Kritik Kritis, betapa pun ia menganggap dirinya lebih ungggul (superior) daripada massa, menaroh kasihan yang tak-terhingga pada massa itu. Dan karena Kritik telah begitu mengasihi massa itu sehingga ia mengirim anak-puteranya yang satu-satunya, agar semua orang yang percaya padanya tidak akan hilang, melainkan agar mereka mendapatkan kehidupan Kritis. Kritik dijadikan massal dan tinggal di tengah kita dan kita melihat kemuliaannya, kemuliaan dari satu-satunya yang dilahirkan oleh sang bapak. Dalam kata-kata lain, Kritik menjadi sosialistik dan berbicara tentang karya-karya mengenai pauperisme. Ia menganggap bukan suatu kejahatan untuk menyamai Tuhan tetapi mengosongkan dirinya dan mengambil bentuk seorang penjilid-buku dan bahkan merendahkan diri pada omong-kosong, ya, bahkan pada omong-kosong Kritis dalam bahasa-bahasa asing. Ia, yang kesucian keperawanannya yang surgawi enggan bersentuhan dengan massa berkusta yang penuh dosa, mengatasi dirinya sendiri hingga sejauh memperhatikan Boz dan “ semua penulis asli tentang pauperisme” dan “selama bertahun-tahun selangkah-demi-selangkah mengikuti keluhan abad”; ia mencemooh penulisan untuk para ahli, ia menulis untuk khalayak-umum, melarang semua ungkapan serba-luar-negeri, semua “keruwetan Latin, semua bahasa profesional.” Ia melarang semua karya pihak-pihak “lain,” karena akan terlalu banyak yang akan dituntut dari Kritik untuk tunduk pada “pengaturan itu.” Walaupun begitu ia untuk sebagian menolak dengan ketenangan menakjubkan, kalaupun bukan kata-kata itu sendiri, sekurang-kurangnya isinya. Dan siapa yang akan menegurnya karena menggunakan “sejumlah besar kata-kata asing yang tidak-mengerti” manakala ia berulang-ulang membuktikan bahwa ia sendiri tidak mengerti kata-kata itu? Inilah beberapa contoh:
“Itulah sebabnya mengapa lembaga-lembaga kepengemisan membangkitkan kengerian mereka.
“Suatu doktrin pertanggung-jawaban di mana setiap gerakan pikiran manusia menjadi suatu imagi dari isteri Lot.
“Suatu doktrin pertanggung-jawaban di mana setiap gerakan pikiran manusia menjadi suatu imagi dari isteri Lot.
“Rakyat ini pada waktu itu belum mempunyai dimensi-dimensi apa pun untuk kebebasan-kebebasan seluas itu.
“ Berbuat dengan penuh ketenangan pada akhir pekerjaan publisistiknya yang hanya masih kekurangan keyakinan.
“Pada suatu nalar/sebab yang layak bagi seorang yang meninggikan-negara, di atas rutin dan ketakutan yang kecut-hati, dibesarkan sejarah dan diasuh dengan suatu konsepsi yang hidup akan khalayak asing dan sistem negara.
“Pendidikan kesejahteraan umum nasional.
“Kebebasan tergeletak mati di dalam dada missi nasional Prusia di bawah kontrol para pembesar.
“Publisisme populer-organik
“Rakyat yang kepadanya bahkan Herr Brüggemann menyerahkan suatu sertifikat pembaptisan mayoritas.
“Suatu antitesis yang lumayan tajam dari semua ketentuan lain yang telah dinyatakan di dalam karya mengenai kapasitas-kapasitas profesional rakyat/orang-orang.
“Kepentingan-diri yang kerdil dengan cepat membubarkan semua chimaeras dari kehendak nasional.
“Nafsu akan keuntungan-keuntungan besar, dsb. menjadi semangat yang merajalela dalam keseluruhan periode Restorasi. dan yang, dengan sejumlah sedang ketak-pedulian, melekat pada zaman baru itu
“Ide samar-samar mengenai arti-penting politik yang patut diperhatikan dalam “ nasionalitas kewarganegaraan Prusia bersandar pada memori akan suatu sejarah besar
“Antipati itu menghilang dan berubah menjadi kondisi” yang sepenuhnya memuliakan.
“Dalam transisi yang mempesona ini setiap orang dengan caranya sendiri tetap membicarakan prospek keinginannya sendiri yang istimewa.
“Suatu katekismus dengan bahasa bermanis-manis a la Solomon, yang kata-katanya – chirp! chirp! –naik dengan lembut bagaikan seekor burung-dara ke wilayah-wilayah pathos dan aspek-aspek bagaikan-guruh
“Seluruh diletantisme dari tiga-puluh lima tahun pengabaian
“ Gertakan yang terlalu tajam yang ditujukan pada warga oleh salah-seorang bekas pembesar kota mereka mungkin dapat ditanggung dengan kesabaran yang karakteristik dari wakil-wakil kita seandainya pandangan Benda mengenai Charter Kota tahun 1808 tidak bersusah-payah di bawah suatu kepura-puraan konsep Mussulman mengenai hakekat dan penerapan Charter itu.”
Pada Herr Reichardt, gaya yang berani selalu bergandengan dengan pikiran yang berani. Ia membuat transisi-transisi seperti yang berikut ini:
“Herr Brüggemann ... 1843 ... teori negara ... setiap orang yang terang-terangan ... sangat berendah-hatinya para sosialis kita ... keajaiban-keajaiban alam ... tuntutan-tuntutan yang harus diajukan atas Jerman ... keajaiban-keajaiban adikodrati ... Abraham ... Philadelphia ... manna ... tukang-roti ... tetapi selagi kita berbicara tentang keajaiban-keajaiban, Napoleon mendatangkan,” dst.
Setelah contoh-contoh ini tidak mengherankan bahwa Kritik Kritis memberikan suatu penjelasan lain kepada kita mengenai suatu kalimat yang digambarkannya sebagai suatu “cara bicara yang populer,” karena itu “mempersenjatai matanya dengan kekuatan organik untuk menembus khaos.” Dan di sini mesti dikatakan, bahwa bahkan suatu “cara bicara yang populer” tidak dapat terus tidak dipahami oleh Kritik Kritis. Ia mengakui bahwa cara sang penulis mau-tidak-mau mesti suatu gaya yang tidak jujur jika sang individu yang mengemukakannya tidak cukup kuat untuk meluruskannya; dan oleh karenanya ia dengan sendirinya menjulukkan operasi-operasi matematis pada sang pengarang.
Dan tak pelak lagi –dan sejarah, yang membuktikan segala sesuatu dengan tak-pelak lagi, juga membuktikan hal ini– bahwa Kritik tidak menjadi massa agar tetap massa, tetapi untuk menebus massa dari kemassalannya yang massal, yaitu, untuk mengangkat cara bicara yang populer pada bahasa Kritis dari Kritik Kritis. Adalah derajat penghinaan yang paling rendah bagi Kritik untuk belajar bahasa populer dari massa dan mengubah rupa yargon populer menjadi kerumitan transenden dari dalektika Kritik Kritis.