MIA > Bahasa Indonesia > Karya Marxis > Trotsky
Ditulis: 30 Oktober, 1937
Pertama kali Diterbitkan: Dalam bahasa Afrikaan di Afrika Selatan untuk edisi pertama Manifesto Komunis dalam bahasa tersebut. Dalam bahasa Inggris di The New International [New York], Vol. IV No. 2, Februari 1938, hal. 53-55, 63.
Penerjemah: Ted Sprague (8 November 2023).
Sumber: Ninety Years of the Communist Manifesto. Trotsky Internet Archive.
Sungguh sulit dipercaya 10 tahun lagi Manifesto Partai Komunis akan berumur 100 tahun! Pamflet tersebut, yang menunjukkan kegeniusan yang lebih besar daripada sosok mana pun di dunia literatur, bahkan masih mengejutkan kita hari ini dengan kesegarannya. Bagian-bagian terpenting dari pamflet tersebut seakan-akan ditulis kemarin. Jelas sekali, para penulisnya yang muda (Marx berumur 29 tahun, Engels berumur 27 tahun) mampu melihat lebih jauh ke depan dibandingkan siapa pun sebelum mereka, dan mungkin siapa pun setelah mereka.
Dalam kata pengantar yang mereka tulis bersama untuk edisi tahun 1872, Marx dan Engels menyatakan bahwa meskipun ada beberapa bagian tertentu dalam Manifesto telah menjadi usang, mereka merasa tidak punya lagi hak untuk mengubah teks ini karena Manifesto Komunis telah menjadi sebuah dokumen bersejarah, selama periode 25 tahun semenjak diterbitkannya. Enam puluh lima tahun telah berlalu sejak itu. Beberapa bagian dalam Manifesto bahkan telah menjadi lebih usang. Kita akan mencoba menjabarkan secara singkat dalam kata pengantar ini gagasan-gagasan dalam Manifesto Komunis yang masih memiliki kekuatan penuhnya hari ini dan gagasan-gagasan yang membutuhkan perubahan penting atau penekanan.
1. Konsepsi materialis tentang sejarah, yang ditemukan oleh Marx dan diterapkan dengan sangat berhasil dalam Manifesto Komunis, telah sepenuhnya teruji oleh peristiwa dan kritik. Hari ini ia adalah salah satu instrumen pemikiran manusia yang paling berharga. Semua interpretasi proses sejarah lain telah kehilangan semua makna ilmiahnya. Kita dapat menyatakan dengan kepastian bahwa di masa sekarang kita tidak akan bisa menjadi seorang militan revolusioner, atau bahkan seorang pengamat politik yang baik, tanpa mengasimilasi penafsiran materialis terhadap sejarah.
2. Bab pertama Manifesto Komunis dibuka dengan kalimat berikut ini: “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang adalah sejarah perjuangan kelas.” Postulat ini, yang merupakan kesimpulan paling penting yang ditarik dari interpretasi materialis terhadap sejarah, segera menjadi isu dalam perjuangan kelas. Kaum reaksioner yang munafik, kaum doktriner liberal, dan kaum demokrat idealis segera meluncurkan serangan-serangan yang sangat berbisa terhadap teori ini, yakni teori yang menggantikan "kesejahteraan bersama", "persatuan nasional", dan "kebenaran moral yang abadi" dengan perjuangan kepentingan material. Mereka kemudian diikuti oleh rekrut-rekrut baru dari jajaran gerakan buruh itu sendiri, oleh kaum revisionis, yaitu orang-orang yang ingin mengkaji ulang (“merevisi”) Marxisme dalam semangat kolaborasi kelas dan konsiliasi kelas. Akhirnya, di masa kita sendiri, jalan yang sama telah ditempuh dalam praktiknya oleh para epigon terkutuk dari Komunis Internasional[1] (yaitu kaum “Stalinis”): apa-yang-disebut kebijakan Front Rakyat atau Front Popular[2] mengalir sepenuhnya dari penyangkalan terhadap hukum-hukum perjuangan kelas. Sementara, zaman imperialisme telah membawa semua kontradiksi-kontradiksi sosial ke tensi tertingginya, dan menjadi fakta yang memberi Manifesto Komunis kemenangan teoritisnya yang paling besar.
3. Anatomi kapitalisme, sebagai tahapan tertentu dalam perkembangan ekonomi masyarakat, dijelaskan sepenuhnya oleh Marx dalam Kapital (1867). Tetapi bahkan dalam Manifesto Komunis garis-garis utama analisa Kapital sudah dipaparkan dengan tegas: pembayaran daya-kerja (labour power) yang setara dengan biaya reproduksinya; apropriasi nilai lebih oleh kaum kapitalis; kompetisi sebagai hukum dasar relasi-relasi sosial; kehancuran kelas menengah, yaitu kelas borjuis kecil perkotaan dan kaum tani; konsentrasi kekayaan di tangan segelintir pemilik properti yang semakin kecil jumlahnya, di satu kutub, dan pertumbuhan jumlah kaum proletar, di kutub yang lain; persiapan prasyarat material dan politik bagi rejim sosialis.
