Analisis

Alimin (1947)


Sumber: Analisis, Administrasi Majalah "Bintang Merah", Bintaran Kulon 14 - Yogyakarta, 1947. Scan PDF Brosur


Kitab ini disiarkan dengan melalui Bagian sensor AGIT-PROP CC. PARTAI KOMUNIS INDONESIA.

Yogyakarta, April 1947

 

I. Penerangan

Saya diminta oleh kawan-kawan dalam Partai menulis satu brosur untuk menjawab soal–soal yang langsung bersangkutan dengan Partai kami.

Kawan-kawan kami memandang perlu sekali adanya jawaban dan penerangan tegas untuk mencegah lanjutnya kekeruhan, kebingungan, dan pertikaian dalam Partai. Saya kira pemandangan kawan-kawan itu betul, oleh karena mereka mengetahui betul keadaan umum dan khususnya keadaan politik di Indonesia.

Saya sebagai orang baru hanya datang meninjau. Saya harus belajar lagi untuk menambah pengalaman.

Setelah kembali di tanah air, barulah mengetahui betapakah kerusakannya Partai selama kami tinggalkan semenjak 22 tahun yang lampau.

Dalam 20 tahun Partai kami telah menderita beberapa rintangan dan perpecahan. Partai kami dirusak oleh pihak reaksi, oleh kawan-kawan kami sendiri – kawan-kawan kami yang masih terjangkit oleh penyakit “kiri” – penyakit kanak-kanak dan dirusak pula oleh kawan-kawan yang tidak lurus hati. Mereka menggunakan Partai sebagai adpertensi, sebagai reklame untuk menutup rahasia-rahasianya.Ada juga kawan-kawan kami yang membesar-besarkan dan mengaku sebagai anggota terpenting dari internasional dan berkuasa atas pimpinan sebagian dari pergerakan revolusioner di Pasifik. Orang ini sangat melebih-lebihi. Perbuatan semacam ini sangat merugikan Partai. Orang-orang itu tidak setia pada Partai dan mereka tidak memperdulikan nasib Partai, sebaliknya mereka merusak nama Partai.

Pendeknya Partai terlantar !

Meskipun begitu dengan bantuan kawan-kawan yang pulang dari buangan, yang baik, yang jujur hati, dan yang mencintai Partai; maka kami bersama-sama membangunkan hidupnya Partai kami.

Partai mulai hidup dalam waktu 6 – 8 bulan ini. Partai maju dan kualitasnya tambah baik daripada yang sudah-sudah. Dengan bantuan pemuda baru dan kawan-kawan yang telah mendapat banyak pengalaman di Eropa dan di Australia, maka sekarang Partai mendapat banyak tenaga yang baik. Partai mulai menuju ke arah teori, teori Marxisme dan Leninisme. Partai mewajibkan pada seluruh anggotanya supaya mereka banyak belajar tentang ilmu revolusi dan perjuangan kaum sekerja. Juga Partai mulai giat membaca banyak buku. Harus dikemukakan bahwa pemuda-pemuda kami yang memegang pimpinan Partai bekerja rajin, mempelajari Riwayatnya Partai Dunia, Partai Komunis (Bolsewik) di negeri Persatuan Soviet di bawah pimpinan Stalin.

Inilah tanda-tanda yang sehat.

Inilah kewajiban Partai Komunis.

Partai Komunis ialah Partai kasta Buruh dan kasta Tani – ialah Avangard kasta Proletar.

Jadi supaya Partai Komunis sungguh-sungguh menjadi Partai – Avangard perlulah Partai diberi senjata teori revolusioner – teori dan wet-wet revolusi. Apabila tidak begitu Partai akan tinggal impoten, Partai tidak bisa memberi pinjaman pada perjuangan Proletar.

Inilah kata Lenin dalam bukunya: “Selangkah maju, dua langkah mundur”, memperingatkan pada anasir yang ragu-ragu, yang mondar-mandir, yang tidak tetap.

Cukuplah dengan keterangan bahwa Partai Komunis ialah bentuk Organisasi yang tertinggi dalam organisasi kasta Proletar.

Berhubung dengan permintaan kawan-kawan dalam Partai, maka kami akan memberi penerangan dan jawaban kepada omongan-omongan dan tulisan-tulisan yang dihambur-hamburkan dalam “Thesis” dan surat-surat sebaran.

