebagai hasil kombinasi perjuangan revolusioner kaum tani dan perjuangan kaum revolusioner dalam parlemen telah dihasilkan UUPBH (Undang-undang Perjanjian Bagi Hasil) dan UUPA (undang-undang pokok agraria). Pelaksanaan undang-undang tersebut sangat lambat dan mengalami banyak sabotase, meskipun kedua undang-undang tersebut baru membatasi dan belum sampai menghapuskan penghisapan feodal di desa-desa. PKI menyokong pelaksanaan kedua undang-undang sambil menerangkan kepada kaum tani program agraria PKI sendiri.
Dengan demikian masyarakat Indonesia dewasa ini masih bersifat setengah kolonial dan setengah feodal, atau juga sering kami nyatakan masyarakat yang belum merdeka penuh dan setengah feodal. Penggunaan perumusan “belum merdeka penuh” menunjukkan suatu pengertian bahwa di satu pihak Indonesia bukannya negeri yang tidak merdeka sama sekali, dan di pihak lain Rakyat terus berjuang untuk merebut kemerdekaan nasional yang penuh.
Setelah kita mengenal sifat masyarakat Indonesia, dapatlah kita membahas tentang soal-soal pokok revolusi Indonesia. proses pengenalan PKI terhadap revolusi Indonesia berarti suatu proses pengenalan PKI terhadap soal-soal pokok revolusinya, yaitu terhadap sasaran, tugas, kekuatan-kekuatan, watak dan perspektif dari revolusi Indonesia. hal ini mulai dirumuskan dalam kongres Nasional ke V PKI, th 1954. Maka itu sering dikatakan sebagai berikut: “…Dengan Kongres ini, Partai yang mulai meningkat dewasa sejak resolusi Jalan Baru menjadi Partai yang sepenuhnya dewaka karena telah menjawab semua masalah penting dan pokok daripada revolusi Indonesia dan telah mempunyai pengertian yang lengkap tentang teori revolusi Indonesia, sebagai perpaduan kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia.” (Pelajaran dari Sejarah PKI, hal. 16) (tepuk tangan riuh).
Kekuatan revolusi Indonesia terdiri dari semua kelas dan golongan yang mengalami penindasan dari imperialisme dan feodalisme. Mereka adalah kelas proletar (kelas buruh), kaum tani, burjuasi kecil, burjuasi nasional dan elemen-elemen demokratis lainnya. Merekalah yang harus bersatu dalam satu front persatuan nasional yang berbasiskan persekutuan buruh dan tani dan dipimpin oleh kelas buruh melawan imperialisme dan feodalisme. Sedangkan kekuatan pendorong atau kekuatan penggerak revolusi Indonesia adalah kelas buruh, kaum tani, burjuasi kecil dan elemen-elemen demokratis lainnya yang dirugikan oleh imperialisme dan konsekuen melawan imperialisme. Merekalah yang juga merupakan kekuatan progresif di Indonesia, karena mereka konsekuen dalam revolusi yang anti-imperialis dan anti-feodal, karena mereka adalah Rakyat pekerja dan karena mereka dapat menerima Sosialisme. Sedangkan kekuatan pokok dari revolusi Indonesia ditinjau dari vitalnya dan besar jumlahnya adalah kaum tani.
Setelah jelas mengenai kekuatan revolusi, kekuatan pendorong serta kekuatan pokok revolusi dan kekuatan-kekuatan penghalangnya, maka dalam masyarakat Indonesia terdapat 3 kekuatan, yaitu kekuatan kepala batu (penghalang atau sasaran revolusi), kekuatan tengah dan kekuatan progresif, yang masing-masing mempunyai konsepnya terhadap revolusi Indonesia. garis politik PKI dalam menghadapi 3 kekuatan itu ialah: dengan sekuat tenaga dan tak jemu-jemunya mengembangkan kekuatan progresif, bersatu dengan kekuatan tengah dan memencilkan kekuatan kepala batu. Pelaksanaan garis politik ini adalah sangat penting dalam mengubah imbangan kekuatan dalam masyarakat Indonesia. Hingga sekarang pelaksanaannya adalah sesuai dengan apa yang digariskan ini, yaitu kekuatan progresif bertambah besar, persatuan nasional bertambah kuat dan kaum reaksioner makin terpencil. Prinsip bersatu dan berjuang dengan burjuasi nasional dalam front persatuan nasional untuk melawan imperialisme dan feodalisme telah terwujud dalam kegiatan praktis para kader dan anggota PKI di berbagai bidang kehidupan dan perjuangan revolusioner di Indonesia.
Watak Revolusi Indonesia pada tingkat sekarang adalah burjuis demokratis dan bukan proletar-sosialis. Tapi revolusi burjuis demokratis Indonesia tidak lagi termasuk tipe lama, dan bukan merupakan bagian dari revolusi burjuis demokratis dunia yang sudah usang, ia sudah merupakan tipe baru dan menjadi bagian dari revolusi proletar sosialis dunia yang dengan konsekuen melawan imperialis. Revolusi Indonesia berwatak burjuis karena ia tidak menghapuskan hak milik perseorangan atas alat-alat produksi, bahkan berkewajiban memberikan milik tanah kepada kaum tani dan memberikan dorongan untuk perkembangan pengusaha-pengusaha nasional dalam usaha melepaskan diri dari ketergantungan imperialis. Revolusi Indonesia bersifat demokratis karena melawan feodalisme dan menciptakan hak-hak demokratis bagi seluruh Rakyat.
Karena revolusi Indonesia berwatak borjuis demokratis tipe baru, maka adalah menjadi tugas sejarah bagi proletariat untuk memainkan peranan kepeloporannya. Mengenai masalah ini sidang pleno I CC PKI dari Kongres Nasional ke VII mengemukakan bahwa masalah adanya Partai pelopor tidak dapat ditentukan oleh kehendak subjektif satu orang atau oleh undang-undang. Meskipun secara objektif Partai kelas buruh memikul tugas untuk menjadi pelopor, namun kepeloporan ini tidak dapat didapat dengan gratis. Untuk dapat menjadi pelopor maka kelas buruh dan PKI harus mengabdi kepada kepentingan Rakyat secara mutlak, melakukan perjuangan setia tanpa batas untuk kepentingan Rakyat,, bersedia berkorban dan membela kepentingan Rakyat dengan keberanian yang luar biasa. Dengan menarik pelajaran dari ajaran Kawan Mao Cetung tentang syarat-syarat untuk memainkan peranan pelopor dalam revolusi yang antara lain: jika “semboyan-semboyan politik dasar sesuai dengan perkembangan sejarah”, jika Partai telah “menjadi teladan dalam melaksanakan tujuan tersebut”, jika “telah membentuk persekutuan yang tepat dengan sekutu-sekutunya dan mengembangkannya serta mengkonsolidasinya”, jika telah “meluaskan Partai Komunis yang bulat dalam ideologi dan berdisiplin keras” (Mao Cetung, Selected Works Vol. I, p.270), maka dapatlah dinyatakan bahwa akhir-akhir ini kelas buruh Indonesia dan PKI telah memenuhi syarat-syarat tersebut. (tepuk tangan riuh). Sudah tentu syarat-syarat yang sudah dipenuhi ini harus terus-menerus diperkuat.
Setelah jelas watak revolusi Indonesia, maka nyatalah bahwa perspektif Revolusi Indonesia adalah Sosialisme dan Komunisme dan bukan kapitalisme. (tepuk tangan). Hal ini tidak hanya ditandai oleh jaman kita sekarang sebagai jaman peralihan ke Sosialisme, tetapi secara kongkrit di Indonesia sedang dilangsungkan perjuangan revolusioner untuk memenangkan revolusi burjuis demokratis tipe baru atau revolusi demokrasi Rakyat atau juga revolusi nasional demokratis sebagai tahap pertama dari revolusi untuk kemudian dilanjutkan dengan revolusi sosialis atau tahap kedua dari Revolusi Indonesia. Gerakan revolusioner Indonesia yang dipimpin oleh PKI dewasa ini merupakan gerakan revolusioner yang komplit, yang bertugas untuk menyelesaikan dua tingkat revolusi, yaitu yang demokratis sebagai persiapan untuk yang sosialis, dan yang sosialis sebagai lanjutan daripada yang demokratis. (tepuk tangan).
Bagi Rakyat Indonesia tidak ada jalan lain kecuali jalan ke Sosialisme. Jalan ke kapitalisme sudah buntu, karena baik Rakyat pekerja Indonesia maupun kaum imperialis tidak akan membiarkan ditempuhnya jalan ini. Rakyat pekerja Indonesia tidak membiarkannya, karena bagi mereka Indonesia yang setengah jajahan atau neo-kolonialis adalah satu-satunya yang cocok. Kaum imperialis tidak akan membiarkan kaum kapitalis Indonesia berkembang secara bebas, karena perkembangan demikian berarti membiarkan lahirnya dan menjadi kuatnya penyaing-penyaing yang tidak disukai. Oleh karena itu kaum kapitalis Indonesia hanya dianggap patut untuk menjadi komprador kaum imperialis. Menempuh jalan setengah jajahan atau neo-kolonial, artinya meneruskan keadaan sekarang, juga tidak mungkin, karena seluruh Rakyat, khususnya Rakyat pekerja telah mendidih menghendaki adanya perbaikan keadaan, sedangkan perbaikan keadaan hanya mungkin jika menempuh jalan sosialisme.
Untuk menempuh jalan ke Sosialisme, maka kewajiban PKI ialah menegakkan, memperkokoh dan mengkonsolidasi peranan kepeloporan proletariat dalam Revolusi Indonesia. Inilah jalannya agar revolusi nasional-demokratis Indonesia sekarang benar-benar menjadi bagian dari revolusi proletar sosialis dunia dan dengan demikian terjamin pula bahwa perspektif revolusi Indonesia adalah Sosialisme dan Komunisme.
Mengingat bahwa perspektif Revolusi Indonesia adalah Sosialisme maka jelaslah bahwa Indonesia termasuk dalam kekuatan baru yang sedang tumbuh, dalam the new emerging forces, bersama dengan negeri-negeri baru merdeka yang anti-imperialis dan anti-kolonial lainnya, negeri-negeri kubu sosialis dan kekuatan progresif lainnya yang terdapat di seluruh dunia. Tiap pertumbuhan dari salah satu kekuatan baru tersebut harus didukung dan dibantu. Semboyan yang diajukan oleh Komintern dan disetujui oleh W.I. Lenin: “Kaum buruh semua negeri dan nasion-nasion tertindas, bersatulah!” kini telah menjadi kebutuhan kongkrit dari the new emerging forces untuk dikibarkan tinggi dalam perjuangan untuk melawan the old established forces, yaitu kekuatan imperialis, kolonialis, neo-kolonialis dan kekuatan-kekuatan reaksioner lainnya di dunia. (tepuk tangan riuh).