4. Proposisi dalam Manifesto Komunis mengenai kecenderungan kapitalisme untuk menurunkan taraf hidup buruh, dan bahkan mengubahnya menjadi fakir miskin, telah diserang habis-habisan. Para pendeta, profesor, jurnalis, teoretikus Sosial Demokratik, dan pemimpin serikat buruh menentang apa-yang-disebut “teori pemiskinan”. Mereka selalu menemukan tanda-tanda adanya perbaikan kesejahteraan rakyat pekerja, dengan menganggap buruh aristokrat sebagai proletariat, atau menganggap kecenderungan yang bersifat sementara sebagai sesuatu yang permanen. Sementara, bahkan perkembangan kapitalisme terkuat di dunia, yaitu kapitalisme Amerika Serikat, telah mengubah jutaan buruh menjadi fakir miskin yang mengandalkan bantuan sosial dari badan amal federal, kota, atau swasta.
5. Bertentangan dengan Manifesto Komunis, yang menggambarkan krisis-krisis komersial dan industrial sebagai serangkaian bencana yang semakin hari semakin besar, kaum revisionis bersumpah bahwa perkembangan trust[3] nasional dan internasional akan menjamin kendali terhadap pasar, dan perlahan-lahan akan mengarah pada penghapusan krisis. Penghujung abad yang lalu dan awal abad ini pada kenyataannya ditandai oleh perkembangan kapitalisme yang begitu pesat sehingga membuat krisis tampak seperti kemunduran “aksidental”. Tetapi zaman ini telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Pada analisa terakhir, kebenaran ternyata ada di pihak Marx dalam masalah ini juga.
6. “Lembaga eksekutif Negara modern tidak lain adalah komite untuk mengelola masalah bersama seluruh borjuasi.” Formula yang ringkas ini, yang dilihat oleh para pemimpin Sosial Demokrasi sebagai paradoks jurnalistik, mengandung satu-satunya teori ilmiah mengenai negara. Demokrasi yang dibangun oleh borjuasi bukanlah, seperti yang dibayangkan Bernstein dan Kautsky, sebuah karung kosong yang bisa diisi dengan konten kelas apa pun. Demokrasi borjuis hanya dapat melayani kelas borjuasi. Sebuah pemerintahan “Front Rakyat”, entah itu dipimpin oleh Blum[4] atau Chautemps[5], Caballero[6] atau Negrin[7], hanyalah “komite untuk mengelola masalah bersama seluruh borjuasi.” Bila “komite” ini tidak becus mengelola, borjuasi akan memecatnya.
7. “Setiap perjuangan kelas adalah perjuangan politik.” “Mengorganisasi kaum proletar sebagai sebuah kelas [adalah] sebagai konsekuensinya mengorganisasinya ke dalam sebuah partai politik.” Aktivis serikat buruh, di satu sisi, dan kaum anarko-sindikalis, di sisi lain, telah lama menghindar – dan bahkan sekarang mencoba menghindar – dari pemahaman akan hukum sejarah ini. Serikat-buruhisme “murni” sekarang telah menderita pukulan telak di tempat perlindungan utamanya: Amerika Serikat. Anarko-sindikalisme telah menderita kekalahan telak di benteng pertahanan terakhirnya – Spanyol. Di sini juga Manifesto terbukti benar
8. Proletariat tidak dapat merebut kekuasaan dalam kerangka legalitas yang dibentuk oleh kaum borjuis. “Kaum Komunis secara terbuka menyatakan bahwa cita-cita mereka hanya bisa dicapai dengan secara paksa menumbangkan semua kondisi sosial yang ada.” Reformisme mencoba menjelaskan postulat dari Manifesto Komunis ini dengan alasan bahwa gerakan pada saat itu belumlah matang, dan demokrasi masih belum berkembang secara memadai. Nasib Italia, Jerman dan banyak negeri “demokrasi” lainnya membuktikan bahwa “ketidakmatangan” adalah ciri-ciri khas gagasan reformis itu sendiri.
9. Untuk membentuk masyarakat sosialis, kelas buruh harus memusatkan ke dalam tangannya sebuah kekuatan yang sedemikian besar sehingga mampu meremukkan semua rintangan politik yang menghalangi jalannya ke sistem yang baru itu. “Proletariat yang terorganisir sebagai kelas penguasa” – inilah kediktatoran. Pada saat yang sama, ini adalah satu-satunya demokrasi proletarian yang sejati. Cakupan dan kedalaman dari demokrasi proletarian ini bergantung pada kondisi-kondisi historis yang konkret. Semakin banyak negara yang menempuh jalan revolusi sosialis, maka semakin bebas dan semakin fleksibel bentuk yang akan diambil oleh kediktatoran proletariat ini, dan semakin luas dan dalam demokrasi buruh ini.