Penulis,

 

II. Revolusi di Indonesia.

ANALISIS.

Kepada kawan-kawan revolusioner, kami mengemukakan sebuah pemandangan tentang revolusi nasional di Indonesia. Kami mengharap pemandangan pendek ini kiranya menjadi suatu bahan yang berguna bagi penyelidik-penyelidik revolusi – tentang kemungkinan-kemungkinan, kemenangan dan kesukaran-kesukarannya revolusi di tanah jajahan atau revolusi-revolusi di dunia seumumnya.

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan riwayat Revolusi Indonesia. Maka itu pertama kali harus diketahui bagian yang penting dan bagian yang historis, agar supaya orang bisa mengetahui kekuatan dan kelemahannya revolusi, dan dengan jalan begitu orang mendapat paham yang jelas tentang duduknya revolusi ini.

Revolusi Indonesia mempunyai watak sendiri, watak yang berlainan daripada watak yang menurut hukum-hukum (wet-wet) revolusi pada umumnya. Kekuatan revolusi nasional mulai dari 8 Maret 1942 yang didahului oleh intervensi militer Jepang di Indonesia itu adalah datang dari luar.

Ada beberapa hal dan keadaan internasional yang menetapkan kemenangannya revolusi di Indonesia. Kemenangan revolusi itu telah mematahkan salah satu mata-rantai imperialisme di lautan Pasifik. Dengan kekuatan dari luar dan kekuatan dari dalam, maka dapatlah revolusi Indonesia menggugurkan kekuasaan borjuis nasional (raja, regen, dan lain-lain perkakas negara) dan selanjutnya dengan mudah membasmi pula restan-restan dan kekuatan borjuis asing (Belanda dan kaki tangannya).

Sebab yang pertama :

Revolusi Indonesia mulai di tengah-tengah peperangan dunia yang kedua, yaitu peperangan mati-matian antara kaum imperialis sendiri (Amerika, Inggris, Perancis, Belanda) versus fasis-imperialis (Jerman, Itali, Jepang). Dalam peperangan dunia yang kedua, negeri Persatuan Soviet terpaksa membela diri dari ancaman fasisme. Dalam peperangan anti-fasisme negeri Persatuan Soviet mengambil bagian yang terbesar dan menderita korban yang terbanyak. Negeri Persatuan Soviet telah melembekkan dan menggugurkan sebagian besar dari kekuatan raksasa fasis dan nazisme.

Adalah kekuatan negeri Persatuan Soviet yang menjadi tenaga pendorong dan yang mempercepat pecahnya revolusi di tanah-tanah jajahan.

Jadi, peperangan antara kaum imperialis sendiri dan peperangan anti-fasis itu adalah berarti besar sekali bagi negeri-negeri jajahan dan negeri-negeri setengah-jajahan. Keadaan yang semacam ini telah memberi keuntungan kepada negeri-negeri tersebut. Negeri-negeri itu mendapat kesempatan menggunakan kekalutan dan pertentangan yang sangat tajam di antara dan di dalam kalangan imperialis sendiri, dan bersamaan dengan itu maka negeri-negeri jajahan dapatlah mengorganisir kekuatannya sendiri.

Sebab yang kedua:

Revolusi Indonesia pada fase yang kedua telah meningkat menjadi tinggi – setelah Jepang menyerahkan diri di hadapan imperialisme Amerika. Imperialisme Jepang menghadapi imperialisme Amerika boleh diumpamakan seperti tikus kecil menghadapi Sang Singa atau seperti David menghadapi Goliath.

Jepang kalah.

Kekalahan Jepang itu membawa beberapa akibat yang merugikan dan yang sesungguhnya tidak dikehendaki oleh Amerika atau oleh imperialisme Inggris sendiri. Kekalahan Jepang itu menimbulkan beberapa perubahan yang besar.

Revolusi di seluruh Pasifik jadi lebih meluap.

Sebab yang ketiga:

Pada masa tengah-tengahnya peperangan dunia yang kedua, imperialisme itu umumnya telah menjadi lemah. Terutama imperialisme Belanda yang telah menderita beberapa krisis di ibu negerinya sendiri dan yang telah kehilangan alat dan syarat-syarat yang perlu untuk merebut kembali sebagian dari tanah jajahannya. Nyatalah bahwa kekuatan imperialisme Belanda setelah habis peperangan jauh kurang daripada kekuatan imperialisme Perancis untuk merebut kembali semua atau sebagian dari jajahannya di Vietnam.

