Sumber: V.I.Lenin, Kumpulan Karya, Edisi Rusia Keempat, Jilid 9, hal. 280-288
Penerjemah: Diketik kembali untuk Situs Indo-Marxist dari buku Yayasan ”Pembaruan” Jakarta 1960 dengan sedikit perubahan ejaan.
Revolusi, yang sedang dialami Rusia, adalah revolusi seluruh Rakyat. Kepentingan-kepentingan seluruh Rakyat telah menjadi pertentangan tak terdamaikan dengan kepentingan-kepentingan segelintir orang-orang yang menyusun pemerintah otokrasi dan yang mendukungnya. Adanya masyarakat modern itu sendiri, yang didirikan di atas dasar ekonomi barang dagangan, dengan adanya perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang amat besar dari kepentingan-kepentingan pelbagai klas dan golongan penduduk, menuntut penghancuran otokrasi, menuntut pembebasan politik, pernyataan secara terang-terangan dan langsung dari kepentingan-kepentingan klas-klas yang berkuasa dalam menyusun dan memerintah negara. Perombakan demokratis yang burjuis menurut hakekat sosial-ekonomi tak dapat tidak menyatakan kebutuhan-kebutuhan seluruh masyarakat burjuis.
Tetapi masyarakat itu sendiri, yang sekarang nampaknya bersatu dan utuh dalam perjuangan melawan otokrasi, sudah pasti terpecah oleh jurang antara kapital dan kerja. Rakyat, yang telah berontak melawan otokrasi, bukanlah Rakyat yang bersatu. Pemilik-pemilik dan buruh-buruh upahan, sejumlah orang-orang kaya (“sepuluh ribu orang-orang atasan”) yang tak berarti dan puluhan juta orang tak berpunya dan yang bekerja, itu sesungguhnya merupakan “dua nasion”, sebagaimana dikatakan orang Inggeris yang berpandangan jauh sudah pada pertengahan pertama abad ke-XIX. Perjuangan antara proletariat dan burjuasi sedang menjadi acara diseluruh Eropa. Perjuangan itu sudah lama merembes juga ke Rusia. Di Rusia moden bukanlah dua kekuatan yang sedang berjuang yang membentuk isi revolusi, melainkan dua perang sosial yang berbeda-beda dan berlainan jenisnya: yang satu berlangsung dalam kandungan masyarakat otokrasi perhambaan dewasa ini, yang lain – dalam kandungan masyarakat burjuis-demokratis yang akan datang, yang sudah sedang mulai lahir di hadapan mata kita. Yang satu merupakan perjuangan Rakyat untuk kebebasan (untuk kebebasan masyarakat burjuis), untuk demokrasi, yaitu untuk otokrasi Rakyat, yang lain – perjuangan klas dari proletariat melawan burjuasi untuk penyusunan masyarakat secara Sosialis.
Di atas pundak kaum Sosialis, dengan demikian, sedang terletak tugas yang besar dan sukar – melaksanakan sekaligus dua peperangan, yang samasekali berlainan, baik menurut watak dan tujuannya, maupun menurut susunan kekuatan-kekuatan sosial yang mampu ikut serta dengan tegas di dalam peperangan yang satu atau yang lain. Sosial-Demokrasi sudah dengan jelas mengajukan dan dengan tegas menyelesaikan tugas itu, berkat kenyataan, bahwa ia meletakkan pada dasar seluruh programnya Sosialisme ilmiah, yaitu Marxisme, berkat kenyataan, bahwa ia masuk sebagai salah satu barisan ke dalam balatentara kaum Sosial-demokrat dunia, yang telah menguji, memperkuat, menjelaskan dan mengembangkan lebih terperinci ketentuan-ketentuan Marxisme berdasarkan pengalaman serentetan panjang gerakan-gerakan demokratis dan Sosialis dari negeri-negeri Eropa yang sangat bermacam-macam.