10. Perkembangan internasional dari kapitalisme telah mengkodratkan karakter internasional dari revolusi proletarian. “Aksi bersama, setidaknya dari negeri-negeri kapitalis utama, adalah salah satu syarat pertama bagi emansipasi proletariat.” Perkembangan kapitalisme selanjutnya telah mengikat erat seluruh bagian planet kita, yang “beradab” dan yang “tidak beradab”, sehingga masalah revolusi sosialis telah sepenuhnya dan secara menentukan mengambil karakter internasional. Birokrasi Soviet mencoba melikuidasi Manifesto Komunis sehubungan dengan masalah fundamental ini. Degenerasi Bonapartis negara Soviet adalah sebuah ilustrasi yang mencolok dari kekeliruan teori sosialisme di satu negeri.
11. “Ketika perbedaan kelas telah sirna, dan semua produksi telah dipusatkan ke dalam tangan sebuah asosiasi seluruh bangsa, maka kekuasaan publik akan kehilangan karakter politiknya.” Dalam kata lain, negara akan melenyap. Masyarakat akan tetap ada, tetapi bebas dari belenggu negara. Ini tidak lain adalah sosialisme. Teori yang sebaliknya: menguatnya represi negara yang menyeramkan di Uni Soviet adalah bukti jelas bahwa masyarakat Uni Soviet sedang bergerak menjauhi sosialisme.
12. “Kaum buruh tidak punya tanah air.” Kata-kata dari Manifesto Komunis ini sering kali dianggap oleh kaum filistin hanya sebagai slogan agitasi yang pintar. Pada kenyataannya kata-kata ini menyediakan kepada kaum proletar satu-satunya panduan untuk menjawab masalah “tanah air” kapitalis. Pelanggaran terhadap panduan ini[8] oleh Internasional Kedua[9] tidak hanya menyebabkan empat tahun kehancuran di Eropa[10], tetapi juga stagnasi kebudayaan dunia. Menimbang perang baru yang akan datang[11], yang kedatangannya telah dibuka jalannya oleh pengkhianatan Internasional Ketiga, Manifesto Komunis bahkan sekarang masih merupakan panduan yang paling dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan “tanah air” kapitalis.
Dengan ini, kita melihat bagaimana karya bersama dan singkat dari dua penulis ini [Marx dan Engels] terus menyediakan panduan penting bagi problem perjuangan emansipasi yang paling penting dan paling mendesak. Buku lain mana yang dapat dibandingkan dengan Manifesto Komunis? Tetapi ini tidak berarti bahwa setelah 90 tahun perkembangan kekuatan produktif yang tanpa preseden dan perjuangan sosial yang luas, Manifesto Komunis tidak membutuhkan koreksi atau tambahan. Pemikiran revolusioner tidak ada kesamaannya dengan pemujaan berhala. Program dan prognosis diuji dan diperbaiki melalui pengalaman, yang merupakan kriteria tertinggi nalar manusia. Manifesto Komunis, juga, membutuhkan koreksi dan tambahan. Namun, seperti yang telah dibuktikan oleh pengalaman sejarah, koreksi-koreksi dan tambahan-tambahan ini hanya dapat berhasil dilakukan dengan menggunakan metode yang menjadi fondasi Manifesto Komunis itu sendiri. Kita akan mencoba menjabarkan ini dalam beberapa contoh yang paling penting.
1. Marx mengajarkan bahwa tidak ada sistem sosial yang akan meninggalkan arena sejarah sebelum sistem sosial tersebut menghabiskan seluruh potensi kreativitasnya. Manifesto Komunis mengkritik kapitalisme karena ia menghambat perkembangan kekuatan produktif. Namun, selama periode itu, dan juga pada dekade-dekade selanjutnya, penghambatan ini hanya bersifat relatif. Bila saja pada paruh kedua abad ke-19 kita bisa mengorganisasi ekonomi secara sosialis, maka tempo pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih cepat. Tetapi postulat teoritis yang tak terbantahkan ini tidak menihilkan fakta bahwa kekuatan produktif terus berkembang dalam skala dunia, sampai pada perang dunia [Perang Dunia I]. Hanya dalam 20 tahun terakhir, kendati pencapaian sains dan teknologi yang paling modern, kita mulai saksikan era stagnasi dan bahkan kemunduran ekonomi dunia. Umat manusia mulai menghabiskan kapital yang telah diakumulasinya, sementara perang yang akan datang [Perang Dunia II] mengancam menghancurkan fondasi peradaban manusia untuk bertahun-tahun ke depan. Pengarang Manifesto Komunis berpendapat bahwa kapitalisme akan dirobohkan jauh sebelum rejim kapitalis yang relatif reaksioner ini berubah menjadi sebuah rejim yang sungguh-sungguh reaksioner. Perubahan ini mengambil bentuk finalnya di depan mata generasi hari ini, dan mengubah zaman kita menjadi zaman peperangan, revolusi, dan fasisme.