Sebab yang keempat:

Kemenangan Revolusi nasional di Indonesia terjadi pada penghabisan peperangan imperialis di Pasifik. Dunia umum telah jemu dengan adanya peperangan. Kaum kerja di seluruh dunia mengharap datangnya damai selekas-lekasnya. Maka menurut logikanya dari beberapa soal, maka kaum kerja di seluruh dunia menyetujui adanya perubahan, perubahan yang membawa damai di seluruh dunia. Tidak saja di Barat akan tetapi juga di Timur manusia itu umumnya setuju pada kemerdekaannya bangsa-bangsa di tanah jajahan. Maka Revolusi nasional di Indonesia telah mendapat banyak sokongan dan simpati dari kaum kerja di Barat dan di Timur.

Yang terpenting ialah:

Di Indonesia telah terdapat beberapa Partai yang berpengalaman dan militan dan Partai-partai itu mendapat sokongan yang masal, sokongan yang banyak.

Revolusi nasional di Indonesia telah dengan mudah mengatasi beberapa reaksi dan kesukaran, oleh karena bantuan kaum tani miskin dan bantuan petty proletariat yang kedua-duanya itu sangat haus kepada perubahan nasib, haus mendapat tanah, haus pada damai, serta haus pula pada peraturan-peraturan yang adil. Revolusi nasional di Indonesia telah dengan mudah mengatasi beberapa reaksi, pandai menindas kontra-revolusi di dalam negeri dan menolak kontra-revolusi dari luar dengan bantuannya pemuda tani dan pemuda kaum kerja yang giat dan patriotis mempertahankan revolusi nasional.

Selain daripada itu orang harus mengerti dan senantiasa memperhatikan keadaan-keadaan di luar dan keadaan-keadaan di dalam negeri dan orang harus mengakui pula adanya bagian yang negatif pada revolusi nasional di Indonesia. Bagian yang negatif itu telah terang pada kita sekalian, bahwa revolusi nasional di Indonesia adalah terpencil, terpisah atau ge-isolir, terpisah oleh samudera, tercerai dari bantuannya tetangga kita, tetangga kita yang juga memperjuangkan revolusi di benua Pasifik. Kalau negeri kita ini letaknya ada di benua, maka negeri-negeri tetangga kita itu dapat memberi bantuan dan sebaliknya kita pun bisa memberi sokongan langsung padanya.

Revolusi nasional di Indonesia telah memberi banyak pelajaran dan pengalaman pada lain-lain tanah jajahan yang masih menanti bagiannya menjalankan revolusi.

Jadi bersama-sama dengan adanya kejadian-kejadian dari luar dan kejadian dari dalam, maka kita dapat menimbang, bahwa sebab-sebab tersebut di atas itu adalah memudahkan berhasilnya revolusi nasional di Indonesia.

Sebagai analisis yang lebih luas, orang harus mencoba menarik garis yang tegas dan memperbandingkan revolusi nasional kita dengan revolusi nasional lainnya, di Vietnam, di Birma, atau lebih jauh lagi, dengan revolusi-revolusi di India dan di Tiongkok.

III. “Thesis”.

Ada “Thesis” baru. Dalam “Thesis” itu Tan Malaka menulis beberapa soal rempah-rempah. Sebagian besar dari tulisan itu tidak aktual lagi. Soal-soal yang dikemukakan kami anggap sudah terlalu tua, sudah basi, dan sebagian lagi hanya fragmenten, “Cuttings” dari buku-buku yang tidak berguna lagi untuk menjadi bahan atau material guna membikin orientasi keadaan baru.

Di dunia telah penuh dengan bahan atau material baru sebelum dan sesudah perang dunia yang kedua. Meskipun begitu dari material baru itu toh sudah tidak digunakan lagi. Perubahan ekonomi dan perubahan politik dunia berjalan cepat hingga tiap-tiap 3 – 5 bulan sekali meminta pembaharuan orientasi dan pemandangan yang luas.

Kaum kerja perlu mendapat pemandangan yang aktual, yang langsung dan yang kongkrit mengenai politiknya sendiri.

Kami berpendapat bahwa kewajiban kaum kerja pada masa yang akan datang ialah mempelajari politik empat negeri besar, terutama politik dan ekonomi Amerika dan Soviet Rusia.