Di dalam menghadapi situasi sesudah penandatanganan KMB di dalam Partai timbul dua macam pendirian. Pendirian yang pertama menghendaki agar Partai terus melakukan perjuangan bersenjata melawan Pemerintah RI-KMB. Kawan-kawan ini secara berat sebelah memahami situasi. Mereka hanya melihat bahwa kaum Komunis mendapat nama yang baik di kalangan Rakyat karena peranannya di dalam perjuangan bersenjata melawan imperialis Belanda dan bahwa banyak Komunis langsung memimpin pasukan-pasukan bersenjata melawan Belanda. Tapi mereka kurang memperhatikan situasi umum dalam negeri di mana revolusi sedang mengalami gelombang surut. Banyak golongan di luar PKI menaruh ilusi terhadap pengakuan kedaulatan lewat KMB, kebanyakan Partai politik menyetujui KMB. Di pihak lain, secara organisasi keadaan Partai masih sangat lemah akibat teror putih peristiwa madiun. Jumlah anggota Partai sedikit dan organisasi Partai di banyak daerah sedang lumpuh. Ditambah lagi bahwa ada elemen-elemen di dalam pimpinan Partai ygn menentang pelaksanaan resolusi Jalan Baru mengenai peleburan Partai Sosialis dan Partai Buruh Indonesia menjadi satu Partai Marxis-Leninis yaitu PKI. Belum lagi kenyataan bahwa mengenai soal-soal pokok revolusi Indonesiapun belum tercapai kesatuan pandangan di dalam Partai. Oleh sebab itu jelaslah bahwa garis kawan-kawan tersebut adalah garis subjektif yang avonturis dan jika dilaksanakan akan mengisolasi Partai dari massa.
Pendirian kedua berpangkal pada analisa situasi keseluruhan. Pertama-tama perlu bagi Partai mengumpulkan kembali barisannya yang sedang mengalami kerusakan, membulatkan pikiran dan menyimpulkan pengalaman-pengalaman Partai selama itu. Yang penting bagi Partai pada waktu itu adalah merebut dan mempertahankan kedudukan legalnya di dalam Republik Indonesia. hal ini sepenuhnya mungkin karena tingginya prestise Partai dalam perjuangan melawan tentara kolonial Belanda dan sedang merosotnya martabat Hatta karena persetujuan KMB. Kedudukan legal Partai yang diperolehnya sesudah KMB adalah sesuatu yang direbutnya dengan senjata. Maka akan sama sekali salah untuk melepaskannya dengan sukarela. Pendirian kedua ini pada akhirnya memperoleh dukungan mayoritas Partai dan kebenarannya dibuktikan oleh perkembangan politik selanjutnya.
Peristiwa penting bagi pembangunan kembali Partai adalah diadakannya Sidang Pleno CC pada permulaan thn 1951 atas desakan sayap Leninis di dalam CC. (tepuk tangan riuh). Dalam sidang ini sayap yang menentang Jalan Baru dikalahkan dan dibentuk Politbiro baru. Peranan penting dalam menyiapkan kemenangan sayap Leninis ini ialah dimainkan oleh majalah Partai Mimbar Revolusi sewaktu masih ilegal dan Bintang Merah. Politbiro baru bekerja keras untuk memberi pimpinan berdasarkan garis-garis Jalan Baru, dan berhasil menyusun Konstitusi PKI yang Marxis-Leninis. Bahan-bahan tentang Konstitusi-konstitusi dan pengalaman-pengalaman pembangunan Partai-partai Komunis lainnya terutama PKT, sangat membantu bagi penyusunan Konstitusi tersebut. Dalam pada itu, justru karena dipadu pula dengan pengalaman-pengalaman kongkrit dari sejarah pembangunan PKI sendiri, maka Konstitusi itu dapat memegang peranan penting bagi pembangunan kembali PKI. Dalam bulan April 1951 Konstitusi itu disahkan oleh Sidang Pleno CC dan segera berlaku di seluruh Partai sebagai pegangan untuk aktivitas-aktivitas pembangunan Partai sehari-hari. Diskusi-diskusi dan kegiatan-kegiatan melaksanakan Konstitusi sangat mendorong perkembangan Partai, meningkatkan pengetahuan teori anggota-anggota Partai, menghidupkan demokrasi intern Partai, menghidupkan kritik-selfkritik dan memperkuat disiplin, ideologi dan kesatuan Partai.
Usaha-usaha pembangunan Partai di daerah-daerah pada tingkat pertama dilakukan oleh pembantu-pembantu CC yang terpercaya, mereka yang sehati dan sepikiran dengan CC, yaitu Komisariat-komisariat CC (KCC) yang dikepali oleh seorang Komisaris CC yang ditetapkan oleh CC, jadi tidak dipilih dari bawah. KCC diadakan untuk provinsi-provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Sumatra Selatan dan Sulawesi. Cara ini adalah tepat, karena dengan jalan ini CC mempunyai hubungan langsung dengan Comite-comite Seksi dan dengan ini juga CC mengenal langsung kader-kader yang memimpin Comite-comite tersebut. Hal ini perlu karena keadaan Partai di daerah-daerah masih ruwet dan dikacaukan oleh elemen-elemen oportunis baik kanan maupun “kiri”.
Dalam masa pembangunan kembali Partai ini, pengalaman PKI dapat disimpulkan sebagai berikut: dalam keadaan terdapatnya kekacauan dan keruwetan organisasi, politik dan ideologi dalam Partai, perlu pertama-tama sekali memperjuangkan persatuan yang kokoh dan kebulatan pikiran Marxis-Leninis dari badan pimpinan Central (CC). Kemudian organisasi-organisasi bawahan mulai dibangun kembali dari atas. Jika Comite-comite organisasi-organisasi bawahan Partai sudah berakar dan mulai berkembang, barulah demokrasi intern Partai dikembangkan secara berangsur-angsur.
Di dalam usaha untuk membangun Partai massa yang tersebar di seluruh negeri, PKI menghadapi berbagai masalah khusus yang timbul dari keadaan kongrit negeri dan bangsa Indonesia. Pertama, ialah bahwa Indonesia merupakan kepulauan yang terdiri dari beberapa ribu pulah di mana PKI harus mendirikan organisasi-organisasi dan Comite-comite Partai. Pemecahan masalah ini bukan hanya masalah menarik anggota-anggota dari Rakyat yang mendiami pulau-pulau itu, tapi juga pemecahan mengenai masalah transport dan komunikasi. Hingga sekarang soal ini merupakan problem yang besar, walaupun berkat keuletan kader-kader PKI dapat terjaga hubungan yang kontinyu sekalipun lambat. Dalam situasi inilah lebih-lebih lagi menonjol arti sangat penting kebulatan ideologi seluruh Partai, sehingga Comite-comite Partai dan kader-kader pimpinan di daerah-daerah dapat bertindak dengan penuh inisiatif dan berdiri sendiri dengan memegang teguh garis umum dan program Partai. Di sinilah terletak makna khusus dari tugas membangun Partai di seluruh negeri yang mungkin hal ini tidak begitu menjadi soal bagi negeri yang terdiri dari daratan. Kedua, ialah masalah suku bangsa dan golongan keturunan asing. Seperti sudah saya jelaskan di muka, nasion Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda-beda bahasa, adat-istiadat dan tingkat perkembangan masyarakatnya, dan berbagai golongan keturunan asing, seperti Eropa, Arab dan Tionghoa. Masalah terpokok untuk berakar pada suku-suku bangsa adalah masalah tani. Dengan berpegang teguh pada program agraria PKI kader-kader Partai bekerja dan membangun organisasi Partai. Salah satu faktor penting bagi peluasan Partai di kalangan berbagai suku bangsa ialah politik Partai memperjuangkan pelaksanaan hak-sama bagi semua suku bangsa. Berkat politik ini maka timbul dalam Partai yang mulai berakar di semua suku bangsa perlombaan yang sehat untuk memajukan segi-segi yang baik dan menguntungkan Rakyat pekerja dari masing-masing suku untuk bersatu padu dalam perjuangan melawan imperialisme menuju kemerdekaan nasional yang penuh. Dalam melaksanakan politik ini PKI juga melakukan perjuangan melawan kecenderungan suku bangsa-besarisme dan menentang sukubangsa-isme yang sempit, yang kedua-duanya bersumber kepada ideologi burjuis.
Mengenai warganegara-warganegara keturunan asing, PKI menuntut dijalankannya politik hak-sama bagi warganegara-warga negara “asli” dan keturunan asing, dan menentang setiap diskriminasi rasial. Berhubung dengan kejadian kontra-revolusioner yang rasialis akhir-akhir ini, yang terutama merusak harta benda orang-orang Tionghoa, PKI merumuskan lebih kongkrit lagi politiknya mengenai golongan-golongan keturunan asing. Politik ini ialah politik pengintegrasian revolusioner. Artinya, bahwa PKI mengintensifkan pekerjaannya di kalangan golongan keturunan asing itu supaya mereka aktif turut serta dalam perjuangan revolusioner secara terorganisasi dalam PKI dan ormas-ormas revolusioner. Politik ini penting untuk memberantas sisa-sisa pengaruh rasialisme di dalam barisan proletariat sendiri, maupun untuk membasmi gejala-gejala exclusive-isme yang timbul di antara warganegara-warganegara keturunan asing itu. Politik ini juga merupakan jalan keluar bagi mereka, karena makin banyak di antara mereka yang menyadari bahwa rasialisme dan sovinisme “asli-aslian” itu tidak bisa dihadapi dengan sikap “tidak mau campur politik” tapi harus dihadapi dengan sikap “berpolitik aktif dan politik revolusioner”. Pengintegrasian revolusioner juga penting untuk mengagalkan politik “asimilasi” yang sebetulnya berarti memaksa golongan keturunan asing untuk mengubah namanya, adat-istiadat dan tradisi kebudayaannya. Sesungguhnya, politik pengintegrasian revolusioner adalah poiltik untuk mengokohkan nasion Indonesia dalam arah sosialis, berlawanan dengan politik “asimilasi” burjuis tersebut yang sebetulnya merupakan politik untuk mengembangkan nasion Indonesia dalam arah kapitalis.