2. Kekeliruan Marx dan Engels dalam penanggalan historis mengalir, di satu sisi, dari menaksir terlalu rendah kemungkinan-kemungkinan masa depan yang laten dalam kapitalisme, dan, di sisi lain, menaksir terlalu tinggi kematangan revolusioner proletariat. Revolusi 1848[12] tidak berubah menjadi revolusi sosialis seperti yang diperkirakan oleh Manifesto Komunis, tetapi membuka jalan bagi Jerman untuk perkembangan kapitalis yang luas di masa depan. Komune Paris[13] membuktikan bahwa kaum proletar, tanpa memiliki kepemimpinan partai revolusioner yang tertempa, tidak dapat merebut kekuasaan dari kaum borjuis. Sementara, periode kemakmuran kapitalis yang berkepanjangan yang menyusul setelah Komune Paris bukannya membawa edukasi bagi kaum pelopor revolusioner, tetapi justru membawa degenerasi borjuis di antara aristokrasi buruh, yang pada gilirannya menjadi penghambat utama revolusi proletariat. Para pengarang Manifesto Komunis tidak mungkin bisa memprediksi “dialektika” ini.
3. Bagi Manifesto Komunis, kapitalisme adalah kerajaan kompetisi bebas. Sementara berbicara mengenai konsentrasi kapital yang terus menguat, Manifesto Komunis tidak menarik kesimpulan yang diperlukan mengenai monopoli, yang telah menjadi bentuk kapitalisme yang dominan di era kita hari ini dan prasyarat yang paling penting bagi ekonomi sosialis. Hanya setelah itu, di Kapital, Marx memaparkan kecenderungan transformasi persaingan bebas menjadi monopoli. Lenin-lah yang kemudian memberikan karakterisasi ilmiah terhadap kapitalisme monopoli di dalam bukunya Imperialisme [Imperialisme, Tahapan Tertinggi Kapitalisme].
4. Dengan menggunakan contoh “Revolusi Industri” di Inggris, para pengarang Manifesto Komunis menggambarkan proses likuidasi kelas-kelas menengah (pengrajin, pedagang kecil, dan kaum tani) dan proletarianisasi penuh kelas-kelas ini dengan terlalu sepihak. Pada kenyataannya, kekuatan-kekuatan dasar kompetisi sangatlah jauh dari menuntaskan kerja yang progresif dan juga barbar ini. Kapitalisme telah menghancurkan kaum borjuis kecil dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada kemampuannya untuk mengubah mereka menjadi kaum proletar. Lebih lanjut lagi, negara borjuis telah lama mengimplementasi secara sadar kebijakan untuk secara artifisial mempertahankan strata borjuis kecil. Di sisi lain, pertumbuhan teknologi dan rasionalisasi industri skala besar menciptakan situasi pengangguran kronik dan menghambat proses proletarianisasi kaum borjuis kecil. Pada saat yang sama, perkembangan kapitalisme telah mempercepat secara ekstrem pertumbuhan pekerja teknisi, administrator, pekerja komersial, dalam kata lain apa yang disebut “kelas menengah baru”. Sebagai akibatnya, kelas-kelas menengah ini, yang menurut Manifesto Komunis akan melenyap, mencakup sekitar separuh dari populasi bahkan di Jerman yang sangat terindustrialisasi. Namun, mempertahankan secara artifisial strata borjuis-kecil yang sudah usang ini sama sekali tidak melunakkan kontradiksi-kontradiksi sosial yang ada. Sebaliknya, ini justru menanam kebencian yang besar di antara strata borjuis kecil, dan bersama-sama dengan pasukan pengangguran permanen [lumpenproletar] mereka adalah ekspresi yang paling gelap dari kebusukan kapitalisme.
