Kebangkrutan Terorisme Individual

Leon Trotsky (1909)


Pertama kali diterbitkan di koran sosial demokrasi Polandia, Przeglad Socyaldemokratylczny, pada Mei 1909.

Penerjemah: Ted Sprague (November 2009; Revisi 15 Juli, 2024)

Sumber: The Bankruptcy of Individual Terrorism. Trotsky Internet Archive


Selama sebulan penuh, perhatian semua orang yang bisa membaca dan berpikir, baik di Rusia maupun di seluruh dunia, tertuju pada Azef.[1] ‘Kasus’-nya diketahui oleh semua orang dari koran-koran dan dari laporan-laporan perdebatan di Duma mengenai permohonan hak interpelasi yang diajukan oleh para deputi Duma sehubungan dengan kasus Azef.

Sekarang berita Azef sudah mulai surut ke latar belakang. Namanya semakin jarang muncul di koran-koran. Namun, sebelum meninggalkan Azef ke dalam tumpukan sampah sejarah, kami pikir perlu untuk menarik pelajaran politik yang utama dari kasus ini – bukan tentang mekanisme konspirasi Azef itu sendiri, tetapi tentang terorisme secara keseluruhan, dan sikap yang dipegang oleh partai-partai politik utama di Rusia sehubungan dengan terorisme.

Teror individual sebagai metode revolusi politik adalah kontribusi ‘nasional’ kita dari Rusia.

Tentu saja, pembunuhan ‘tiran’ hampir sama tuanya dengan institusi ‘tirani’ itu sendiri; dan para penyair dari segala abad telah menggubah lebih dari beberapa syair untuk menghormati belati yang membebaskan itu.

Namun, program teror yang sistematis, yang menetapkan tujuan untuk membunuh para gubernur, para menteri, para raja, para ‘Sashka’ (nama pendek untuk Tsar Alexander II dan III), seperti yang dirumuskan oleh seorang anggota Narodnaya Volya (Kehendak Rakyat) pada tahun 1880-an, teror semacam ini, yang menyesuaikan dirinya dengan hierarki birokratik dan menciptakan birokrasi revolusionernya sendiri, adalah produk dari kekuatan kreatif yang unik dari kaum intelektual Rusia.

Tentu saja harus ada alasan mendasar untuk ini – dan kita harus mencarinya, pertama, dalam watak autokrasi Rusia dan, kedua, dalam watak kaum intelektual Rusia.

Sebelum gagasan untuk menghancurkan absolutisme secara mekanis dapat menjadi populer, aparatus negara harus dilihat murni sebagai organ pemaksa yang eksternal, yang tidak memiliki akar dalam organisasi sosial itu sendiri. Dan demikianlah bagaimana autokrasi Rusia tampak di mata kaum intelektual revolusioner.

Basis sejarah terorisme Rusia

Ilusi ini memiliki basis sejarahnya sendiri. Tsarisme mengambil bentuk di bawah tekanan negara-negara Barat yang kebudayaannya lebih maju. Agar dapat bersaing, Tsarisme harus menguras habis darah rakyat, dan dengan melakukan itu ia bahkan secara ekonomi melemahkan kelas-kelas yang paling berprivilese. Dan oleh karenanya, kelas-kelas ini tidak mampu mengangkat diri mereka ke level politik yang tinggi seperti yang telah dicapai oleh kelas-kelas berprivilese di Barat.

Pada abad kesembilan belas, ini semakin diperparah oleh tekanan kuat dari bursa saham Eropa. Semakin besar jumlah utang yang dipinjamkan bursa saham Eropa kepada rezim tsar, semakin berkurang ketergantungan Tsarisme pada relasi-relasi ekonomi di dalam negeri.

Dengan menggunakan kapital dari Eropa, rejim Tsar mempersenjatai dirinya dengan teknologi militer Eropa, dan dengan demikian tumbuh menjadi organisasi yang “mandiri” (tentu saja secara relatif), yang mengangkat dirinya di atas semua kelas dalam masyarakat.