Sehabis perang dunia kedua, Amerika timbul menjadi diktator groot Finans kapital dan Soviet Rusia timbul menjadi negeri sosialis yang lebih kuat dan yang mendapat kemenangan dan banyak pengalaman dalam politik, dalam ekonomi dan dalam militer.

Orang harus mempelajari dua aliran besar ini sedalam-sedalamnya. Dalam abad yang ke XX ini, adalah hanya dua sistem sosial saja, sistem Sosialisme dan sistem Kapitalisme.

Di sana-sini penulis “Thesis” mencoba menerangkan arti Sosialisme. Ia mengatakan Sosialisme itu dibentuk oleh Marx dan Engels kira-kira 100 tahun yang lampau. Keterangan ini tidak tepat. Robert Owen adalah orang yang mula-mula mencoba mempraktikkan Sosialisme di Irlandia dan kemudian di Amerika. Pada masa itu Robert Owen belum mempunyai teori tinggi tentang Sosialisme. Jadi Sosialisme Owen ialah Sosialisme Utopi. Marx dan Engels tidak membentuk Sosialisme, akan tetapi mereka mempelajari dan meninggikan teori masyarakat Sosialis. Jadi ada dua corak Sosialisme. Satu Sosialisme Utopi dan yang lain “Scientific Sosialism” atau Sosialisme yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Marx dan Engels mempelajari Sosialisme sedalam-dalamnya. Mereka memeriksa, mereka menguji dan mereka mengritik semua ekonomi borjuis, tetapi juga memeriksa lagi bukunya sendiri sehingga berhasil menulis sebuah buku “Critique of Political Economy”. Begitu juga mereka memeriksa lagi Sosialisme sedalam-dalamnya dan hasilnya ialah “Scientific Sosialism” – Sosialisme yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Dalam “Thesis” orang itu hanya menerangkan sistem Sosialisme dan sistem Kapitalisme yang bertentangan, dan buntutnya kapitalisme katanya ialah imperialisme. Bagaimana jalannya pertentangan dua macam sistem itu? Dan bagaimana serta kapan kapitalisme itu berbuntut?

Kita kira perlu diterangkan sifatnya pertentangan dua sistem itu. Sistem Sosialisme dan sistem Kapitalismeitu terus-menerus tentang-menentang dan tidak saja pertentangan yang terus-menerus, akan tetapi sebaliknya pada puncaknya krisis kapitalisme, kapitalisme itu sendiri akan memperkosa diri sendiri untuk melahirkan Sosialisme atau lebih terang lagi Sosialisme itu lahir dari kandungan kapitalisme sendiri. Jadi, Sosialisme itu dilahirkan dari kandungan kapitalisme – ia lahir dipaksa oleh tenaga pendorong atau aksi revolusioner dari kaum kerja. Jadi bukan pertentangan terus-menerus antara dua sistem itu – bukan proses yang terus-menerus, tetapi proses terus-menerus menjadi tinggi dan puncak atau krisis prosesnya itu melahirkan Sosialisme.

Jadi seperti yang telah kami terangkan di atas, Sosialisme itu ialah suatu sistem Sosial yang dilahirkan oleh aksi revolusioner dari kaum kerja dan kawan-kawan seperjuangannya. Jadi Sosialisme itu lahir dari kandungan masyarakatkapitalis dengan syarat tenaga pendorong – aksi yang aktif dan aksi yang revolusioner. Menurut Historis Materialisme, peralihan dari satu masyarakat ke lain masyarakat – peralihan ke tingkat yang lebih tinggi – umpamanya masyarakat perbudakan menjadi masyarakat feodal dan dari kandungan masyarakat feodal itu lahirlah masyarakat kapitalis. Perpindahan atau peralihan dari satu masyarakat ke masyarakat lain itu tidak terjadi dengan jalan damai atau aman, tetapi dengan jalan pertentangan dan perjuangan – dengan jalan perlawanan mati-matian.

Tan Malaka menerangkan bahwa masyarakat Sosialis itu ialah masyarakat yang tidak berkasta-kasta. Itu tidak hanya begitu saja.

Sosialisme ialah sistem sosial dari suatu masyarakat di mana orang bebas dari tindasan orang lain. Jadi Sosialisme ialah suatu masyarakat di mana penduduknya terhindar dari segala macam penindasan.