Sosial-Demokrasi revolusioner sejak lama sekali memperlihatkan dan sudah berhasil memperlihatkan, bahwa demokratisme di Rusia memiliki watak burjuis, mulai dari variasi Narodisme-liberal sampai pada variasi “Oswobozjdeniye-Oswobozjdeniye" [2]. Ia selalu memperlihatkan ke-setengah-tengan, keterbatasan, kepicikan yang pasti dari demokratisme burjuis. Ia menempatkan di hadapan proletariat Sosialis dalam zaman revolusi demokratis suatu tugas: menarik pada pihaknya massa kaum tani dan dengan melumpuhkan ketidakmantapan burjuasi, mamatahkan dan mengancurkan otokrasi. Kemenangan yang menentukan dari revolui demokratis hanyalah mungkin dalam bentuk diktatur revolusioner-demokratis dari proletariat dan kaum tani. Tetapi semakin cepat dan penuh terlaksana kemenangan itu, semakin cepat dan mendalam pula akan berkembang kontradiksi-kontradiksi baru dan perjuangan klas yang baru di dalam sistim burjuis yang cukup didemokrasikan. Semakin sempurna kita melaksanakan revolusi demokratis, maka ternyata semakin dekat pula kita berhadaphadapan dengan tugas-tugas revolusi Sosialis, akan semakin tajam dan runcing pula perjuangan proletariat menentang dasar-dasar masyarakat burjuis itu sendiri.
Soal demokrasi harus terus menerus melancarkan perjuangan menentang segala penyelewengan dari pengajuan tugas-tugas revolusioner-demokratis dan Sosialis dari proletariat secara ini. Adalah mustahil untuk mengingkari hal, bahwa pada dasarnya revolusi yang sekarang ini berwatakdemokratis, yaitu burjuis, adalah mustahil karenanya untuk mengajukan semboyan-semboyan seperti pembentukan komune-komune revolusioner. Adalah mustahil dan reaksioner untuk meremehkan tugas-tugas ikutsertanya proletariat, apalagi ikutsertanya secara memimpin, di dalam revolusi-demokratis, dengan menghindari, misalnya, semboyan diktatur-revolusioner-demokratis dari proletariat dan kaum tani. Adalah mustahil untuk mencampuradukkan tugas-tugas dan syarat-syarat revolusi demokratis dan revolusi Sosialis, yang berbeda-beda, kami ulangi, baik menurut wataknya, maupun menurut susunan kekuatan-kekuatan sosial yang ikut serta di dalamnya.
Justru mengenai kesalahan terakhir itulah ingin kita berbicara terperinci. Tidak berkembangnya pertentangan-pertentangan klas di kalangan Rakyat pada umumnya dan di kalangan kaum tani pada khususnya, adalah gejala yang tak terhindarkan dalam zaman revolusi demokratis, yang utnuk pertama kali membentuk dasar-dasar bagi perkembangan kapitalisme yang benar-benar luas. Dan tidak berkembangnya ekonomi ini mengakibatkan terus bertahannya dan hidup kembalinya dalam bentuk atau itu bentuk-bentuk yang terbelakang dari Sosialisme yang merupakan Sosialisme burjuis kecil, karena meng-indealisasi perombakan-perombakan yang tidak keluar dari rangka hubungan-hubungan burjuis-kecil. Massa kaum tani tidak menyadari dan tidak dapat menyadari hal, bahwa “kebebasan” yang paling sempurna dan pembagian paling “adil” walaupun bahkan dari seluruh tanah bukan saja tidak menghancurkan kapitalisme, melainkan sebakinya, membentuk syarat-syarat untuk perkembangannya yang terutama luas dan terpaksa. Dan pada waktu, ketika Sosial-Demokrasi memilih dan mendukung hanya isi revolusioner demokratis dan cita-cita kaum tani itu, Sosialisme-burjuis kecil membuat ketidaksadaran kaum tani menjadi suatu teori, dengan mencampurbaurkan atau melebur menjadi satu syarat-syarat dan tugas-tugas dari revolusi yang sungguh-sungguh demokratis dan revolusi Sosialis yang direka-reka.