Sejak PKI pada tahun 1952 melakukan beberapa kali gerakan perluasan anggota secara besar-besaran, memang tidak pernah hal itu dilakukan tanpa disertai pendidikan di dalam Partai untuk mempelajari program dan Konstitusi PKI bagi anggota-anggota baru, sedang anggota-anggota yang lama diwajibkan untuk mempelajari secara sistematis dokumen-dokumen Partai serta buku-buku teori Marxisme-Leninisme. Umpamanya gerakan di kalangan pimpinan PKI untuk mempelajari tulisan Lenin Komunisme Sayap “Kiri”, suatu Penyakit Kanak-kanak pada tahun 1951 dan 1952 mempunyai peranan menentukan untuk membawa Partai keluar dari penyakit sektarismenya. Gerakan-gerakan untuk mempelajari tulisan Kawan Mao Cetung Tentang Praktek, Tentang Kontradiksi dan Mengurus Secara Cepat Kontradiksi-kontradiksi di Kalangan Rakyat mempunyai arti penting sekali bagi PKI untuk belajar menyimpulkan pengalaman-pengalamannya dan menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi di dalam Partai. (tepuk tangan riuh). Begitu pula gerakan untuk mempelajari tulisan Kawan Liu Syao-ci Garis Massa sangat membantu kader-kader PKI untuk membangun Partai yang berakar pada massa. Dan masih banyak sekali contohnya.
Dengan Plan Tiga Tahun Pertama Mengenai Organisasi dan Pendidikan yang dimulai tanggal 17 Agustus 1956 dilaksanakan sistem pendidikan Marxisme-Leninisme yang baru, yang bersifat kesatuan untuk semua tingkat sekolah Partai. Sekolah-sekolah dan kursus-kursus Partai diselenggarakan mulai dari tingkat central sampai ke organisasi-organisasi basis, sedangkan pendidikan itu dengan rapat digabungkan dengan tugas-tugas Partai dalam masa yang tertentu. Dengan demikian pendidikan dalam Partai merupakan persiapan ideologi dan usaha untuk menghilangkan rintangan ideologis agar tugas-tugas Partai dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Pada masa Plan Tiga Tahun Pertama diajarkan 4 mata pelajaran pada Sekolah-sekolah dan Kursus-kursus Partai pada semua tingkat, yaitu Sejarah Perkembangan Masyarakat, Soal-soal Pokok Revolusi Indonesia, Soal-soal Front Persatuan Nasional dan Soal-soal Pembangunan Partai. Dalam Sekolah Partai Central masih ditambah satu mata pelajaran lagi, yaitu Filsafat Materialisme Dialektik dan Histori.
Plan Tiga Tahun Kedua bernama Plan Mengenai Pendidikan dan Organisasi. Dalam masa Plan ini pendidikan lebih diintensifkan. PKI menekankan bahwa pembangunan organisasi penting, tapi pembangunan ideologi lebih penting lagi. Di semua tingkat Sekolah Partai diajarkan MDH. Hal ini sesuai dengan keperluan objektif untuk mempersenjatai semua Komunis dalam menangkis serangan frontal kaum reaksioner di bidang ideologi. Sudah barang tentu, isi mata pelajaran MDH berbeda-beda sesuai taraf Sekolah Partainya. Umpamanya, di Sekolah-sekolah politik yang diselenggarakan oleh Comite Subseksi untuk kader-kader tingkat Comite Resort, pelajaran MDH dibatasi pada memperkenalkan pengertian-pengertian elementer mengenai azas-azas materialisme, dialektika dan materialisme histori. Antara lain, yang dipentingkan ialah watak kelas dari filsafat, agar para siswa selalu dapat membedakan antara pendirian lawan dengan pendirian kawan dan dapat memegang teguh, pendirian kelas buruh dalam menghadapi semua soal politik dan revolusi. Selanjutnya, pengertian mengenai azas materialisme yang dicerminkan dalam keharusan bertolak dari kenyataan, supaya dapat melawan idealisme dalam tindakan, melawan subjektivisme dalam pekerjaan revolusioner. Pengertian pokok mengenai dialektika dipusatkan pada memahami arti memandang segala sesuatu dalam geraknya dan azas kontradiksi. Juga diterangkan arti praktek revolusioner bagi perkembangan teori revolusioner.
Selain mata pelajaran MDH, di sekolah Partai pada semua tingkat ditambahkan pula mata pelajaran penting lainnya yaitu Gerakan Buruh Internasional. Tujuan pertama-tama dari pemberian mata pelajaran ini adalah untuk mempertebal pendidikan patriotisme dan internasionalisme proletar, untuk melawan nihilisme nasional dan sovinisme. Pendidikan ini sangat penting, lebih-lebih karena dalam rangka kerja sama dengan burjuasi nasional dalam perjuangan untuk kemerdekaan nasional yang penuh, tidak dapat dihindarkan pengaruh ideologi burjuis terhadap kelas buruh. Jika kelas buruh mengendorkan kewaspadaan ideologinya maka ia mudah hanyut dalam arus nasionalisme burjuis yang sempit atau sovinisme. Kelas buruh harus menghadapi bahaya itu dengan pendidikan patriotisme yang sejati, patriotisme progresif, patriotisme proletar yang bersumber pada kecintaan kepada Rakyat pekerja, kepada Rakyat yang tertindas, Patriotisme semacam ini dengan wajar berpadu dengan internasionalisme proletar yang mendalam.
Internasionalisme proletar dari kaum Komunis Indonesia telah berkali-kali diuji oleh peristiwa-peristiwa dalam dan luar negeri. Di antaranya ialah soal pemberontakan kontra-revolusioner di Hongaria (thn 1956) dan tindakan Sovyet membantu Pemerintah Buruh dan Tani Hongaria menindas kontra-revolusi itu. Kaum Komunis Indonesia dengan bulat menyokong tindakan Sovyet itu dan tidak ada keragu-raguan sedikitpun. Kejadian lain ialah pelaksanaan PP-10 pada tahun 1959 yang ditujukan untuk menghancurkan pedagang-pedagang kecil keturunan Tionghoa dan merusak persahabatan RI-RRT. Hal ini dicetuskan lagi dalam aksi-aksi rasialis yang kontra-revolusioner bulan Mei tahun ini. Kita dapat mengatakan bahwa PKI lulus dari ujian itu. Para anggota PKI dengan teguh menghantam rasialisme, membela persahabatan RI-RRT. (tepuk tangan riuh). Sikap ini sama sekali tidak membawa kerugian bagi PKI, dan malahan sebaliknya. Dengan sikap itu PKI dapat mengajak seluruh nasion untuk menghantam kontra-revolusi yang rasialis itu dan pembangunan Partai makin maju.
Pengalaman-pengalaman PKI dalam melaksanakan pendidikan Marxisme-Leninisme yang sistematis ini menunjukkan sangat pentingnya untuk pada permulaan menitikberatkan pada pendidikan kader-kader tingkat CC dan CDB yang merupakan tulang punggung bagi seluruh organisasi Partai. Kemudian pendidikan ini diluaskan ketingkat-tingkat bawahan dan dalam gerakan akhiran dari Plan Tiga Tahun Kedua titik-beratnya adalah pelaksanaan Sekolah-sekolah Politik dan Kursus-kursus Rakyat yang dilaksanakan oleh Comite-comite organisasi basis.
Melalui Plan Tiga Tahun Pertama dapat dididik sejumlah besar kader dan aktivis, yaitu 301.884 orang, yang berarti lebih dari 30 kali lipat dari seluruh jumlah anggota dan calon anggota Partai pada tahun 1951.
Dalam rangka plan pendidikan diadakan pula seminar-seminar tentang beberapa masalah politik dan organisasi, konferensi-konferensi teori, gerakan-gerakan pembetulan pikiran yang diadakan untuk memberantas pikiran-pikiran atau kecenderungan-kecenderungan keliru yang mungkin timbul pada berbagai tingkat proses perjuangan, pembacaan roman-roman revolusioner dan lain sebagainya.
Sebagai hasil dari pelaksanaan Plan-plan pembangunan Partai dan terutama usaha-usahanya di lapangan pendidikan, maka Partai mencapai sukses terbesar semenjak tahun 1951, yaitu adanya kebulatan pikiran Marxis-Leninis di kalangan kaum Komunis Indonesia. Kebulatan pikiran ini tidak hanya mengenai soal-soal pokok revolusi Indonesia, tapi juga mengenai semua politik dan kebijaksanaan yang dijalankan oleh CC, meliputi soal-soal dalam negeri dan juga soal-soal luar negeri, baik mengenai politik luar negeri maupun mengenai gerakan Komunis Internasional. Sudah barang tentu keadaan terus berkembang, perjuangan-perjuangan berjalan terus, masalah-masalah lama sudah diselesaikan, masalah baru bermunculan. Maka itu tidak boleh beranggapan bahwa kebenaran pikiran itu dapat dengan sendirinya bertahan. Kebenaran pikiran itu harus terus-menerus dipupuk dan dijaga secara sadar dengan pendidikan ideologi yang terus-menerus.
Bekerja dengan Plan.
Salah satu pengalaman besar dalam pembangunan PKI ialah pengalaman bekerja dengan plan. Sejak tahun 1951 bekerja dengan plan mulai menjadi cara kerja yang lazim dalam Partai.
Pernah ada sementara kawan mempersoalkan apakah perlu untuk melakukan pekerjaan membangun Partai dengan ber-plan. Sebab, kata mereka, apa mungkin kegiatan revolusioner di”plan”kan? Pengalaman praktis pembangunan PKI sepenuhnya menunjukkan bahwa bekerja dengan plan, mem”plan”kan kegiatan revolusioner bukan saja perlu dan mungkin, tapi juga harus. Dari sudut teori pun cara bekerja dengan plan sepenuhnya tepat dan sesuai dengan Marxisme-Leninisme. Kelas buruh belajar Marxisme-Leninisme untuk mengubah dunia. Ini berarti bahwa ia harus faham akan hukum-hukum perkembangan masyarakat, kekuatan-kekuatan sosial yang mendukung kemajuan dan kekuatan-kekuatan sosial yang menentang kemajuan. Ia harus mengetahui bagaimana mengorganisasi kekuatan-kekuatan sosial yang reaksioner. Dan terutama perlu baginya untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal hukum-hukum perkembangan dirinya dan organisasinya. Bekerja dengan plan berarti dengan sadar menetapkan kemajuan-kemajuan Partai di lapangan ideologi, politik dan organisasi berdasarkan pengertiannya mengenai hukum-hukum itu. Pengalaman-pengalamannya baik yang berhasil maupun yang gagal membantu kelas buruh untuk lebih baik dan lebih mendalam memahami hukum-hukum itu.
Keuntungan lain dari cara bekerja dengan plan ialah terlatihnya kader-kader untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersegi banyak, mengombinasikan pekerjaan dari bermacam-macam bidang, mengombinasikan pekerjaan berkobar-kobar dengan pekerjaan tekun, dan pada setiap waktu menentukan mana yang paling pokok untuk dikerjakan.