5. Ditulis dengan memperkirakan tibanya sebuah era revolusioner, Manifesto Komunis memuat (pada akhir Bab II) 10 tuntutan yang disesuaikan untuk periode transisi langsung dari kapitalisme ke sosialisme. Di pendahuluan mereka untuk edisi 1872, Marx dan Engels menyatakan bahwa sebagian tuntutan ini sudah usang dan hanya memiliki signifikansi yang sekunder. Kaum reformis menggunakan kata-kata Marx dan Engels ini untuk mengartikan bahwa tuntutan transisional revolusioner telah selamanya digantikan oleh “program minimum” Sosial Demokratik, yang seperti kita ketahui dengan baik tidak melampaui batas-batas demokrasi borjuis. Pada kenyataannya, para pengarang Manifesto Komunis mengindikasikan dengan cukup jelas koreksi utama dari program transisional mereka, yakni, “kelas buruh tidak bisa begitu saja merebut mesin negara [borjuis] yang sudah jadi dan menggunakannya untuk tujuannya sendiri.” Dalam kata lain, koreksi ini diarahkan untuk melawan fetisisme terhadap demokrasi borjuis. Marx kemudian mempertentangkan negara kapitalis dengan negara tipe Komune [Paris]. “Tipe” ini kemudian mengambil bentuk soviet[14] yang lebih jelas. Hari ini tidak akan bisa ada sebuah program revolusioner tanpa soviet dan tanpa kontrol buruh. Sepuluh tuntutan Manifesto Komunis, yang tampak “usang” di masa aktivitas parlementer yang damai, hari ini telah sepenuhnya memperoleh kembali signifikansi riil mereka. “Program minimum” Sosial Demokratik, di sisi lain, telah menjadi usang dan menyedihkan.
6. Mendasarkan ekspektasi mereka bahwa “Revolusi borjuis Jerman [pada 1848] ... akan menjadi sebuah pendahuluan untuk revolusi proletariat yang akan segera menyusulnya,” Manifesto Komunis berbicara mengenai kondisi-kondisi peradaban Eropa yang jauh lebih maju dibandingkan dengan apa yang ada di Inggris pada abad ke-17 dan di Prancis pada abad ke-18, dan perkembangan kaum proletariat yang jauh lebih maju. Kekeliruan prognosis ini bukan hanya pada penanggalan. Revolusi 1848 mengungkapkan dalam waktu beberapa bulan bahwa justru di bawah kondisi-kondisi yang lebih maju ini tidak ada satupun kelas borjuis yang mampu menuntaskan revolusi. Kelas borjuis besar dan menengah terlalu terikat pada kaum tuan tanah, dan mereka takut terhadap massa rakyat; kelas borjuis kecil terlalu terpecah-pecah dan kepemimpinannya terlalu tergantung pada borjuasi besar. Seperti yang telah dibuktikan oleh seluruh perkembangan di Eropa dan Asia yang selanjutnya, revolusi borjuis dalam dirinya sendiri sudah tidak bisa lagi dituntaskan. Penghapusan seluruh sampah feodal dari masyarakat hanya mungkin terjadi bila kaum proletar, yang bebas dari pengaruh partai-partai borjuis, dapat memimpin kaum tani dan membangun kediktatoran revolusioner. Dengan ini maka revolusi borjuis menjadi terjalin dengan tahapan pertama revolusi sosialis, dan selanjutnya menjadi bagian di dalamnya. Revolusi nasional dengan demikian menjadi sebuah mata rantai dari revolusi dunia. Transformasi fondasi ekonomi dan semua relasi sosial mengambil karakter yang permanen (tak terinterupsi).
Bagi partai-partai revolusioner di negeri-negeri terbelakang di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, sebuah pemahaman yang jelas mengenai hubungan organik antara revolusi demokratik dan kediktatoran proletariat – dan oleh karenanya, revolusi sosialis internasional – adalah masalah hidup-mati.
7. Manifesto Komunis menjelaskan bagaimana kapitalisme menarik negeri-negeri terbelakang dan barbar ke dalam pusarannya. Akan tetapi Manifesto Komunis tidak berbicara mengenai perjuangan kemerdekaan negeri-negeri kolonial dan semi-kolonial. Sejauh Marx dan Engels mempertimbangkan revolusi sosial “di negeri-negeri beradab yang utama setidaknya” sebagai sesuatu yang akan terjadi dalam waktu beberapa tahun ke depan, masalah kolonial akan terpecahkan secara otomatis bagi mereka, bukan sebagai konsekuensi dari gerakan kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah ini tetapi sebagai konsekuensi dari kemenangan kelas proletariat di pusat-pusat metropolitan kapitalisme. Masalah strategi revolusioner di negeri-negeri kolonial dan semi-kolonial oleh karenanya tidak disentuh sama sekali oleh Manifesto Komunis. Namun masalah ini menuntut solusi tersendiri. Misalnya, cukup jelas bahwa “tanah air nasional” telah menjadi hambatan sejarah yang paling beracun di negeri-negeri kapitalis maju, akan tetapi masalah “tanah air nasional” masih merupakan faktor yang secara relatif progresif di negeri-negeri terbelakang yang terdorong untuk berjuang demi kemerdekaan mereka.
“Kaum Komunis di mana-mana mendukung setiap gerakan revolusioner yang melawan tatanan sosial dan politik yang ada,” tulis Manifesto Komunis. Gerakan orang kulit berwarna dalam melawan penindas imperialis mereka adalah salah satu gerakan yang paling penting dan kuat dalam melawan tatanan yang ada dan oleh karenanya menuntut dukungan penuh, tanpa syarat, dan tak terbatas dari kaum proletar kulit putih. Lenin adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi revolusioner bagi bangsa-bangsa tertindas.