Pernyataan yang paling menyolok dari ideologi burjuis kecil yang tidak jelas ini adalah program, lebih tepat, rancangan program kaum “Sosialis-Revolusioner" [3], yang semakin kurang berkembang pada mereka bentuk-bentuk dan prasyarat-prasyarat kepartaian, semakin terburu-buru memproklamasikan dirinya sebagai partai. Waktu menganalisa rancangan program mereka (lihat Vperyod [4] , No. 3), kami sudah mempunyai kesempatan untuk menunjukkan, bahwa akar dari pandangan-pandangan kaum Sosialis-Revolusioner terletak pada Narodisme [5] Rusia lama. Tetapi karena seluruh perkembangan ekonomi Rusia, seluruh jalannya Revolusi Rusia tanpa ampun dan tanpa belaskasihan merenggutkan tiap hari dan tiap jam landasan dari tonggak-tonggak Narodisme murni, maka pandangan-pandangan kaum Sosialis-Revolusioner tidak boleh tidak akan menjadi elektis. Mereka berusaha menjerumat lobang-lobang Narodisme dengan tambalan-tambalan “kritik” oportunis yang menjadi mode terhadap Marxisme, tetapi pakaian yang lapuk tidak menjadi kuat karena itu. Pada umumnya dan dalam keseluruhannya program mereka adalah sesuatu yang mutlak tidak berjiwa, yang penuh pertentangan intern, yang dalam sejarah Sosialisme Rusia semata-mata menyatakan salah satu tahap pada jalan dari Rusia-penghambaan ke-Rusia burjuis, pada jalan “dari Narodisme ke Marxisme”. Definisi ini yang tipikal bagi serentetan aliran yang agak kecil dari fikiran revolusioner zaman sekarang, berlaku juga bagi rancangan yang terbaru dari program agraria Polska Partia Socyalistycna (PPS) [6] yang diterbitkan dalam No. 6-8 Przedswit [7].
Rancangan itu membagi program agraria menjadi dua bagian. Bagian I menguraikan “reforma-reforma yang untuk pelaksanaannya syart-syarat sosialnya telah matang”; bagian II “memformulasi penyempurnaan dan integrasi reforma-reforma agraria yang diuaraikan dibagian I”. Bagian I, pada gilirannya dibagi dalam tiga sub-bagian: A) perlindungan kerja – tuntutan-tuntutan demi keuntungan proletariat pertanian; B) reforma-reforma agraria (dalam arti kata yang sempit, atau kalau boleh dikatakan, tuntutan-tuntutan kaum tani) dan C) perlindungan penduduk desa (swatantra dan sebagainya).
Satu langkah ke arah Marxisme dalam program ini yalah percobaan memisahkan sesuatu yang menyerupai program minimum dari program maksimum – kemudian pengajuan secara samasekali bebas tuntutan-tuntutan yang berwatak proletar murni – selanjutnya, pengakuan dalam preambul program itu, bahwa bagi kaum Sosialis samasekali tidak diperbolehkan untuk “melakukan cara memuji-muji naluri-naluri pemilikan dari massa kaum tani”. Sesungguhnya, jika seandainya dipikirkan secara sungguh-sungguh kebenaran yang terkandung dalam ketentuan terakhir ini dan mengembangkannya dengan konsekwen sampai akhir, maka pasti akan terdapat program yang sungguh-sungguh Marxis. Tetapi di situlah celakanya, bahwa PPS, yang mengeruk ide-idenya dengan sama gairahnya dari mataair kritik oportunis terhadap Marxisme, bukanlah suatu partai proletar yang konsekwen. “Karena tendensi milik-tanah untuk pemusatan tidak terbukti”, kita baca di dalam preambul program, “maka adalah tak terbayangkan untuk tampil membela bentuk-bentuk ekonomi itu dengan penuh kejujuran dan kepercayaan dan meyakinkan kaum tani, bahwa usaha-usaha tani kecil tak dapat tidak akan lenyap”.