Di dalam bukunya Apa yang Harus Dikerjakan? Lenin dengan pedas mengkritik aliran-aliran dalam gerakan kelas buruh yang “membungkuk kepada spontanitas” yang menganggap “taktik-sebagai-sesuatu-rencana menyalahi jiwa pokok Marxisme”. Lenin menandaskan bahwa perlu melakukan “perjuangan yang sengit menentang spontanitas”. Ia menekankan bahwa kita akan menjadi petualang-petualang politik yang menyedihkan jika “kita tak dapat merencanakan taktik politik dan menyusun rencana organisasi yang diperuntukkan pekerjaan selama masa yang lama sekali dan bersamaan dengan itu, dengan proses pekerjaan ini sendiri, menjamin kesiapsediaan Partai untuk berada diposnya dan memenuhi kewajibannya dalam setiap kemungkinan bilamanapun perjalanan kejadian-kejadian dipercepat”. (Lenin, Apa yang harus Dikerjakan?, Yayasan “Pembaruan”, hal. 233).
“Kita harus selalu melakukan pekerjaan sehari-hari itu dan selalu bersiap sedia untuk segala-galanya, sebab sering sekali hampir tak mungkin meramalkan bila periode peletusan akan berganti dengan periode-periode ketenangan.” (Buku itu juga, hal. 234).
Bekerja dengan plan dan berjuang untuk pelaksanaan plan merupakan perjuangan melawan spontanitas. Plan menjamin bahwa kita “selalu melakukan pekerjaan sehari-hari” dan membikin aktivitas Partai tidak mungkin terhenti oleh sebab-sebab apapun. Plan membunyai arti memobilisasi. Ketika di daerah-daerah meletus pemberontakan kontra-revolusioner PRRI-Permesta pada tahun 1958, banyak orang Komunis di tangkap dan dibunuh, organisasi-organisasi Partai mengalami kerusakan-kerusakan, tetapi organisasi PKI tidak patah, ia melakukan perlawanan yang gigih terhadap kaum pemberontak dan meneruskan pembangunan Partai dengan berplan yang hasilnya ternyata sangat baik.
Memang ada satu kecenderungan yang harus kita lawan, yaitu kecenderungan yang ingin memisahkan pelaksanaan jatah-jatah plan dari perjuangan revolusioner. Kecenderungan ini menunjukkan tidak dimengertinya bahwa kita bekerja ber-plan untuk revolusi! Jika semata-mata mengejar terpenuhinya jatah-jatah plan secara formil saja, maka ini merupakan sikap birokratis. Sebaliknya, jika menganggap penjatahan plan sebagai rintangan bagi kemajuan kegiatan revolusioner, maka ini merupakan penundukan kepada spontanitas. Pengalaman-pengalaman membuktikan bahwa di daerah-daerah di mana sikap-sikap keliru itu dilawan dan diatasi, Partai dapat mencapai kemajuan besar yang pesat dan dapat mengkonsolidasi diri. (tepuk tangan).
Pada tanggal 17 Agustus 1963 ini seluruh Partai mulai melaksanakan plannya yang ketiga yang besar, yaitu Plan 4 Tahun Mengenai Kebudayaan, Ideologi dan Organisasi. Sebagaimana plan-plan yang terdahulu, plan ini pun adalah Plan untuk Revolusi, maka jika jatah-jatah Plan terlaksana, ia akan memberi pengaruh sangat besar bagi kemajuan gerakan revolusioner di Indonesia. Di dalam plan ini tercakup tugas-tugas yang mendesak di lapangan pembangunan Partai.
Dalam rangka pelaksanaan segi Kebudayaan dari Plan 4 tahun itu, PKI akan mengorganisasi gerakan besar-besaran untuk meningkatkan taraf kebudayaan Rakyat pekerja terutama kaum Komunisnya. Ini meliputi kegiatan-kegiatan PBH, pendidikan-pendidikan umum tingkat SR sampai menengah, pendidikan-pendidikan khusus mengenai kesenian dan kejuruan, sampai kepada berbagai cabang akademi dan fakultas.
Makin majunya Partai membawa akibat makin bermacam-macam pekerjaan yang harus dilakukan oleh kader-kader Partai. Supaya kader-kader kita dapat memenuhi tugas-tugas pekerjaan yang baru diperlukan peningkatan tingkat kebudayaannya secara teratur. Di samping itu, kader-kader Partai seringkali harus memecahkan soal-soal yang memerlukan pendidikan keahlian atau kejuruan yang tertentu. Oleh sebab itu taraf perjuangan sekarang menuntut untuk pada waktu sekarang juga mendidik kader-kader Komunis yang berpengetahuan umum dan khusus, yaitu mendidik kader-kader menjadi “Komunis dan ahli”. Inilah salah satu tujuan penting dari Plan 4 Tahun.
Dalam rangka pelaksanaan segi Ideologi dari Plan 4 Tahun tugas kaum Komunis Indonesia adalah untuk mengerjakan lebih intensif apa yang sudah dikerjakan dalam Plan 3 Tahun Pertama dan kedua. Dalam hal ini yang mendapat perhatian khusus ialah pendidikan guru-guru untuk sekolah-sekolah Partai dan pekerja-pekerja teori.
Selama Plan 3 Tahun Kedua PKI sudah mendirikan Sekolah Partai Central setaraf akademi yang masa pelajarannya 3 tahun. Usaha ini adalah untuk memenuhi keperluan Partai akan pekerja-pekerja teori. Pengalaman-pengalaman revolusioner praktis Partai bertambah dan berkembang dengan pesat sekali sedangkan penyimpulannya secara teori masih tertinggal. Salah satu rintangan yang belum dapat diatasi ialah masih terbatasnya karya-karya klasik Marxisme-Leninisme yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. oleh sebab itu salah satu jalan untuk mempercepat pendidikan pekerjaan teori haruslah juga mempercepat penerjemahan dan penerbitan karya-karya klasik Marxisme-Leninisme ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal pendidikan ideologi pengajaran filsafat harus dipergiat dan diperdalam. Sebab musuh-musuh Komunisme dalam situasi politik di Indonesia sekarang tidak bisa lagi terus terang menyerang PKI dari sudut politik karena politik PKI sudah banyak yang dicantumkan dalam dokumen-dokumen negara. Tapi mereka memperhebat serangannya di bidang ideologi. Tanpa penguasaan filsafat materialisme dialektik dan histori bahaya infiltrasi ideologi burjuis ke dalam barisan proletar akan lebih besar.
Pendidikan ideologi Marxisme-Leninisme kepada para seniman dan sastrawan juga merupakan tugas urgen dalam Plan 4 Tahun yang akan datang. Pada waktu sekarang, pengaruh Partai sangat meluas di kalangan seniman dan sastrawan itu, tapi pendidikan kepartaian masih kurang dijalankan. Dengan demikian karya-karya mereka belum dapat memadai kemajuan Partai di lapangan politik.
Dengan makin meluasnya konsep-konsep revolusioner dalam masyarakat Indonesia makin banyak orang progresif yang ingin mempelajari Marxisme. Plan 4 Tahun harus mengorganisasi usaha-usaha untuk membantu mereka. Dengan jalan ini Marxisme tidak hanya dipelajari di dalam Partai tetapi juga di luar Partai oleh orang-orang progresif dengan bantuan Partai. Proses ini diperlukan untuk secara berangsur-angsur menjadikan Marxisme bukan saja milik Komunis tapi juga milik nasion Indonesia.
Mengenai segi Organisasi dari Plan 4 tahun ditetapkan untuk melipatgandakan jumlah anggota Partai dan jumlah anggota organisasi-organisasi massa.
Tugas lain untuk mengonsolidasi pembangunan Partai ialah perkuatan organisasi-organisasi Partai di daerah-daerah yang berbatasan atau dekat dengan negeri-negeri tetangga. Indonesia masih di kelilingi oleh negeri-negeri yang dikuasai imperialis. Oleh sebab itu kegiatan subversif dijalankan terus-menerus terhadap Indonesia dan merupakan rintangan yang nyata bagi kemajuan gerakan revolusioner. Kekuatan organisasi Partai yang terkonsolidasi di daerah-daerah perbatasan itu akan merupakan penghalang efektif terhadap kegiatan-kegiatan subversif itu.
Pekerjaan di kalangan massa juga merupakan pekerjaan yang harus terus dijalankan dan diintensifkan. Terutama pekerjaan di kalangan kaum tani. Hakekat revolusi kita adalah revolusi agraria. Walaupun pekerjaan Partai di kalangan kaum tani telah mencapai kemajuan besar, tapi hasil-hasil itu masih jauh daripada cukup. Partai harus mengintensifkan pekerjaan research di desa dan mempercepat pendidikan kader-kader tani. Titik berat dari peluasan keanggotaan Partai harus juga di kalangan kaum tani.
Faktor penting bagi kemajuan organisasi adalah metode memimpin yang tepat. Kongres Nasional ke VI PKI sudah menekankan hal ini dan diperkuat lagi oleh Kongres Nasional ke VII. Di dalam sidang Pleno I CC bulan Februari 1963 masalah metode memimpin ini telah dibahas dengan lebih dalam yaitu, masalah memadukan seruan umum dengan tuntutan kongrit dan memadukan pimpinan dengan massa. Ditekankan pula bahwa metode memimpin harus dirangkaikan dengan langgam kerja yang tepat, yaitu memadukan teori dengan praktek, berhubungan erat dengan massa dan melaksanakan self-kritik. Dalam Plan 4 Tahun ini metode memimpin ini bukan saja harus dilaksanakan secara konsekuen di dalam Partai tapi juga di dalam organisasi-organisasi massa.
Demikianlah secara singkat beberapa tugas yang mendesak yang kami hadapi dalam pembangunan Partai. Tugas-tugas ini berat dan harus dilaksanakan dengan keuletan dan keberanian yang besar. Pelaksanaan tugas-tugas ini akan mengembangkan PKI lebih luas dan lebih terkonsolidasi, akan membikin kader-kadernya pandai, berani dan berkebudayaan. Untuk pelaksanaan tugas-tugas ini PKI menuntut kepada kader-kadernya untuk memegang teguh tiga baik: baik bekerja, baik belajar, dan baik moral. (tepuk tangan). Dengan melaksanakan Plan 4 Tahun ini PKI akan menjadi lebih mampu untuk mengambil langkah-langkah yang penting dan besar menuju kepada penyelesaian revolusi Indonesia. (tepuk tangan).
Memahami persamaan dan perbedaan atara program PKI dan Manifesto Politik RI (Manipol) adalah sangat penting bagi mereka yang mau memahami perjuangan revolusioner Rakyat Indonesia dewasa ini. Pada satu pihak PKI mempunyai proggramnya sendiri yang telah disusun secara lengkap dalam Kongres Nasional ke VI (1959) dan Kongres Nasional ke VII (1962), sedangkan di pihak lain kaum Komunis Indonesia mempunyai Manifesto Politik, pidato Presiden Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1959 beserta perinciannya yang telah menjadi program bersama Rakyat Indonesia dan telah diputuskan oleh MPRS sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara RI.