Dalam masyarakat Sosialis alat-alat pembikinan barang dikuasai oleh segenap kaum kerja dan sebaliknya dalam masyarakat kapitalis alat-alat itu dimiliki hanya oleh segenggam orang saja.

Sistem kapitalisme tumbuh menjadi tinggi dan puncaknya ialah imperialisme. Jadi, imperialisme bukan buntut tetapi sebaliknya imperialisme ialah puncak yang tertinggi atau ujung daripada kapitalisme. Dan bersama-sama dengan timbulnya imperialisme timbullah revolusi proletar. Jadi, imperialisme ialah tingkat kapitalisme yang tertinggi – tingkat yang penghabisan, tingkat yang melahirkan corak revolusi yang tertinggi yaitu revolusi proletar.

Di dalam masyarakat Sosialis seperti yang telah ternyata ada di Soviet Rusia itu, tiap-tiap orang diwajibkan bekerja menurut kecakapannya dan tiap-tiap orang diberi bahan keperluan hidup menurut hasil pekerjaannya. Ini adalah permulaan daripada Komunisme. Dalam masyarakat Komunis, tiap-tiap orang bekerja menurut kecakapannya dan mendapat bahan-bahan keperluan hidup menurut kebutuhannya. Di dalam masyarakat Sosialis dan masyarakat Komunis berlaku satu hukum yang menetapkan: “Siapa bekerja, dapat makan” – “Siapa tidak bekerja, tidak makan” –

Pada kaca yang pertama dari “Thesis” dalam “Kata Pengantar”, penulisnya mengemukakan dirinya sebagai “Seorang Nahkoda yang berpengalaman cukup”. Ia mengambil Columbus sebagai contoh “Columbus akan berbalik setengah pelayaran setelah menemui mara bahaya kalau ia cuma bergantung kepada teorinya ahli bumi Toscanelli saja”.

Dalam “Thesis”nya orang menganjurkan semangat “adventurer”, mencoba-coba sesuatu yang mengandung bahaya maut pun mesti dilakukan. Ia menghargai semangat “adventure” sebagai syarat untuk mencoba-coba sesuatu perbuatan yang berbahaya. Jadi, dengan semangat “adventurous” ia ingin merebut kekuasaan. Jadi, untuk melakukan “putsch” yang berbahaya – dengan tidak pakai perhitungan, – “by chance”, orang harus bertindak dengan berani dan disertai dengan semangat “adventure”. Inilah suatu illusi yang digambar-gambarkan oleh seorang yang “berpengalaman cukup”.

Columbus bukan “adventurer” dan tidak bersemangat “adventure”. Ia adalah seorang outdekkingsreiziger yang berilmu cukup tentang teori ilmu bumi. Ia yakin bahwa Amerika ada, dan memang ada. Adanya Amerika itu telah dibuktikan oleh “telornya Columbus” sendiri: Ia tidak mencoba-coba menuju ke benua Amerika dengan semangat “adventure”. Ia faham dan yakin pada dirinya akan kebenaran yang dipelajarinya.

Jadi, perbandingan antara Columbus dan Tan Malaka ada berlainan sekali. Lebih tepat kalau penulis “Thesis” mengumpamakan dirinya sebagai Don Quichotte – the errand knight – yang melalui sepanjang jalan dengan fantasi dan semangat “adventurer”. Don Quichotte dengan gagah berani melawan windmolen (kincir-angin). Ia merebut roda angin. Ia jatuh pingsan dan untuk “maut” pun ia akan berbuat. Ia menjadi lebih nekat lagi! Perbuatan Don Quichotte itu ialah perbuatan “adventurer” atau “avonturier”, ialah aliran yang sangat berbahaya. Seorang yang bersemangat “avontuurlijk” adalah sangat berbahaya kalau ia diberi kewajiban menjalankan pergerakan politik. Di dalam kalangan revolusioner tidak ada tempat bagi “politici” yang berwatak “adventure”. Bagi kaum revolusioner adalah satu penghinaan besar apabila ia atau mereka mendapat kritikan atau celaan sebagai “politieke avonturier”. Kaum revolusioner di Barat mengkritik dan menghina habis-habisan kepada orang-orang yang beraliran “avonturisme” dan “opportunisme”. Memang banyak sekali terhadap aliran “avonturisme”, dalam kalangan pemimpin-pemimpin petty-borjuis dan pseudo-revolusioner.