Itu tak lain daripada gema ekonomi politik burjuis. Ahli-ahli ekonomi burjuis dengan seluruh daya upauanya berusaha memaksakan kepada kaum tani-kecil suatu ide bahwa kapitalisme dapat dirangkaikan dengan kesejahteraan pemilik tanah-kecil. Mereka karena itu menyelubungi persoalan umum tentang ekonomi barang dagangan, tentang penindasan kapital, tentang kemeosotan dan perendahan perekonomian tani-kecil dengan soal khusus mengenai pemusatan pemilik-tanah. Mereka menutup mata terhadap hal, bahwa produksi besar-besaran dalam cabang-cabang perdagangan khusus dari pertanian juga berkembang pada pemilik tanah yang kecil maupun yang sedang, dan milik jenis ini sedang menjadi semakin merosot sebagai akibat naiknya sewa tanah, maupun di bawah beban penggadaian-penggadaian dan tekanan lintah darat. Mereka menghindari begitu saja suatu fakta yang tak dapat dibantah tentang keunggulan tehnis dari perusahaan besar di bidang pertanian dan meremehkan syarat-syarat hidup kaum tani dalam perjuangannya melawan kapitalisme. Dalam kata-kata PPS tidak ada apapun juga selain pengulangan prasangka-prasangka burjuis itu, yang dihidupkan kembali oleh para David-David [8] zaman sekarang.
Ketidak teguhan pandangan-pandangan teoritis mempengaruhi juga prgram praktis. Ambillah bagian I – reforma-reforma agraria dalam arti kata yang langsung. Di situ pihak kawan-kawan akan membaca pasal 5) “Penghapusan segala pembatasan dalam pembelian tanahpembagian-tanahpembagian dan 6) penghapusan szarwark-szarwark [9] dan pengangkutan wajib (rente berbentuk kerja)”. Itu adalah tuntgutan-tuntutan minimal yang betul-betul Marxis. Dengan menganjurkannya (terutama pasal 5), PPS maju selangkah ke depan dibandingkan dengan kaum Sosialis-Revolusioner kita, yang bersama dengan Moskovskiye Wedomosti [10] tertarik kepada hal-hal yang terkenal jelek itu – “tanahpembagian-tanahpembagian yang tak dapat pindah tangan”. Dengan mengajukannya, PPS mendekati ide Marxisme tentang perjuangan melawan sisa-sisa sistim penghambaan, sebagai dasar dan isi dari gerakan kaum tani sekarang. Tetapi dalam mendekati ide ini, PPS jauh dari menerima ide itu secara penuh dan sadar.
Pasal-pasal pokok dari program minimum yang kita tinjau berbunyi : “1) nasionalisasi tanah milik keluarga tsar, pemerintah dan milik gereja dengan jalan pensitaan; 2) nasionalisasi milik tanah besar kalau tak ada pewarisnya yang langsung; 3) nasionalisasi hutan, sungai dan danau”. Tuntutan-tuntutan itu mengandung semua kekurangan dari program yang mengutamakan untuk masa kini tuntutan nasionalisasi tanah. Selagi di hadapan kita belum ada kebebasan politik yang penuh dan otokrasi Rakyat, selagi belum ada republik demokratis, mengemukakan tuntutan nasionalisasi adalah belum pada waktunya dan tak masuk akal, sebab nasionalisasi adalah perpindahan milik ke tangan negara, sedangkan negara sekarang ini adalah negara kepolisian dan berklas, dan negara mendatang bagaimanapun akan berklas juga. Dan sebagai semboyan, yang membawa ke depan ke arah demokratasasi, tuntutan itu adalah terutama tidak berguna, sebab tuntutan itu memusatkan titik berat persoalan bukannya pada hubungan kaum tani dengan tuantanah (kaum tani mengambil tanah tuantanah), melainkan pada hubungan tuantanah dengan negara. Cara pengajuan masalah demikian adalah samasekali palsu untuk saat, ketika kaum tani dengan cara revolusioner berjuang untuk merebut tanah melawan tuantanah, maupun melawan negara tuantanah. Komite Revolusioner Kaum Tani untuk pensitaan, sebagai alat pensitaan, -- itulah semboyan satu-satunya yang sesuai dengan saat ini dan yang mendorong maju perjuangan klas melawan tuantanah dalam hubungan yang tak terpisahkan dengan pengahancuran secara revolusioner negara tuantanah.