Perjuangan Rakyat Indonesia yang gigih di bawah pimpinan PKI telah berhasil membawa massa yang luas untuk mengakui kebenaran Program PKI. Manipol lahir dari kancah perjuangan Rakyat Indonesia melawan imperialisme dan feodalisme. Program PKI adalah program anti-imperialis dan anti-feodal. Oleh karena itu dengan sendirinya ada hubungan yang sangat erat antara Manipol dengan program PKI. Selanjutnya perjuangan Rakyat Indonesia di bawah pimpinan PKI telah melahirkan penegasan-penegasan terhadap isi Manipol dan menjaga keilmiahan penafsiran dan keteguhan pelaksanaannya.
Baik program PKI maupun Manipol, yaitu program bersama Rakyat Indonesia, menyatakan adanya 2 tingkat atau 2 tahap dari Revolusi Indonesia, yaitu tahap nasional-demokratis dan tahap sosialis. Inilah pangkal persamaan mengenai strategi umum Revolusi Indonesia. Selanjutnya biarpun dengan perumusan yang berlainan mengenai soal-soal pokok revolusi Indonesia pada tingkat sekarang, yaitu mengenai sasaran, tugas, kekuatan, watak dan perspektif revolusi pada hakekatnya terdapat persamaan antara program PKI dengan Manipol.
Dari dua kenyataan tersebut dapatlah diambil kesimpulan bahwa melaksanakan Manipol secara konsekuen, adalah sama halnya dengan melaksanakan program PKI. Oleh karena itu, kaum Komunis Indonesia harus konsekuen dan menjadi teladan dalam melaksanakan Manipol.
Sudah barang tentu antara program PKI dengan Manipol terdapat perbedaan tertentu, sebagai mana halnya juga ada perbedaan-perbedaan tertentu antara program partai-partai politik lainnya dengan Manipol. Program PKI adalah program kelas buruh untuk penyelesaian Revolusi Indonesia, sedangkan Manipol adalah Program Bersama (Program dengan kelas-kelas lain), dari seluruh Rakyat Indonesia untuk penyelesaian Revolusi Indonesia. dari sini jelaslah bahwa perbedaan terpenting ialah dalam hal pimpinan revolusi. Program PKI dengan tegas menunjukkan bahwa pimpinan Revolusi Indonesia, sedangkan Manipol adalah Program Bersama (program dengan kelas-kelas lain), dari seluruh Rakyat Indonesia untuk penyelesaian Revolusi Indonesia. dari sini jelaslah bahwa perbedaan terpenting ialah dalam hal pimpinan revolusi. Program PKI dengan tegas menunjukkan bahwa pimpinan revolusi. Program PKI dengan tegas menunjukkan bahwa pimpinan revolusi Indonesia bila ingin mencapai tujuannya harus berada di tangan kelas buruh. Tidaklah dapat diharapkan bahwa masalah pimipinan kelas buruh dapat dirumuskan dalam Manipol. Manipol hanya sampai menyatakan bahwa kaum buruh dan kaum tani merupakan sokoguru revolusi, dan tidak berkata apa-apa tentang kelas mana yang mempunyai tugas sejarah memimpin revolusi.
Selanjutnya, dalam perumusan programatisnya PKI dengan terang membagi programnya dalam Program Umum dan Program Tuntutan, membedakan antara kedua bagian itu dengan tidak meninggalkan saling hubungannya. Program Umum adalah Program strategis, sedangkan Program Tuntutan adalah tuntunan pelaksanaannya atau perata jalan untuk tercapainya Program umum. Tuntutan kabinet gotong royong berporoskan Nasakom adalah termasuk Program Tuntutan untuk selanjutnya mencapai tuntutan strategis: Pemerintah Rakyat atau pemerintah Demokrasi Rakyat. Pelaksanaan Manipol di tangan orang yang tidak mengenal dan tidak memahami perbedaan dan saling hubungan antara dua bagian itu akan menjadi kabur. Dengan memegang teguh kepada programnya PKI bisa terus memberi pengertian dan memimpin Rakyat dalam melaksanakan Manipol secara tepat dan konsekuen.
Di tangan PKI dan Rakyat, Manipol adalah senjata untuk mempersatukan Rakyat Indonesia dalam perjuangan untuk kemerdekaan nasional yang penuh dan demokrasi, untuk melawan imperialisme, feodalisme, kaum kapitalis birokrat dan kaum komprador.
Tripanji Partai dan Tripanji Bangsa
Dalam memperjuangkan politik-politik Partai soal yang mengambil peranan penting ialah soal semboyan. Semboyan strategis dari sidang pleno ke IV CC PKI tahun 1956 Bersatu untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan Revolusi Agustus 1945sampai ke akar-akarnya telah memainkan peranan penting sekali dalam meluaskan pengertian yang tepat tentang soal-soal pokok revolusi Indonesia sebagai revolusi burjuis demokratis tipe baru. Sedangkan, semboyan taktik dari sidang pleno ke V CC PKI th 1957 Ubah imbangan kekuatan untuk melaksanakan Konsepsi Presiden Sukarno 100% telah mengambil peranan penting dalam menyatukan kekuatan-kekuatan revolusioner untuk menuntut Pemerintah Koalisasi Nasional atau Kabinet Gotong Royong yang berporoskan NASAKOM.
Untuk dapat memimpin perkembangan politik, PKI menjalankan garis umum: meneruskan penggalangan front nasional dan meneruskan pembangunan Partai untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan Revolusi Agustus 1945 sampai ke akar-akarnya. Berdasarkan garis umum ini kaum Komunis Indonesia mengibarkan Tripanji Partai, yaitu: 1. Panji Fron Nasional; 2. Panji Pembangunan Partai dan 3. Panji Revolusi Agustus 1945.
Mengibarkan tinggi-tinggi Panji Front Nasional pada waktu sekarang bagi kaum komunis Indonesia berarti memperhebat pekerjaan di kalangan kaum tani, bekerja baik di dalam organisasi Front Nasional dan memperkuat persatuan Nasakom, yaitu persatuan antara golongan Nasionalis, Agama dan Komunis berdasarkan program bersama Manipol. Tanpa gerakan tani yang berkembang dan konsekuen tidak mungkin bisa diciptakan front nasional anti imperialis yang luas dan konsekuen, tidak mungkin ada organisasi Front Nasional dan kerjasama Nasakom yang kuat.
Mengibarkan tingg-tinggi Panji Pembangunan Partai berarti meneruskan dan menyempurnakan pembangunan Partai di seluruh negeri, yang sepenuhnya terkonsolidasi di lapangan ideologi, politik dan organisasi. PKI hanya mungkin menunaikan tugas sejarahnya apabila PKI mempunyai sejumlah besar kader yang dapat memadukan keahlian dan kemahiran dengan watak dan semangat Komunisnya. Yang menentukan sukses-sukses Partai adalah kader, yaitu pelaksana-pelaksana paling sadar dari garis politik dan garis organisasi Partai.
Pengalaman pembangunan Partai menunjukkan bahwa bekerja dengan plan bukan saja perlu dan mungkin, bahkan juga harus. Bekerja dengan plan berarti dengan sadar menetapkan kemajuan-kemajuan Partai di lapangan ideologi, politik dan organisasi berdasarkan pengertian mengenai hukum-hukum perkembangan masyarakat, mengenai hukum perkembangan organisasinya, perkembangan dirinya sendiri.
Mengibarkan panji Revolusi Agustus 1945 tinggi-tinggi berarti menarik sebanyak mungkin Rakyat Indonesia berkeliling disekitarnya dan berjuang untuk melaksanakan tuntutan-tuntutan Revolusi Agustus sampai ke akar-akarnya, yaitu hapusnya imperialisme dan feodalisme di Indonesia. Panji Revolusi Agustus memakukan arti penting daripada penggunaan pengalaman-pengalaman perjuangan selama Revolusi Agustus 1945. pengalaman Revolusi Agustus 1945 memberi pelajaran-pelajaran bahwa dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia, adalah sangat penting rol daripada peperangan gerilya. Tapi peperangan gerilya ketika itu akan lebih berhasil dan mencapai kemenangan, jika kita melakukan MKTBP (Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan) ialah perjuangan gerilya di desa-desa, aksi-aksi revolusioner di kota-kota oleh kaum buruh, terutama buruh transport, dan bekerja baik dan intensif di kalangan kekuatan bersenjata musuh.
Mengibarkan tinggi-tinggi panji Revolusi Agustus 1945 sekaligus berarti melakukan kegiatan di tiga bentuk perjuangan, yaitu bekerja baik di kalangan tani di desa-desa, di kalangan kaum buruh di kota-kota, terutama buruh transport, dan mempererat hubungan angkatan bersenjata dengan Rakyat agar anak-anak kaum buruh dan tani yang bersenjata ini tidak bisa digunakan oleh kaum reaksioner untuk memusuhi Rakyat.
Dengan tujuan memobilisasi kekuatan seluruh bangsa PKI mengibarkan tinggi-tinggi Tripanji Bangsa, yaitu Panji Demokrasi, Panji Persatuan dan Panji Mobilisasi, yang untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Kongres Nasional ke VII PKI. Pada mulanya semboyan Tripanji Bangsa dilancarkan untuk mengadakan perlawanan yang gigih terhadap berlakunya SOB yang sangat menekankan kehidupan demokratis, untuk memperkokoh front nasional yang berporoskan Nasakom dan untuk memobilisasi massa Rakyat dalam perjuangan untuk membebaskan Irian Barat dan mengatasi krisis sandang pangan. Di bawah kibaran Tripanji Bangsa inilah PKI telah menyerukan semboyan: Berjuang dengan satu tangan pegang bedil dan satu tangan lagi pegang pacul!
Mengibarkan tinggi-tinggi Tripanji Bangsa berarti memperkuat Partai untuk menyelesaikan tugas-tugas bagian dan mendekatkan Partai pada usaha penyelesaian tugas-tugas yang umum.
Dengan menghubungkan secara jelas antara Tripanji Partai dan Tripanji Bangsa, maka tugas-tugas mana yang harus diselesaikan dalam rangka masing-masing Tripanji juga menjadi jelas.
Sekarang di bawah kibaran Tripanji Partai dan Tripanji Bangsa kaum Komunis Indonesia mengajak massa Rakyat melaksanakan Tritugas Bangsa yang sangat mendesak, yaitu: 1. tugas mengkonsolidasi kemenangan-kemenangan yang sudah dicapai, 2. tugas menanggulangi kesulitan-kesulitan ekonomi dan 3. tugas melawan neo-kolonialisme. Maka itu biasa dinyatakan sebagai berikut: Dengan mengibarkan dua Tripanji melaksanakan Tritugas. Tritugas ini juga sudah menjadi program aksi organisasi Front Nasional, sudah tercakup dalam Panca Program Front Nasional.