8. Bagian yang paling tua dan usang dari Manifesto Komunis – bukan dalam hal metode tetapi dalam hal materi – adalah kritiknya terhadap literatur-literatur “sosialis” pada paruh pertama abad ke-19 (Bab III) dan definisi posisi kaum Komunis dalam hubungannya dengan berbagai partai-partai oposisi (Bab IV). Gerakan-gerakan dan partai-partai yang dijabarkan di Manifesto Komunis sudah tersapu habis oleh revolusi 1848 atau kontra-revolusi yang menyusulnya, sehingga kita hanya dapat mencari nama mereka sekarang di kamus sejarah. Akan tetapi, dalam bagian ini, Manifesto Komunis mungkin lebih relevan bagi kita sekarang dibandingkan generasi sebelumnya. Selama masa kebangkitan Internasional Kedua, ketika Marxisme tampaknya mendominasi, gagasan-gagasan sosialisme pra-Marxis dapat dianggap telah terkubur dalam-dalam di masa lalu. Sekarang ini telah berubah. Degenerasi Sosial Demokrasi dan Komunis Internasional telah menyebabkan kemunduran ideologi yang mengerikan. Pemikiran yang uzur tampaknya telah menjadi kekanak-kanakan. Guna mencari formula yang dapat menjawab semua pertanyaan, para nabi dari era kemunduran ini menemukan kembali doktrin-doktrin yang telah lama dikubur oleh sosialisme ilmiah.
Mengenai masalah partai-partai oposisi, dalam ranah inilah dekade-dekade yang sudah lewat ini telah memperkenalkan perubahan-perubahan yang paling dalam. Partai-partai yang lama bukan hanya telah disingkirkan oleh partai-partai yang baru, tetapi karakter partai-partai ini dan relasi di antara mereka juga telah berubah secara radikal di bawah kondisi-kondisi era imperialisme. Manifesto Komunis oleh karenanya harus disuplemen dengan dokumen-dokumen terpenting dari empat kongres pertama Komunis Internasional, karya-karya utama Bolshevisme, dan keputusan-keputusan dari konferensi-konferensi Internasional Keempat[15].
Kita telah mengatakan di atas bahwa menurut Marx tidak ada tatanan sosial yang akan meninggalkan arena sejarah sebelum menghabiskan potensi-potensi yang laten di dalamnya. Akan tetapi, bahkan sebuah tatanan sosial yang usang tidak akan meninggalkan panggung sejarah tanpa perlawanan. Perubahan rejim sosial mensyaratkan bentuk perjuangan kelas yang paling keras, yakni revolusi. Bila proletariat, untuk satu alasan atau lainnya, terbukti tidak mampu menumbangkan tatanan borjuis yang sudah uzur ini dengan sebuah pukulan yang tegas, maka kapital finans dalam usahanya untuk mempertahankan kekuasaannya yang tidak stabil akan menggunakan kaum borjuis kecil yang sudah hancur dan terdemoralisasi olehnya dan mengubahnya menjadi pasukan fasis. Degenerasi borjuis dalam Sosial Demokrasi dan degenerasi fasis kaum borjuis kecil saling terkait sebagai sebab dan akibat.
Di periode sekarang ini, Internasional Ketiga menipu dan mendemoralisasi rakyat pekerja di semua negeri, dan ia melakukan kerja ini dengan jauh lebih ceroboh ketimbang Internasional Kedua. Dengan membantai kaum pelopor proletariat Spanyol, para agen bayaran Moskow tidak hanya membuka jalan bagi fasisme tetapi mereka juga membantu kerja kaum fasis. Krisis revolusi internasional yang berkepanjangan, yang semakin berubah menjadi krisis peradaban manusia, pada akhirnya dapat direduksi ke krisis kepemimpinan revolusioner.