Pasal-pasal yang lain dari program minimum agraria dalam rancangan PPS adalah sebagai berikut: “4) pembatasan hakmilik, karena ia sedang menjadi penghalang untuk segala macam perbaikan (miliorasi) dalam cocoktanam, ketika perbaikan-perbaikan itu akan diakui sebagai yang perlu oleh mayoritas mereka yang berkepentingan …….7) nasionalisasi asuransi gandum dari kebakaran dan kerugian karena hujam es dan ternak dari penyakit menular: 8) bantuan menurut undang-undang dari pihak negara kepada pembentukan artel-artel dan koperasi-koperasi cocoktanam; 9) sekolah-sekolah agronomi”.
Pasal itu seluruhnya sesuai dengan jiwa pandangan-pandangan kaum Sosialis-Revolusioner, atau (sama saja) seluruhnya sesuai dengan jiwa reformatorisme burjuis. Dalam pasal-pasal itu tidak ada sesuatu apapun yang revolsuioner. Pasal-pasal itu, tentu saja, adalah progresif, ini tidak dapat dibantah, tetapi pasal-pasal itu progresif dari sudut pandangan kepentingan-kepentingan kaum pemilik. Mengedepankannya oleh pihak kaum Sosialis berarti justru melakukan cara memuji-muji naluri-naluri pemilikan. Mengedepankannya berarti sama saja seperti menuntut dukungan negara terhadap trust, kartel, sindikat, perhimpunan-perhimpuan kaum industrialis, yang tidak kurang “prograsif” daripada koperasi, asuransi, dsb. Di bidang cocok tanam. Itu semua adalah kemajuan secara kapitalis. Mengkhawatirkan itu bukanlah urusan kita, melainkan urusan kaum majikan, pengusaha-pengusaha. Sosialisme proletar, berbeda dari Sisalisme burjuis-kecil, membiarkan Count de Rocquijny [11], tuantanah-tuantanah pemilik tanah, dsb. Untuk memperhatikan koperasi pemilik-pemilik tanah, besar dan kecil, -- sedangkan ia sepenuhnya dan semata-mata mengurus koperasi-koperasi pekerja-pekerja upahan dengan tujuan perjuangan melawan kaum majikan.
Lihatlah sekarang bagian ke-II dari program. Ia terdiri dari satu pasal seperti berikut:”Nasionalisasi tanah-milik besar dengan jalan pensitaan. Tanah-tanah yang dapat ditanami dan padang-padang rumput yang diperoleh Rakyat dengan cara demikian harus dibagikan habis menjadi tanahpembagian-tanahpembagian dan diserahkan kepada kaum tani yang tak punya tanah dan yang sedikit mempunyainya dengan sewa jangka panjang yang terjamin”.
“Penyempurnaan” yang baik, bukan main ! Partai yang menamakan dirinya Sosialis, dalam bentuk “penyempurnaan dan integrasi reforma-reforma agraria”, menyajikan samasekali bukan penyusunan Sosialis dari masyarakat, melainkan utopi burjuis-kecil yang bukan-bukan. Di hadapan kita terdapat contoh yang paling menyolok dari pengeliruan sepenuhnya revolusi demokratis dengan revolusi Sosialis, dan kegagalan sepenuhnya untuk memahami perbedaan dalam tujuan-tujuannya masing-masing.Perpindahan tanah dari tuantanah-tuantanah kepada kaum tani dapat merupakan – dan di mana saja di Eropa telah merupakan – bagian komponen dari revolusi demokratis, salah satu tingkatan dari revolusi burjuis, tetapi hanya kaum radikal burjuis dapat menamakannya penyempurnaan atau penyelesaian sampai akhir. Pembagian kembali tanah antara golongan pemilik yang ini atau itu, klas-klas majikan yang ini atau itu, mungkin menguntungkan dan perlu untuk kepentingan kemenangan demokrasi, untuk kepentingan penghapusan sampai se-akar-akarnya bekas-bekas sistim perhambaan, peningkatan taraf hidup massa, percepatan perkembangan kapitalisme, dsb., -- dukungan yang paling tegas terhadap tindakan semacam itu mungkin menjadi kewajiban bagi proletariat Sosialis dalam zaman revolusi demokratis, tetapi yang dapat menjadi “penyempurnaan dan penyelesaian sampai akhir” yalah hanya produski Sosialis, dan bukan produksi tani kecil, di mana masih tetap ada ekonomi barangdagangan dan kapitalisme, merupakan utopi burjuis-kecil reaksioner dan tak lebih dari itu.