Kekuasaan Negara Indonesia dewasa ini
Setiap masyarakat mempunyai basis dan bangunan atasnya yang sesuai. Basis masyarakat adalah susunan ekonominya ataupun hubungan produksinya; sedangkan banguan atas adalah segala institut, politik, hukum, filsafat dan sebagainya dari masyarakat. Unsur terpenting dari bangunan atas adalah negara.
Susunan ekonomi (basis) masyarakat Indonesia sekarang masih kolonial dan setengah feodal. Tetapi di samping itu juga terdapat perjuangan Rakyat untuk melawan sistem ekonomi tersebut, dan berjuang untuk ekonomi yang nasional dan demokratis. Dengan demikian terdapat 2 kekuatan, yaitu kekuatan dari sistem kolonial dan setengah feodal dan kekuatan dari yang berjuang untuk membangun ekonomi nasional dan demokratis.
Kenyataan-kenyataan dari basis ini tercermin juga dalam bangunan atas, termasuk juga dalam kekuasaan negara, khususnya dalam kabinet. Dalam kekuasaan negara tercermin kekuatan yang melawan sistem ekonomi kolonial dan feodal berupa politik yang bersifat anti-imperialis, anti-feodal, anti kapitalis birokrat dan anti-komprador, di samping tercermin pula kekuatan politik yang membela imperialis, sisa-sisa feodalisme, kaum kapitalis birokrat dan kaum komprador. Pada dewasa ini terdapat pertentangan yang hebat antara 2 politik ini dalam kekuasaan negara RI.
Jang dimaksudkan dengan politik yang anti-imperialis dan anti-feodal adalah segala macam politik pemerintah RI yang mewakili kepentingan Rakyat, seperti pembatalan KMB, pembebasan Irian Barat, Undang-undang Perjanjian Bagi Hasil, Undang-undang Pokok Agraria, politik membasmi DI-TII, “PRRI-Permesta”, mensahkan Manipol dan Dekon, menentang “Malaysia”, dll.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan politik yang membela imperialisme dan feodalisme ialah politik pemerintah RI, seperti membela penanaman modal asing, mendatangkan “Peace Corps” AS, menerima “program stabilisasi ekonomi” AS, melarang pemogokan, menyerang gerakan tani, dsb.
W.I. Lenin mengajar bahwa: “Negara adalah mesin untuk mempertahankan satu kelas di atas yang lain”. (W.I. Lenin: Negara, Yayasan Pembaruan hal. 16). Dalam karya yang lain Lenin menunjukkan bahwa : “Negara adalah suatu organisasi kekuatan yang khusus: ia adalah suatu organisasi kekerasan untuk menindas sesuatu kelas”. (W.I. Lenin: Negara dan Revolusi, hal. 33). Kekuasaan negara RI dewasa ini sebagaimana setiap kekuasaan negara yang lain, juga merupakan mesin dari golongan yang berkuasa untuk menindas golongan yang dikuasai.
Kekuasaan negara RI, ditinjau sebagai satu kontradiksi merupakan kontradiksi antara dua aspek yang saling berlawanan. Aspek pertama aspek yang mewakili kepentingan-kepentingan Rakyat. Aspek kedua aspek yang mewakili kepentingan-kepentingan musuh-musuh Rakyat. Aspek pertama diwujudkan oleh sikap dan politik yang maju dari Presiden Sukarno yang didukung oleh PKI dan golongan-golongan Rakyat lainnya. Aspek kedua diwujudkan oleh sikap dan politik dari kekuatan kanan atau kepala batu yang merupakan kekuatan lama yang masih bercokol.
Sekarang aspek Rakyat telah merupakan aspek pokok, dan memegang peranan memimpin dalam kekuasaan negara RI, artinya yang memimpin arah perkembangan politik dari kekuasaan negara RI. Sudah barang tentu aspek Rakyat telah mengalami proses perkembangannya sebelum kabinet Wilopo pada tahun 1952, ketika mulai lahir 2 macam politik dalam kabinet RI, yaitu politik yang revolusioner dan politik yang reaksioner, lahirlah benih aspek Rakyat, di samping ada aspek musuh Rakyat. Hingga kini kedua aspek telah mengalami proses perkembangannya masing-masing. Aspek Rakyat yang semula merupakan aspek yang bukan pokok telah berkembang menjadi aspek pokok, yang terbukti dengan makin tegasnya politik anti-imperialisme dari RI dan dengan disahkannya Manifesto Politik RI sebagai Garis Besar Haluan Negara RI dan program bersama Rakyat Indonesia. sedangkan aspek musuh Rakyat yang merupakan aspek bukan pokok dan tidak lagi dapat memimpin arah perkembangan kontradiksi tetapi masih menjadi aspek yang berdominasi, seperti akhir-akhir ini masih juga nekad untuk mensabot Dekon dengan mengeluarkan peraturan-peraturan ekonomi pada tanggal 26 Mei 1963 sebagai bentuk “stabilisasi ekonomi” ala AS. Tetapi negara RI keseluruhannya sudah dipimpin oleh kekuatan-kekuatan yang mewakili kepentingan-kepentingan Rakyat atau aspek Rakyat.
Membicarakan GKI tidaklah mempunyai maksud lain daripada untuk memperkuat persatuan GKI atas dasar Marxisme-Leninisme.
Sebagaimana kawan-kawan mengetahui hakekat perbedaan pendapat yang tumbuh dewasa ini dalam GKI pada dasarnya ialah berkisar pada masalah strategi dan taktik GKI dalam rangka revolusi sosialis dunia. Pernah saya kemukakan bahwa perbedaan-perbedaan pendapat dalam GKI itu timbul berhubung dengan cara bagaimana yang secepat-cepatnya kita mengubur imperialisme. Tidak ada seorang Komunis yang tidak mau mengubur imperialisme dan tidak ada seorang Komunis yang mau memperpanjang umur imperialisme. Soalnya ialah bagaimana cara yang sebaik-baiknya mengubur imperialisme itu. Tetapi cara yang keliru bisa memperpanjang umur imperialisme, berarti menguntungkan imperialisme. Jika yang sudah nyata keliru itu dibela mati-matian dan makin hari makin dibuktikan bahwa imperialisme makin diuntungkan, itu soalnya sudah lain, sudah bukan dalam rangka mengubur imperialisme lagi.
Adanya perbedaan pendapat dalam GKI di mana terdapat lebih dari 90 Partai Marxis-Leninis dan yang dipimpin oleh ribuan anggota CC adalah wajar. Lebih-lebih dengan masih banyaknya kawan-kawan yang suka membesar-besarkan perbedaan pendapat daripada mengutamakan persatuan pendapat, yang tidak mengutamakan yang utama, yang tidak dapat menahan diri kalau ada Partai Komunis lain berbeda pendiriannya mengenai hal-hal yang tidak pokok atau yang pokok tetapi yang penyelesaiannya masih dapat ditunda. Sudah barang tentu keadaan demikian ini digunakan oleh kaum imperialis dan kaum revisionis untuk lebih mempertajam perbedaan-perbedaan pendapat itu, dan untuk sementara waktu mereka berhasil membikin retak GKI. Mengapa justru kaum imperialis dan kaum revisionis yang menjadi sumber dari keretakan GKI itu? Sebabnya ialah karena GKI merupakan penghalang utama bagi kaum imperialis, terutama imperialis Amerika Serikat. Kaum imperialis memusatkan segala energinya untuk menghancurkan GKI. Jalan yang mereka tempuh ialah, kecuali menggunakan jalan yang biasa (kekerasan dan tipu muslihat), menggunakan kaum revisionis, terutama kaum revisionis modern Yugoslavia.
Seperti diketahui, serangan kaum imperialis dan kaum revisionis terhadap GKI mempunyai latar belakang sejarah. Latar belakang sejarahnya ialah sejak Marxisme mengungguli ilmu-ilmu lainnya. Tepat apa yang dikatakan oleh W.I. Lenin, bahwa “kemajuan Marxisme serta kenyataan bahwa ide-idenya meluas dan mendapat tempat bertaut yang kokoh di kalangan kelas buruh tidak boleh tidak menuju pada bertambah sering dan intensifnya serangan-serangan burjuis atas Marxisme, yang hanya semakin kokoh, semakin mengeras serta semakin kuat setiap kali ia dihancurkan oleh ilmu resmi.” (Marxisme dan revisionisme, Yayasan “Pembaruan” hal. 6). Kini, ketika gerakan Komunis dunia telah menjadi kekuatan politik yang paling berpengaruh dari jaman kita, telah merupakan faktor yang menentukan dari kemajuan masyarakat, kaum imperialis dan kaum revisionis mengarahkan ujung tombaknya pada GKI.
Pengalaman sejarah sudah membuktikan bahwa persatuan yang bisa bertahan lama harus mempunyai dasar yang kuat, dasar yang tidak tergoncangkan oleh perubahan-perubahan keadaan dan tidak menjadi berkarat jika ia semakin tua. Manifes Partai Komunis adalah contoh yang hidup bagi kita. Dan khususnya untuk GKI dewasa ini, sebagaimana sering dikemukakan PKI, teori Marxisme-Leninisme, Deklarasi 1957 dan Pernyataan 1960 adalah dasar dimana GKI berpijak. Ini berarti bahwa GKI harus bebas dari racun revisionisme dan harus konsekuen berpegang pada inti Marxisme-Leninisme, yaitu kecintaan pada Revolusi, dan tidak bisa lain harus melawan imperialisme di segala bidang. Di samping itu kita harus tidak henti-hentinya melawan dogmatisme, baik yang klasik maupun yang modern, karena juga dogmatisme menghambat jalannya revolusi. Pengalaman kami di Indonesia menunjukkan bahwa selama ada perbedaan pendapat yang serius di kalangan GKI, maka hal ini, jika tidak tepat cara menghadapinya, bisa merupakan rintangan yang hebat dalam mengkonsolidasi persatuan nasional, karena sekutu-sekutu dalam perjuangan anti-imperialis merasa tidak terjamin jika mereka menyandarkan diri pada kaum Komunis. Demikian pula merupakan rintangan hebat dalam usaha mengkonsolidasi persahabatan Republik Indonesia dengan negeri-negeri kubu sosialis. Kaum imperialis dan kaum reaksioner dalam negeri sangat giat berusaha menimbulkan keraguan di kalangan Rakyat terhadap kubu sosialis, dan berusaha menimbulkan demoralisasi di kalangan sementara Rakyat pekerja.
Sebaliknya, jika tepat cara menghadapinya, adanya perbedaan-perbedaan pendapat dan polemik-polemik dalam GKI dapat membajakan barisan kaum Komunis. Dalam waktu yang relatif singkat PKI telah berkembang dan lebih terbaja dalam ideologi, organisasi dan politik. Kader-kader PKI menjadi didorong dan semakin kritis mempelajari dan mengolah pengalaman-pengalaman dari GKI. Mereka semakin didorong untuk lebih dalam mempelajari teori Marxisme-Leninisme. Adalah garis PKI untuk memperkenalkan semua bahan-bahan dari GKI yang bisa didapat untuk dipelajari dan didiskusikan secara kritis dengan berpegangan pada sikap PKI sendiri dalam masalah GKI.