Orang-orang yang akan merebut kekuasaan karena dorongan keinginan “avonturisme” – ingin mendapat gelaran dan pujian – boleh kami samakan dengan Don Quichotte yang nekat, dia yang tergesa-gesa. “Ein Streber”; Perbuatan kurang sehat perbuatan “avonturier” – Dalam politik “avonturier” atau “avonturisme” adalah aliran yang sangat berbahaya, “Ambitious”, itulah orang-orang yang mengacau-balaukan pekerjaan kawan-kawannya.

Dalam revolusi di Indonesia banyak orang yang mengemukakan dirinya bahwa merekalah yang telah berjasa dalam proklamasi Indonesia Merdeka. Mereka masing-masing merasa berhak memegang kemudi Negara. Mereka berebut-rebutan pengaruh. Mereka menjalankan komplotan dan intrik, noda-menodai. Seorang lagi mengaku lebih pandai daripada yang lain, lebih revolusioner dan sebagainya.

Mereka berebut-rebutan tulang.

Perbuatan yang semacam itu mengeruhkan keadaan politik dan memecah persatuan rakyat. Mereka memecah simpati rakyat dan menimbulkan antipati terhadap orang-orang yang dimusuhinya.

Revolusi rugi!

Inilah akibatnya perbuatan orang-orang yang mencari kedudukan dan pujian.

Hampir pada akhir “Thesis” penulisnya membeberkan berupa-rupa soal yang diambilnya dari buku catatannya. Ia menyerang, ia mengkritik lawan-lawannya. Kritikan dan serangan itu khususnya ditujukan kepada kami (Muso – Alimin). Untuk membela diri ia membeberkan keinginannya sebagai pemimpin yang “dibenumd” oleh kantor Agung. Ia menerangkan supaya dia mendapat sokongan dan bantuan dari Rakyat untuk membela dan membersih-bersihkan diri, ia appel pada Rakyat supaya diberi keputusan bahwa ia benar, bahwa dia tidak bikin salah dalam revolusi 1926. Ia menunjuk-nunjukkan kekuasaan autoriteit dan hak veto. Ia menyebut-nyebut nama pemimpin besar, yang sesungguhnya tidak disukainya. Ia menyebut nama kantor yang memberi “benuman dan kekuasaan” padanya dengan maksud supaya orang “takut”, supaya orang memandang padanya sebagai orang “berguna” yang diberi autoriteit. Sebetulnya, Tan Malaka menenggelamkan diri dalam pujian dan reklame sendiri. Pujian itu baik, tetapi memuji-muji diri sendiri itu tidak begitu baik didengarnya.

Ia mencurigai dan mendakwa-dakwa orang yang tidak disukainya. Sebaliknya, kecurigaan dan dakwaan itu dirasa oleh Tan Malaka sendiri dengan perasaan yang tidak jujur. Tan Malaka “voelt zich gepasseerd” . . . ia merasa kecewa sebab kami berdua – Muso dan Alimin – dengan tidak diketahuinya pergi ke negeri Jauh. Di negeri jauh kami dapat mengetahui apakah artinya pangkat dan kekuasaan itu. Orang yang tahu bagaimana keadaan politik negeri tersebut akan “heran” mendengar pujian, reklame, yang gilang-gemilang. Barangkali penulis “Thesis” masih ingat akan kawan-kawannya seperti O. Hell . . . dan M. Volt . . . yang dahulu pernah sebagai pegawai biasa bekerja di Pasifik. Dua orang itu bekerja bukan di kantor Besar akan tetapi hanya membantu pekerjaan dalam pergerakan kaum kerja. Mereka orang Prof. . . . Barangkali dua orang pegawai itu yang lantang yang tidak berhak memutus apa pun yang memberi “mandat”, yang memberi “autoriteit”, yang memberi “kekuasaan besar” pada Tan Malaka. Dua propagandis tersebut kemudian kena hukum lantaran membela pergerakan Anti Soviet – pekerjaan Trotzkisten. Orang yang jujur hati dan yang mengerti akan pekerjaan “propagandis” bukan orang yang “penting” dan yang “Berautoriteit”, dilarang menunjuk-nunjukkan diri sebagai reklame – menyebut dan membangkit nama kantor Besar. Orang yang biasa sungguh-sungguh bekerja buat keperluan kaum kerja – bukan cari nama dan pujian, bukan ingin “mashur” – ia tidak akan membuka-buka rahasia cara-caranya bekerja di bawah tanah. Orang tahu apa artinya kantor Besar itu di mata kaum imperialis. Pada waktu kami berdua tinggal lama di negeri Jauh itu kami kenal beberapa kawan yang lebih “responsible” dan memegang P. K. di negeri Besar. Setelah dididik baik-baik mereka pulang ke negerinya masing-masing juga zonder “mandat”, juga zonder “autoriteit”, juga zero “veto” dan juga zonder “apa-apa”. Mereka juga pulang kembali ke negerinya masing-masing dan bekerja untuk P. K. Sebagai orang biasa.Mereka tak perlu “mandat”, mereka tak perlu “veto” atau kekuasaan luar biasa . . . . Mereka tahu kewajiban bekerja di bawah tanah!