Kita melihat sekarang, bahwa kesalahan pokok PPS bukanlah khas bagi dia saja, bukanlah suatu kejadian tersendiri atau suatu yang kebetulan.Ia menyatakan dalam bentuk yang lebih jelas dan terang (daripada “Sosialisasi” yang terkenal jelek itu dari kaum Sosialis-Revolusioner itu sendiri) kesalahan pokok dari seluruh Narodisme Rusia, seluruh liberalisme dan radikalisme burjuis Rusia dalam masalah agraria sampai pada macamnya yang menyatakan diri dalam perdebatan-perdebatan pada kongres kaum Zemstwo [12] baru-baru ini (September) di Moskwa.
Kesalahan pokok ini dapat dinyatakan seperti berikut: Dalam pengajuan tujuan-tujuan terdekat, program PPS tidak revolusioner. Dalam tujuan-tujuan terakhirnya, ia tidak Sosialis.
Dengan kata-kata lain: kegagalan untuk memahami perbedaan antara revolusi demokratis dan revolusi Sosialis menyebabkan hal, bahwa dalam tugas-tugas demokratis tidak dinyatakan segi-segi revolusionernya yang sungguh-sungguh, sedangkan ke dalam tugas Sosialis dimasukkan segala kekaburan pandangandunia burjuis demokratis. Akibatnya, di depan kita terdapat semboyan yang tidak cukup revolusioner bagi kaum demokrat dan yang kusut hingga tak dapat dimaafkan bagi kaum Sosialis.
Sebaliknya, program Sosial-Demokrasi memenuhi semua tuntutan dalam mendukung demokratisme yang betul-betul revolusioner, maupun dalam mengemukakan tujuan Sosialis yang jelas. Dalam gerakan kaum tani sekarang ini kita melihat perjuangan melawan sistim penghambaan, perjuangan melawan tuantanah dan negara tuantanah. Perjuangan itu kita dukung sampai akhir. Untuk dukungan seperti itu satu-satunya semboyan yang benar yalah: pensitaan melalui Komite-Komite Revolusioner Kaum Tani. Bagaimana selanjutnya dengan tanah yang disita, -- itu adalah persoalan sekunder. Bukan kita yang akan menyelesaikannya, tetapi kaum tani. Dalam penyelesaiannya justru akan mulai perjuangan antara proletariat dan burjuasi di kalangan kaum tani. Karena itulah kita membiarkan persoalan itu terbuka ( hal mana begitu tidak disenangi oleh pengkhayal-pengkhayal burjuis kecil), atau dari pihak kita hanya menunjukkan permulaan jalan yang harus ditempuh, yang menuntut perebutan bidang-bidang tanahpotongan [13] ( hal mana, bertentangan dengan penjelasan yang banyak jumlahnya dari Sosial-Demokrasi, orang-orang yang malas berfikir anggap sebagai perintang gerakan).
Hanya ada satu cara supaya reforma agraria yang tak terelakkan di Rusia sekarang, memainkan peranan yang demokratis-revolusioner: ia mesti dilaksanakan dengan inisiatif revolusioner dari kaum tani sendiri, bertentangan dengan tuantanah-tuantanah yang birokrasi, bertentangan dengan negara, yaitu ia mesti dilaksanakan dengan cara-cara revolusioner. Pembagian tanah secara paling jelek setelah perombakan semacam itu akan lebih baik daripada yang ada sekarang ini, ditinjau dari segala segi. Dan jalan inilah yang kita tunjukkan, sambil mengajukan sebagai yang pokok tuntutan pembentukan Komite-Komite Revolusioner Kaum Tani.