Situasi seperti itu tak ayal lagi melahirkan gagasan untuk meledakkan superstruktur asing ini dengan dinamit.

Kaum intelektual Rusia telah berkembang di bawah tekanan langsung dan segera dari Barat; seperti musuh mereka, yaitu negara Tsar, mereka bergegas mendahului tahapan perkembangan ekonomi Rusia. Negara mendahuluinya secara teknologi; kaum intelektual mendahuluinya secara ideologi.

Dalam masyarakat borjuis yang lebih tua di Eropa ide-ide revolusioner berkembang kurang lebih bersamaan dengan perkembangan kekuatan revolusioner; sementara di Rusia, kaum intelektual mendapatkan akses ke ide-ide politik dan budaya yang sudah jadi dari Barat dan pemikiran mereka menjadi revolusioner sebelum perkembangan ekonomi Rusia dapat melahirkan kelas-kelas revolusioner yang serius yang dapat mendukung mereka. 

Usang secara historis

Di bawah kondisi ini, tak ada yang tersisa bagi kaum intelektual selain melipatgandakan antusiasme revolusioner mereka dengan kekuatan eksplosif nitro-gliserin (dinamit). Dengan ini, lahirlah terorisme klasik Narodnaya Volya.

Teror kaum Sosialis Revolusioner (SR) pada umumnya merupakan produk dari faktor-faktor historis yang sama: despotisme negara Rusia yang “mandiri” di satu sisi, dan kaum intelektual revolusioner Rusia yang “mandiri” di sisi lain.

Namun, dua dekade tidak berlalu begitu saja, dan pada saat teroris gelombang kedua muncul, mereka muncul sebagai epigon (penjiplak), yang ditandai dengan cap “usang secara historis.”

Periode kapitalis “Sturm und Drang” (penuh badai) pada tahun 1880-an dan 1890-an menghasilkan dan mengkonsolidasikan kaum proletar industri yang besar, dan secara serius membuka keterisolasian ekonomi pedesaan dan menghubungkannya lebih dekat dengan pabrik dan kota.

Di belakang Narodnaya Volya, sama sekali tidak ada kelas revolusioner. Kaum SR tidak ingin mengakui keberadaan kaum proletar revolusioner; atau setidaknya mereka tidak mampu menghargai signifikansi historisnya secara penuh.

Tentu saja, kita dapat dengan mudah mengumpulkan selusin kutipan dari literatur SR yang menyatakan bahwa mereka menggunakan metode teror bukan sebagai pengganti perjuangan massa, tetapi bersama-sama dengan perjuangan massa. Tetapi kutipan-kutipan ini hanya menjadi saksi atas perjuangan yang harus diluncurkan oleh para ideolog teror untuk melawan kaum Marxis, teoretikus perjuangan massa.

Namun ini tidak mengubah apapun. Dalam esensinya, kerja teroris menuntut energi yang begitu terkonsentrasi untuk “momen besar”, penilaian yang berlebihan terhadap pentingnya heroisme individu, dan akhirnya, konspirasi yang “rapat”, yang – bila tidak secara logis, maka secara psikologis – sepenuhnya menihilkan kerja agitasi dan pembangunan organisasi di antara massa.

Bagi para teroris, di seluruh medan politik hanya ada dua fokus utama: pemerintah dan Organisasi Tempur. “Pemerintah siap untuk sementara waktu menoleransi keberadaan tendensi-tendensi lain,” Gershuni[2] (pendiri Organisasi Tempur SR) menulis kepada kamerad-kameradnya saat dia menghadapi hukuman mati, “tetapi pemerintah telah memutuskan untuk mengarahkan semua serangannya untuk menghancurkan Partai SR.”

“Saya sungguh-sungguh percaya,” kata Kalayev (teroris SR lainnya), yang menulis pada saat yang sama, “bahwa generasi kita, yang dipimpin oleh Organisasi Tempur, akan menumbangkan autokrasi.”