Sebagai pewaris tradisi besar, di mana Manifesto Komunis adalah mata rantai terpenting dari tradisi ini, Internasional Keempat sedang mendidik kader-kader baru untuk menyelesaikan tugas-tugas lama. Teori adalah realitas yang digeneralisasi. Dalam sebuah sikap yang jujur terhadap teori revolusioner terekspresikan sebuah keinginan yang penuh semangat untuk membangun kembali realitas sosial. Di bagian selatan Benua Afrika, kamerad kita adalah yang pertama menerjemahkan Manifesto Komunis ke dalam bahasa Afrikaan, dan ini adalah ilustrasi nyata lain bahwa pemikiran Marxis terus menyala hari ini hanya di bawah panji Internasional Keempat. Masa depan adalah miliknya. Ketika ulang tahun ke-100 Manifesto Komunis dirayakan, Internasional Keempat akan sudah menjadi kekuatan revolusioner yang menentukan di planet ini.[16]
[1] Komunis Internasional (1919-1943), disebut juga Internasional Ketiga. Setelah kemenangan Revolusi Rusia pada tahun 1917 dan sementara republik Soviet masih berjuang dalam Perang Sipil, Bolshevik menyerukan kepada kaum revolusioner sedunia untuk datang ke Moskow dan membentuk sebuah organisasi internasional baru dari kaum komunis yang revolusioner. Tujuan dari Komunis Internasional adalah menyebarkan revolusi sosialis ke seluruh dunia. Setelah Uni Soviet sendiri mulai mengalami degenerasi, yakni setelah kematian Lenin dan pengasingan Trotsky, Komunis Internasional mulai mengalami degenerasi. Komunis Internasional akhirnya dibubarkan oleh Stalin pada tahun 1943 untuk berkompromi dengan kekuatan Sekutu.
[2] Front Rakyat atau Front Popular adalah taktik yang diusung oleh kaum Stalinis di sejumlah negeri (Spanyol terutama, juga di Indonesia dimana PKI menyerukan dukungan terhadap kaum borjuasi nasionalis “progresif” di bawah Soekarno, lalu juga selama periode fasisme), dimana kelas buruh didorong untuk melakukan aliansi kelas dengan kelas borjuasi “progresif” dengan alasan bahwa tahapan revolusi saat ini adalah revolusi borjuis, atau demi menghadang fasisme. Kebijakan Front Popular ini secara praktik berarti mengebiri kemandirian kelas proletariat dan menjadi penghambat kemenangan revolusi sosialis.
[3] Trust adalah sebuah perusahaan monopoli besar yang menguasai berbagai cabang industri dari hulu hingga hilir.
[4] Leon Blum (1872-1950) adalah seorang politisi Prancis dari Partai Sosialis. Pada saat kenaikan Hitler dan Nazi Jerman, dia membentuk Front Popular dengan partai-partai kiri dan sentris lainnya pada bulan Mei 1936. Buruh Prancis menyambut kemenangan Front Popular dengan pemogokan dan pendudukan pabrik-pabrik mereka karena mereka melihat bahwa revolusi sudah mulai bergulir, tetapi Leon Blum menyuruh para buruh untuk kembali bekerja karena ia tidak percaya bahwa buruh bisa menang; dan akhirnya gerakan buruh Prancis dipatahkan oleh para pemimpin reformis.
[5] Camille Chautemps (1885-1963) adalah politisi dari partai Radikal (sebuah partai borjuis liberal) di Prancis. Dia menjabat sebagai Perdana Menteri Prancis pada 1930, 1933-34, dan 1937-38. Pada 1937 dia menggantikan Leon Blum sebagai kepala pemerintahan Front Popular.
[6] Francisco Largo Caballero (1869-1946) adalah seorang politisi dan aktivis serikat buruh dari Spanyol. Dia memimpin Partai Buruh Sosialis Spanyol (PSOE) dan Serikat Buruh Umum (UGT). Pada 1936-37 dia menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Spanyol Kedua (Pemerintahan Front Popular) selama Perang Sipil Spanyol.
[7] Juan Negrin (1892-1965) adalah pemimpin Partai Buruh Sosial Spanyol (PSOE). Dia menggantikan Caballero sebagai Perdana Menteri Republik Spanyol Kedua pada 1937-39, sebelum pemerintahannya ditumbangkan oleh Franco dan kaum fasis.
[8] Pada 1914, para pemimpin Sosial Demokrasi dari Internasional Kedua menyatakan dukungan mereka terhadap Perang Dunia Pertama dengan dalih bahwa tugas kaum buruh adalah membela tanah air mereka.
[9] Internasional Kedua dibentuk pada 1881 oleh partai-partai buruh massa Eropa. Organisasi internasional ini mendasarkan dirinya pada gagasan Marxisme. Akan tetapi dalam perjalanannya, banyak para pemimpin Internasional Kedua mulai mengadopsi gagasan reformisme. Pada 1914, mayoritas seksi Internasionale Kedua mendukung Perang Dunia Pertama, dan ini menandai kehancuran organisasi tersebut.
[10] Akibat keputusan dari para pemimpin Sosial Demokrasi dari Internasional kedua untuk mendukung tiap-tiap negeri kapitalis mereka sendiri, meledaklah Perang Dunia Pertama dari 1914-1918.
[11] Prognosis Leon Trotsky terbukti benar. Dua tahun setelah ditulisnya artikel ini, Perang Dunia Kedua meledak pada tahun 1939.