Akan tetapi di samping itu kita mengatakan kepada proletariat desa: “Kemenangan yang paling radikal dari kaum tani, yang kawan-kawan harus bantu sekarang dengan semua kekuatan, tidak akan membebaskan kawan-kawan dari kemelaratan. Untuk tujuan ini hanya ada satu cara: kemenangan seluruh proletariat pertanian – atas seluruh burjuasi, dan penyusunan masyarakat Sosialis”.
Bersama dengan kaum tani-majikan melawan tuantanah dan negara tuantanah, bersama dengan proletariat kota melawan seluruh burjuasi dan semua kaum tani pemilik. Beginilah semboyan proletariat desa yang sadar. Dan kalau majikan-majikan kecil tidak segera menerima semboyan ini atau bahkan kalaua mereka menolak menerimanya samasekali, semboyan ini bagaimanapun akan menjadi semboyan kaum buruh, ia akan apsti diperkuat oleh seluruh revolusi, ia akan menyelamatkan kita dari ilusi-ilusi burjuis kecil, ia akan menunjukkan kepada kita dengan jelas dan penuh ketentuan tujuan Sosialis kita.
Proletari, No.20
10 Oktober (27 September) 1905.
KETERANGAN:
[1] Artikel-artikel yang masuk dalam kumpulan karya ini ditulis oleh W.I. Lenin selama dan setelah revolusi Rusia pertama 1905-1907. Artikel-artikel ini menganalisa imbangan-imbangan kekuatan klas, mengkarakterisasi partai-partai politik dan menyelidiki pelajaran-pelajaran yang harus ditarik proletariat dari kalangan revolusi.
[2] Oswobozjdeniye – majalah tengah-bulanan, terbit di luarnegeri dari tanggal 18 Juni (1 Juli) 1902 sampai 5 (18) Oktober 1905 di bawah pimpinan P.B. Struwe. Majalah itu merupakan organ burjuasi liberal Rusia dan dengan konsekwen menjalankan ide-ide liberalisme monarki-moderat. Pada tahun 1903 di sekitar majalah itu terhimpun (dan pada Januari 1904 terbentuk) “Soyus Oswobozjdenia” (Perserikatan Kebebasan”), yang ada sampai bulan Oktober 1905. Bersama-sama dengan kaum Zemstwo-konstitusionalis, “kaum Oswobozjdeniye” menjadi inti dari partai Konstitusionil-Demokratis (Kadet) yang terbentu pada Oktober 1905 – Partai utama burjuasi monarki-liberal di Rusia.
[3] Kaum Sosialis-Revolusioner (Eser) – partai burjuis kecil di Rusia, timbul pada akhir tahun 1901 – awal tahun 1902. Kaum Eser tidak melihat adanya perbedaan klas antara proletariat dan kaum pemilik kecil, mengaburkan perpecahan dan kontradiksi klas di dalam kalangan kaum tani, menyangkal peranan pimpinan proletariat di dalam revolusi. Sebagai metode pokok perjuangan melawan otokrasi, kaum Eser memilih jalan teror perorangan.
Program agraria kaum Eser menuntut penghapusan milik perseorangan atas tanah dan perpindahannya pengurusan komune desa, pelaksanaan azas-azas “penyamarataan” dalam penggunaan tanah, dan juga mengembangkan koperasi. Dalam program itu, yang oleh kaum Eser dinamakan “sosialisasi tanah”, pada kenyataannya tak ada sesuatu yang bersifat Sosialis, karena produksi barang-dagangan dan perekonomian swasta atas tanah umum tidak menghilangkan kekuasaan kapital, tidak membebaskan kaum tani pekerja dari eksploitasi dan kebangkrutan. Akan tetapi tuntutan-tuntutan untuk penyamarataan dalam penggunaan tanah, biarpun tak bersifat Sosialis, dari sudut sejarah mempunyai sifat progresif revolusioner-demokratis, karena tuntutan-tuntutan itu ditujukan untuk melawan pemilikan tanah oleh tuantanah reaksioner.