Semua yang berada di luar kerangka teror hanyalah latar belakang untuk perjuangan teror; paling banter, alat bantu. Dalam kilatan cahaya bom yang menyilaukan, kontur partai politik dan garis pemisah perjuangan kelas menghilang tanpa jejak.

Dan kita mendengar suara sang romantis terbesar dan praktisi terorisme baru yang terbaik, Gershuni, yang mendesak kamerad-kameradnya untuk “menghindari perpecahan tidak hanya dengan barisan kaum revolusioner, tetapi bahkan perpecahan dengan partai-partai oposisi pada umumnya.”

Logika terorisme

“Bukan sebagai pengganti massa, tetapi bersama-sama dengan mereka.” Namun, terorisme adalah bentuk perjuangan yang terlalu “absolut” untuk bisa terpuaskan dengan peran yang terbatas dan subordinat dalam partai.

Lahir dari absennya kelas revolusioner, yang diregenerasi di kemudian hari oleh kurangnya kepercayaan pada massa revolusioner, terorisme dapat mempertahankan dirinya hanya dengan mengeksploitasi kelemahan dan disorganisasi massa, mengecilkan pencapaian mereka dan membesar-besarkan kekalahan mereka.

“Mereka melihat bahwa, mengingat modernnya persenjataan hari ini, tidaklah mungkin bagi massa rakyat untuk menggunakan garpu rumput dan gada – senjata kuno rakyat – untuk menghancurkan Bastille di zaman modern,” kata Zhdanov, seorang pengacara pembela, mengenai para teroris SR selama persidangan Kalyaev.

“Setelah 9 Januari (pembantaian ‘Minggu Berdarah’, yang menandai dimulainya revolusi 1905), mereka melihat dengan sangat baik apa yang terjadi; dan mereka menjawab senapan mesin dengan pistol dan bom; seperti itulah barikade abad ke-20.”

Pistol para pahlawan individual, bukannya gada dan garpu rumput rakyat; bom, bukannya barikade – inilah formula terorisme yang sebenarnya.

Dan tidak peduli peran sekunder yang diberikan kepada teror oleh para teoretikus “sintetik” partai SR, pada kenyataannya teror selalu menempati posisi terhormat yang spesial. Dan Organisasi Tempur SR, yang dalam hierarki resmi partai ditempatkan di bawah Komite Pusat, pada kenyataannya selalu berada di atas Komite Pusat, di atas partai dan semua kerjanya – sampai nasib yang kejam menempatkannya di bawah departemen kepolisian.[3]

Dan itulah mengapa keruntuhan Organisasi Tempur, yang disebabkan oleh konspirasi polisi, tak pelak lagi berarti keruntuhan partai SR secara politik.


Keterangan:

[1] Yevno Azef (1869-1918) adalah salah satu pendiri Partai Sosialis Revolusioner (SR) dan ketua Organisasi Tempur SR yang merupakan organisasi teroris dari SR, yang tugasnya adalah melakukan pembunuhan terhadap petinggi rejim. Di kemudian hari diketahui bahwa Azef ternyata adalah mata-mata polisi rahasia Tsar, Okhrana, yang berhasil menginfiltrasi SR.

[2] Grigory Gershuni (1870-1908) adalah salah satu pendiri Partai Sosialis-Revolusioner dan Organisasi Tempur SR. Pada 1901, bersama Yevno Azef dan aktivis lainnya, dia mendirikan SR dan memulai kampanye pembunuhan pejabat-pejabat pemerintah. Dia berhasil membunuh Menteri Dalam Negeri pada 1902, dan Gubernur Ufa pada 1903. Pada Mei 1903 dia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Dia berhasil melarikan diri. Dia meninggal di Zurich karena TBC.

[3] Ini merujuk pada Yevno Azef, pendiri dan ketua Organisasi Tempur SR yang ternyata sedari awal adalah mata-mata polisi.