Sudah cukup kawan ketahui sikap PKI terhadap masalah-masalah dalam GKI dewasa ini. PKI adalah salah satu dari Partai-partai Marxis-Leninis yang pertama-tama mengusulkan supaya diadakan perundingan antara PKUS dan PKT. Oleh karena itu kami merasa gembira bahwa dalam bulan Juli yang lalu perundingan antara PKUS dan PKT telah berlangsung dan bahwa perundingan ini tidak putus, tapi akan disambung lagi kemudian hari. Karena kami mengetahui seriusnya dan hakikinya persoalan-persoalan, kami tidak mengharapkan yang lebih daripada ini.
Pengalaman hingga kini menunjukkan bahwa sikap bebas (independen) yang diambil oleh PKI, juga dalam menghadapi masalah-masalah GKI, adalah sikap yang dapat memperkuat kebulatan dalam PKI. Sikap bebas bukanlah sikap netral, tetapi sikap yang tegas berpegangan teguh pada Marxisme-Leninisme dan sikap yang mengambil peranan aktif dalam penyelesaian keretakan dalam GKI. Dengan mengibarkan tinggi-tinggi panji kebebasan Partai Marxis-Leninis, yaitu perwujudan daripada hak-sama dan bebas dalam keluarga Partai-partai Komunis sedunia, maka dapatlah kami memelihara dan mengkonsolidasi kebulatan dalam Partai berdasarkan Marxisme-Leninisme, walaupun betapa hebatnya pertentangan-pertentangan dalam GKI.
Sikap bebas telah mendidik para kader PKI untuk bersikap kritis dalam menghadapi berbagai masalah, telah menjauhkan PKI dari dogmatisme dan karena itu telah memberi dorongan yang kuat dalam usaha PKI mengIndonesiakan Marxisme-Leninisme, yaitu mengintegrasikan secara total kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia. PKI senantia menjaga persahabatan yang akrab dengan Partai-partai sekawan lainnya. Ini berarti bahwa dalam kegiatan sehari-harinya PKI selalu menganjurkan pada anggota-anggotanya supaya senantiasa belajar pada Partai-partai sekawan lainnya dan bersamaan dengan itu tidak menghendaki adanya Partai lain campur tangan dalam urusan intern PKI. Hal ini sepenuhnya sesuai dengan ketentuan hubungan antar-Partai-partai Marxis-Leninis sebagaimana termaktub dalam Pernyataan 1960. Seperti diketahui kita bisa belajar pada Partai sekawan tidak hanya dari segi-segi positifnya, tetapi juga bisa dari segi-segi negatifnya. Dari guru yang jelekpun kita juga bisa belajar, yaitu belajar bagaimana jangan sampai seperti pak guru itu. (ketawa).
Adanya sikap PKI yang gigih melawan imperialisme dengan bersemboyan: “kita cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” berarti bahwa di atas segala-galanya perdamaian hanya akan dapat dicapai dan persatuan dalam GKI akan dapat diperkuat, jika ujung tombak perjuangan revolusioner diarahkan pada imperialisme, yang pada dewasa ini dikepalai oleh Amerika Serikat.
Pernyataan 1960 menekankan tentang pentingnya perjuangan melawan revisionisme modern Yugoslavia sebagai berikut: “Partai-partai Komunis secara bulat mengutuk oportunisme internasional macam Yugoslavia, suatu macam penjelmaan yang dikonsentrasi dari teori-teori revisionis modern. Setelah mengkhianati Marxisme-Leninisme dan menyatakan teori ini sudah usang, pemimpin-pemimpin Liga Komunis Yugoslavia mempertentangkan program revisionis anti-Leninis mereka dengan Deklarasi 1957, mereka mempertentangkan LKJ dengan seluruh gerakan Komunis Internasional, memisahkan negerinya dari kubu sosialis, menempatkannya pada kedudukan tergantung pada apa yang dinamakan ‘bantuan’ dari kaum imperialis Amerika dan kaum imperialis lainnya dan dengan demikian menimbulkan bahaya akan hilangnya hasil-hasil revolusioner yang dicapai oleh Rakyat Yugoslavia dalam perjuangan heroik. Kaum revisionis Yugoslavia melakukan kegiatan subversif terhadap kubu sosialis dan gerakan Komunis dunia. Dengan dalih politik berada di luar blok mereka menjalankan kegiatan-kegiatan yang merugikan persatuan semua kekuatan dan negeri-negeri yang cinta damai. Penelanjangan seterusnya terhadap pemimpin-pemimpin kaum revisionis Yugoslavia dan perjuangan yang aktif untuk melindungi gerakan Komunis serta gerakan klas buruh terhadap ide-ide anti-Leninis dari kaum revisionis Yugoslavia tetap merupakan tugas wajib Partai-partai Marxis-Leninis.” (Pernyataan 1960, Yayasan “Pembaruan”, hal. 57, 1960). Sengaja hal ini saya kutip lengkap karena justru bagian ini dari Pernyataan 1960 yang pada dewasa ini mempunyai makna yang sangat penting. (tepuk tangan riuh sekali)
Pengalaman kaum Komunis Indonesia menunjukkan bahwa kaum revisionis modern Yugoslavia justru terus melakukan apa yang telah dikritik dengan keras dalam Pernyataan 1960 tersebut. Hal ini antara lain dapat dibuktikan dengan usahanya untuk menyebarkan ide jalan ketiga dan membelokkan perjuangan anti-imperialis dari negeri-negeri yang sedang berjuang melawan imperialisme dan neo-kolonialisme. Seperti diketahui ide ini telah dilawan di Indonesia dengan mengibarkan tinggi-tinggi ide revolusioner tentang adanya dua kekuatan di dunia yang bertentangan, yaitu kekuatan baru yang sedang tumbuh melawan kekuatan lama yang masih bercokol. Adalah juga kaum revisionis Yugoslavia yang menghasut-hasut supaya di Indonesia tidak dibentuk kabinet Nasakom, karena katanya kalau kabinet Nasakom dibentuk Indonesia akan teisolasi, sebab: a. kabinet Nasakom tidak disetujui oleh negeri-negeri Barat, b. tidak disetujui oleh negeri-negeri non-aligned, dan c. tidak disetujui negeri-negeri sosialis di Eropa Timur. Juga kaum revisonis Yugoslavialah yang menyetujui dibentuknya federasi “Malaysia”, yang ditentang keras oleh Republik Indonesia. kaum revisionis Yugoslavia juga mengambil peranan aktif dalam mengacau dan menimbulkan pecah-belah dalam gerakan revolusioner Rakyat-rakyat Asia-Afrika.
Bahwa Yugoslavia semakin hari semakin merosot menjadi negeri yang mengabdi pada kepentingan blok kapitalis dapatlah diikuti dari fakta-fakta yang menyatakan bahwa bantuan ekonomi AS kepada Yugoslavia setiap tahun meliputi 1/3 dari jumlah anggaran belanjanya yang sampai tahun 1962 sudah berjumlah 3.500 juta dollar AS. Sejak tahun 1961 jadi sesudah Pernyataan 1960 Yugoslavia telah “meliberalisasi” perdagangan luar negerinya yang menyebabkan suburnya perusahaan impor dan ekspor dan membikin produksi industri dalam negeri lumpuh.
Maka itu tugas untuk dengan gigih menelanjangi kaum revisionis modern Yugoslavia seperti yang ditandaskan dalam Pernyataan 1960, adalah tugas yang harus terus kita lakukan.
Meskipun ada perbedaan-perbedaan pendapat yang serius dan ada polemik-polemik dalam GKI, namun PKI telah berhasil untuk membikin keadaan yang pahit ini menjadi suatu yang positif. Kebulatan pikiran Marxis-Leninis dalam PKI terus diperkuat sebagai jaminan untuk kemenangan revolusi Indonesia dan untuk memperkuat GKI.
Langkah-langkah yang telah diambil PKI adalah sebagai berikut:
Dewasa ini tidak seorang pun Komunis yang dapat menghindarkan diri dari kenyataan adanya perbedaan pendapat yang serius dan hakiki dalam GKI dan tidak seorang pun komunis bisa bersikap netral terhadap perbedaan-perbedaan pendapat itu. Berkat ketepatan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan pendapat dalam GKI, perkembangan PKI tidak dirugikan dan malahan sebaliknya. Hal ini dibuktikan oleh kenyataan makin berkembangnya PKI, makin meningkatnya taraf teori dan makin kuatnya semangat Marxisme-Leninisme dari para kader dan anggota PKI.
Seperti yang sudah saya jelaskan di muka, selama menghadapi perbedaan-perbedaan pendapat yang serius dalam GKI kaum Komunis Indonesia menjadi lebih menyadari akan benarnya sikap bebas (independent) yang telah diambilnya selama ini, sikap setia pada Marxisme-Leninisme dan internasionalisme proletar, sikap setia pada Deklarasi 1957 dan Pernyataan 1960, sikap membasmi subjektivisme, sikap membasmi revisionisme baik klasik maupun modern dan membasmi dogmatisme baik klasik maupun modern, sikap menjunjung tinggi semangat optimisme realis dalam menghadapi kenyataan adanya perbedaan pendapat yang serius dan hakiki dalam GKI, dan bahwa semuanya itu adalah gejala sementara. (tepuk tangan riuh).
Kawan-kawan yang tercinta!
Demikianlah, kawan-kawan, uraian saya pada kesempatan ini. Maksud saya tidak lain ialah untuk memperkenalkan kepada kawan-kawan problem-problem dan tugas-tugas mendesak apa yang sedang dihadapi Rakyat dan kaum Komunis Indonesia dewasa ini. (tepuk tangan).
Dari uraian saya di atas dapat kawan-kawan ketahui bahwa kami kaum Komunis Indonesia banyak belajar dari Revolusi Tiongkok, di samping juga belajar dari revolusi-revolusi negeri lain. Kami akan senantiasa dengan rendah hati belajar dari Revolusi Tiongkok dan dari revolusi-revolusi negeri lain. (tepuk tangan).
Kami akan terus dengan rendah hati dan dengan jujur belajar Marxisme-Leninisme. Apalagi pada taraf perjuangan GKI dewasa ini Marxisme-Leninisme harus lebih banyak dipelajari supaya tahu benar-benar apa yang dimaksudkan oleh Marx dan Lenin mengenai ajaran-ajarannya. Hanya dengan demikian kita bisa menghindarkan diri dari menjadi pemalsu-pemalsu Marxisme-Leninisme atau menjadi politisi-politisi yang tak menentu, dan dapat tetap berada pada posisi Marxis-Leninis yang sejati. (tepuk tangan).