Ketidak homogenan klas di kalangan kaum tani menyebabkan ketidakteguhan ideologi dan politik dan keterbengkalaian di dalam partai kaum Eser, kebimbangan yang tetap antara burjuasi liberal dan proletariat. Setelah revolusi 1905-1907 partai kaum Eser mengalami keruntuhan organisasi dan ideologi yang penuh.
[4] Vperyod – suratkabar harian ilegal Bolsyewik; diterbitkan di luarnegeri, di Jenewa, sejak tanggal 22 Desember 1904 (4Januari 1905) sampai tanggal 5 (18) Mei 1905. Suratkabar itu memainkan peranan besar dalam mempersatukan komite-komite setempat, dalam mengolah strategi dan taktik Partai dalam saat Revolusi Burjuis-Demokratis 1905-1907.Suratkabar itu dipimpin oleh W.I.Lenin
[5] Narodisme – aliran idologi-politik di Rusia, yang timbul pada tahun 70-an abad XIX. Ciri-ciri khas daripandangan dunia Narodisme adalah pengingkaran terhadap peranan pimpinan klas buruh dalam gerakan revolusioner; pandangan yang salah mengenai hal, bahwa revolusi Sosialis dapat dilaksanakan oleh pemilik-kecil, petani; tanggapan atas komune desa, yang dalam kenyataannya merupakan sisa-sisa feodalisme dan sistim perhambaan di pedesaan Rusia, sebagai sel Sosialisme, dsb. Sosialisme kaum Narodnik adalah Sosialisme utopis, kerena tidak bersandar pada perkembangan yang sesungguhnya dari masyarakat, melainkan merupakan hanya frase, angan-angan, perngharapan baik.
[6] PPS – Partai Sosialis Polandia – partai nasionalis reformis yang dibentuk pada tahun 1892. Pada tahun 1906 PPS pecah menjadi PPS “Kiri”, yang berada di bawah pengaruh kaum Bolsyewik, dan PPS – “Kanan” yang sovinis.
[7] Przedswit (Fajar) – majalah politik Partai Sosialis Polandia (PPS), terbit sejak tahun 1884 sampai tahun 1920.
[8] David, Eduard – salah seorang pemimpin oportunisme, seorang ahli ekonomi Jerman. Bukunya “Sosialisme dan Pertanian” Lenin menamakan sebagai “kerja pokok revisionis dalam soal agraria”.
[9] Szarwark – kerja-wajib di mana dipakai tenaga kerja manusia dan kuda-tarikan serta alat-alat pengangkutan lainnya, yang dikenakan pada kaum tani di Polandia dan dilaksanakan sebagai cara kerja paksa untuk membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan dan obyek-obyek lain bagi penggunaan masyarakat dan negara.
[10] Moskowskiye Wedomosti—salah satu suratkabar yang paling tua di Rusia, terbit sejak tahun 1756 sampai 1917. Sejak tahun 1905 – adalah salahsatu suratkabar yang paling reaksioner.
[11] Rocquigny, Robert – ahli ekonomi burjuis Perancis.
[12] Kaum Zemstwo – tokoh-tokoh Zemstwo-Zemstwo – badan-badan pemerintah-sendiri setempat dengan hak-hak yang sangat terbatas, dipraktekkan di Gubernia-Gubernia Rusia Tengah sejak tahun 1864. Di antara kaum Zemstwo terdapat wakil-wakil kaum intelek dan tuantanah-tuantanah liberal, yang bersemangat oposisi terhadap otokrasi. Tetapi, sambil berada dalam oposisi, kaum Zemstwo pada waktu itu juga takut akan perkembangan selanjutnya dari revolusi tahun 1905-1907
[13] Tanahpotongan – bidang-bidang tanah, yang diambil oleh tuantanah dari kaum tani pada waktu pembatalan sistim perhambaan di Rusia pada tahun 1861.