[12] Revolusi 1848 adalah serangkaian gejolak politik yang berlangsung di Eropa Barat pada 1848. Ia adalah periode gelombang revolusioner yang paling luas di dalam sejarah Eropa, tetapi dalam waktu satu tahun revolusi ini dipatahkan dan kekuatan reaksioner merebut kendali. Revolusi ini menyentuh terutama Prancis, Jerman, Belanda, Polandia, Italia, dan Kerajaan Austria. Marx dan Engels menulis banyak mengenai Revolusi 1848 ini, seperti dalam karya-karya utama ini: “Revolusi dan Kontra-revolusi di Jerman” dan “Brumaire XVIII Louis Bonaparte”.
[13] Komune Paris adalah revolusi pekerja pertama yang berhasil merebut kekuasaan walaupun hanya untuk sementara. Komune Paris berdiri dari 28 Maret hingga 28 Mei 1871. Setelah kekalahan Prancis dalam perang Franco-Prusia, Pemerintahan Pertahanan Nasional mengakhiri perang melawan Jerman dengan syarat-syarat yang kejam, salah satunya pendudukan Paris yang secara heroik telah bertahan selama enam bulan melawan pengepungan oleh tentara Jerman. Rakyat pekerja Paris sangat marah terhadap pendudukan ini dan menolak untuk bekerja sama dengan tentara Jerman. Pada tanggal 18 Maret, pemerintahan Prancis yang baru, dipimpin oleh Thiers, setelah mendapatkan izin dari Jerman, mengirim tentara ke Paris untuk merebut persenjataan di dalam kota, serta untuk memastikan agar rakyat pekerja Paris tidak dipersenjatai dan melawan Jerman. Rakyat pekerja Paris melawan. Akibatnya Pemerintahan “Pertahanan Nasional” Prancis menyatakan perang terhadap kota Paris. Pada tanggal 26 Maret 1871, dewan kota atau Komune Paris dibentuk yang terdiri dari para pekerja dan prajurit yang terpilih. Kurang dari tiga bulan setelah anggota-anggota Komune Paris dipilih, kota Paris diserang dengan kekuatan penuh oleh tentara pemerintah Perancis. Tiga puluh ribu pekerja tanpa senjata dibantai, ribuan orang ditembaki dijalan-jalan kota Paris. Ribuan lainnya ditangkap dan 7.000 pekerja diasingkan dari Prancis selamanya.
[14] Soviet berarti “dewan” dalam bahasa Rusia. Dewan ini terbentuk pada masa revolusi sebagai organ perlawanan dan kekuasaan kaum buruh, tani, dan tentara. Soviet adalah organ demokrasi paling luas dari rakyat tertindas, dengan demokrasi langsung yang partisipatoris. Terbentuk pertama kalinya pada Revolusi 1905, soviet lalu muncul kembali pada Revolusi Februari 1917, dan akhirnya di bawah kepemimpinan Bolshevik berhasil merebut kekuasaan pada Revolusi Oktober.
[15] Internasional Keempat adalah organisasi komunis internasional yang diluncurkan oleh Trotsky setelah kebangkrutan dan degenerasi total dari Komunis Internasional (Internasional Ketiga), terutama ketika Komintern tidak bisa menghadang kemenangan fasisme di Jerman dan tidak bisa belajar dari kekeliruan besar mereka ini. Pada 1933 Trotsky menyerukan perlunya membentuk sebuah Internasional yang baru, dan baru pada 1938 Internasional Keempat resmi dideklarasi. Akan tetapi setelah kematian Trotsky pada 1940, para pemimpin penerus Internasional Keempat ternyata tidak mampu membangun organisasi ini pasca Perang Dunia II. Mereka berayun-ayun dari oportunisme ke ultra-kiri-isme, terus mencari jalan pintas dan dengan demikian menghancurkan Internasional Keempat. Internasional Keempat mengalami perpecahan demi perpecahan dan akhirnya bisa dikatakan hari ini ia sudah bukan lagi Internasional Keempatnya Trotsky.
[16] Kematian Leon Trotsky pada 1940 merupakan pukulan telak bagi Internasional Keempat. Tanpa kepemimpinan politiknya, organisasi Internasional Keempat yang masih muda ini tidak mampu menahan badai yang menerpanya. Kader-kader muda Internasional Keempat tidak sempat dididik dengan baik oleh Trotsky karena pembunuhan terhadapnya oleh agen Stalinis. Oleh karenanya, para pemimpin penerus Trotsky tidak mampu memberikan arahan yang dibutuhkan oleh Internasional Keempat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Situasi-situasi baru pasca Perang Dunia II menyebabkan kebingungan yang besar di dalam gerakan revolusioner, terutama dengan menguatnya Stalinisme dan reformisme. Akhirnya Internasional Keempat secara organisasional ambruk pada 1950an, dengan berbagai krisis internal dan perpecahan. Hari ini secara organisasi Internasional Keempatnya Leon Trotsky sudah tidak ada lagi, walaupun ada beberapa organisasi yang mengklaim sebagai Internasional Keempat. [Penerjemah]