Kaum komunis Indonesia merasa bahwa mereka sudah berada di jalan yang benar, yaitu jalan mengintegrasikan secara total kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia. (tepuk tangan).
Sampai batas-batas tertentu kami sudah berhasil meng-Indonesia-kan Marxisme-Leninisme. Tetapi tidak mungkin hal ini sekarang sudah sempurna dan oleh karena itulah kami memegang teguh semboyan bekerja dan belajar kami, yaitu “Tahu Marxisme-Leninisme dan kenal keadaan”. (tepuk tangan).
Sekian dan terima kasih. (tepuk tangan riuh).
Peking, 2 September 1963.
-------------------------------
Hari ini Kawan Aidit telah memenuhi undangan kami datang ke Sekolah Partai Tinggi CC Partai Komunis Tiongkok untuk memberi ceramah kepada kader-kader tinggi Partai kami. Kami semua merasa gembira sekali. Pertama-tama perkenankanlah kami mengucapkan selamat datang yg hangat kepada Aidit dan kawan-kawan Delegasi Partai Komunis Indonesia.
Kawan Aidit adalah Ketua Partai Komunis Indonesia, pemimpin Partai Komunis Indonesia yang dicintai dan dihormati oleh Partainya, aktivis revolusioner yang dihormati Rakyat Indonesia, pejuang yang ulung dalam gerakan Komunis internasional, kawan dan sahabat yang paling akrab bagi Partai Komunis Tiongkok dan Rakyat Tiongkok. Segenap pelajar Sekolah Partai Tinggi dan kader-kader kami sudah kenal sekali dengan kawan Aidit. Kami semua sudah membaca tulisan-tulisan, laporan-laporan, dan karya-karya kawan Aidit, dan semua mengetahui sumbangan-sumbangan besar dari Partai Komunis Indonesia yang diketuai oleh kawan Aidit dalam perjuangan membela Marxisme-Leninisme melawan revisionisme modern.
Sebagaimana kita ketahui, sejak tahun 1951 Partai Komunis Indonesia menegakkan suatu pimpinan Comite Central yang dikepalai oleh kawan Aidit untuk seluruh Partai. Sejak itulah Partai Komunis Indonesia selalu berada dibawah pimpinan yang tepat dari Comite Central yang dikepalai oleh Kawan Aidit, menentukan dan menjalankan garis dan politik yang Marxis-Leninis, sehingga perkembangan usaha-usaha revolusioner Partai Komunis Indonesia dan Rakyat Indonesia mendapat jaminan yang paling penting. Sejak saat itu, Partai Komunis Indonesia memimpin Rakyat Indonesia, mempersatukan semua kekuatan patriotik dan demokratis di Indonesia, dan mencapai kemenangan-kemenangan besar dalam perjuangan untuk demokrasi Rakyat, melawan kekuatan-kekuatan reaksioner dalam negeri, maupun dalam perjuangan untuk kemerdekaan nasional yang penuh, melawan imperialisme AS dan imperialisme Belanda. Partai Komunis Tiongkok dan Rakyat Tiongkok memandang setiap kemenangan dan setiap hasil Partai Komunis Indonesia sebagai kemenangannya sendiri, sebagai hasilnya sendiri, dan merasa gembira serta mendapat inspirasi karena itu.
Partai Komunis Indonesia termasuk salah satu Partai Marxis-Leninis yang besar dan teguh dalam barisan Komunis internasional. Dengan pimpinan CC Partai yang dikepalai oleh kawan Aidit, Partai Komunis Indonesia pandai memadukan kebenaran universil Marxisme-Leninisme dengan praktek revolusi Indonesia, pandai menyimpulkan pengalaman revolusi Indonesia, dan menyusun teori yang sistematis dan politik-politik sebagai tuntutan bagi revolusi Indonesia, sehingga memperkaya dan mengembangkan Marxisme-Leninisme. Justru karena itu, usaha-usaha revolusioner Partai Komunis Indonesia dan Rakyat Indonesia mengalami kemajuan yang dinamis. Kini Partai Komunis Indonesia dengan keanggotaannya yang berjumlah jutaan itu telah menjadi Partai besar nomor satu di antara Partai-partai komunis berbagai negeri di luar kubu Sosialis.
Sesudah Kongres ke XX PKUS, ada suatu pengalaman dan pelajaran yang penting dalam Gerakan Komunis Internasional. Yaitu, bila sesuatu Partai Komunis berpegang teguh pada garis revolusioner Marxis-Leninis, dengan tegas menolak dan melawan garis revisionis, ia akan subur penuh semangat berkobar-kobar, dan pasti dapat membaw maju usaha-usaha revolusioner, pasti memperoleh dukungan dari massa Rakyat. Sebaliknya, bila sesuatu Partai menyimpang dari Marxisme-Leninisme, mengambil garis revisionis yang tidak revolusioner dan menentang revolusi, ia pasti akan terpisah dari massa Rakyat yang luas, sehingga politis ia terpencil dan lemah tidak berdaya, atau merosot menjadi partai revisionis, menjadi partai Sosial-Demokratis yang baru.
Dalam surat “Usul Mengenai Garis Umum Gerakan Komunis Internasional”, partai kami pernah berkata, bahwa di antara pengalaman-pengalaman Gerakan Komunis Internasional selama tahun-tahun terakhir ini, banyak yang seharusnya mendapat pujian, tapi banyak pula yang menyedihkan. Ada pun partai-partai sekawan di negeri-negeri kapitalis: ada Partai yang memang sangat kuat sebelum maupun sesudah perang dunia II, tetapi karena selama tahun-tahun akhir ini pimpinan Partai itu menjalankan garis revisionis, terlepas dari tuntutan revolusioner massa Rakyat, maka ia semakin kehilangan kepercayaan massa.
Ada partai yang pimpinannya mengambil garis yang menolak revolusi dan menentang orang lain berrevolusi, maka kaum Marxis-Leninis di luar maupun dalam Partai tidakbisa lain kecuali berkumpul di luar Partai, menggantikan kedudukan mereka dalam revolusi dan memimpin Rakyat berevolusi.
Ada Partai yang pemimpinnya ketika Rakyat bangkit mengangkat senjata berrevolusi, sama sekali memisahkan diri dari perjuangan bersenjata, sehingga sama sekali kehilangan kedudukan politik di dalam negeri, dan hegemoni revolusi jatuh ke tangan burjuasi nasional.
Ada partai yang pimpinannya menjalankan politik oportunis, selalu menaruh ilusi pada kerjasama dengan burjuasi untuk menciptakan suatu teladan tentang apa yang disebut “peralihan secara damai”, akibatnya ketika burjuasi reaksioner mengkhianati revolusi dan menindas Rakyat, kaum Komunis dan massa revolusioner menderita korban berat yang tidak semestinya.
Ada Partai yang grup pimpinannya menempuh jalan oportunis, akibatnya Partai itu merosot menjadi embel-embel burjuasi reaksioner.
Kesemuanya itu adalah menyedihkan, dan juga memberi pelajaran yang minta direnungkan sungguh-sungguh.
Tetapi yang patut kita gembirakan dan yang kita rasa beruntung ialah bahwa lebih banyak pula pengalaman-pengalaman yang sukses dalam gerakan Komunis internasional. Yaitu pengalaman Partai Komunis Indonesia, pengalaman Partai Komunis Jepang dan Partai-partai sekawan lainnya yang Marxis-Leninis. Pengalaman-pengalaman yang sukses itu patut kita puji. Partai Komunis Indonesia berpegang teguh pada garis Marxis-Leninis yang tepat, karena itu usaha-usaha revolusioner di bawah pimpinan Partai mencapai kemajuan yang pesat, kewibawaan dan pengaruh Partai di dalam maupun luar negeri semakin naik. Di kalangan kaum komunis dan Rakyat revolusioner di dunia kapitalis, terutama di negeri-negeri Asia, Afrika dan Amerika Latin, Partai Komunis Indonesia mempunyai daya-penarik yang semakin besar. Hasil-hasil besar dan pengalaman kaya yang dicapai oleh Partai Komunis Indonesia dengan berpegang teguh pada garis revolusioner Marxis-Leninis, mengandung arti internasional yang penting dalam gerakan komunis internasional.
Seperti juga Partai kami, Partai Komunis Indonesia yang berpegang teguh pada Marxisme-Leninisme mengalami fitnahan-fitnahan dan serangan-serangan dan fitnahan-fitnahan kaum revisionis terhadap kita itu bukanlah sesuatu yang memalukan bagi kita, melainkan suatu kehormatan bagi kita, dan bukan menunjukkan kesalahan jalan kita, melainkan justru membuktikan kebenaran jalan kita.
Dalam perjuangan bersama melawan imperialisme, melawan kaum reaksioner berbagai negeri dan revisionisme, Partai Komunis Indonesia dan Partai Komunis Tiongkok selalu saling menyokong dan saling membantu. Kami menyatakan terima kasih dari lubuk hati kami atas sokongan dan bantuan Partai Komunis Indonesia kepada kami dalam perjuangan bersama. Antara Partai Komunis Indonesia dan Partai Komunis Tiongkok terdapat persahabatan dan persatuan yang dalam dan tak terpatahkan. persahabatan dan persatuan yang besar ini digalang atas dasar Marxisme-Leninisme dan internasionalisme proletar, digalang atas dasar membela Marxisme-Leninisme serta melawan revisionisme dan dogmatisme, digalang atas dasar kebebasan, persamaan, mencapai kebulatan melalui musyawarah dan saling bantu sebagaimana tercantum dalam Deklarasi dan Pernyataan, digalang atas dasar perjuangan bersama untuk perdamaian dunia, pembebasan nasional, demokrasi Rakyat dan Sosialisme, melawan imperialisme yang dikepalai AS, dan digalang atas dasar usaha bersama untuk mencapai kemenangan revolusi dunia proletar. Ini berarti bahwa kita adalah saudara sekelas yang senasib senafas. Imperialisme, kaum reaksioner dan kaum revisionis mencoba merusak persaudaraan kedua Partai kita, tapi semua itu sia-sia belaka.
Kawan-kawan, pengalaman Partai Komunis Indonesia yang kaya dan generalisasi pengalaman itu secara teoritis, yaitu karya-karya Kawan Aidit, sungguh pentinglah artinya sebagai pelajaran kita. Kita harus dengan rendah hati belajar dari pengalaman Partai Komunis Indonesia, belajar dari karya-karya Kawan Aidit. Hari ini Kawan Aidit sendiri datang memberi ceramah kepada kita, dengan demikian kita justru mendapat suatu kesempatan yang terbaik untuk belajar.
Kawan-kawan, mari kita sambut ceramah Kawan Aidit untuk kita ini dengan tepuk tangan yang hangat!
Peking, 2 September 1963