Sebelum orang menjadi “Presiden” orang sudah ingin memegang hak “veto” – vetonya petty borjuis, Pemuda Komunis tahu bahwa dalam Partai tidak ada “veto” atau kekuasaan mutlak . . . Dalam Partai hanya ada Demokrasi – Demokrasi Centralisme, ialah Demokrasi Progressif. Semua itu bukan salahnya orang yang ingin pujian dan junjungan, tetapi ialah karena kekurangan pengetahuan, ia merasa lebih besar daripada yang lain-lain. Banyak kawan-kawan yang datang di negeri Sejuk. Di sana hanya melihat rapat besar dan kenal si-itu dan si-ini. Ia tidak dapat didikan apa-apa. Banyak orang datang di negeri Jauh, kira-kira pada tahun antara dua puluhan. Pada masa itu Negeri kami masih rusak. Politik dan ekonominya belum teratur.

Tetapi dalam tahun 1927 – 1928 keadaan mulai berubah dengan cepat. Politik partai menjadi lebih tinggi dan sekolahan Partai lebih teratur. Di sini kawan-kawan dapat didikan yang tetap dan teratur. Teori Partai jadi lebih tinggi dan kader-kader Partai diwajibkan belajar banyak. Musuhnya juga tambah banyak dan keadaan umum lebih menjadi genting. Peraturan bekerja diubah sama sekali. Perkara intern ini kami tidak diizinkan menerangkan lebih lanjut. Orang yang membersihkan diri dan menyalahkan kejadian pada tahun 1926 itu betul – mereka tidak salah. Mereka tidak salah karena mereka tidak berbuat apa-apa; orang yang tidak berbuat apa-apa sudah tentu tidak mungkin membuat kesalahan.

TENTANG ROYERAN

Tan Malaka merasa tidak senang hati bahwa ada kabar dia telah diroyeer oleh . . . . dari pihak Partai, waktu Partai dipimpin oleh kawan-kawan lain dan juga setelah kembali di tangan kami, kami tidak memperhatikan soal-soal partai lain atau soal-soal seseorang yang tidak berhubungan dengan Partai. Kami hanya berdaya upaya membangunkan dan mendidik kader baru, mengumpulkan kawan-kawan yang tidak curang dan kawan-kawan yang lurus hati dan bersama-sama kami berikhtiar mendirikan sekolahan dan kursus-kursus bagi pemuda yang kami didik dalam ilmu Marxisme – Leninisme, yang kemudian hari akan jadi dasarnya Partai kami, Partainya Lenin dan Stalin.Kami tidak suka meminta dan mengundang kawan-kawan atau anggota Partai lama kembali ke dalam Partai dengan tidak kehendaknya sendiri. Menurut hukum Partai, anggota Partai yang telah lama tidak bekerja bagi Partai atau telah lama dengan sengaja menjauhkan diri dari Partai atau masuk anggota Partai lain, maka orang atau anggota itu dengan sendirinya dikeluarkan dari Partai – jadi orang itu bukan anggota Partai lagi. Partai Komunis bukan Partai borjuis dan juga bukan Partai nasional di mana anggota-anggotanya bertindak atau berbuat dengan semau-maunya sendiri.

Pada kaca yang penghabisan penulis “Thesis” minta dibuktikan siapa yang meroyeernya dan di mana dia berada pada waktu dia diroyeer. Lebih lanjut dikatakannya, bahwa di sini ada dua Tan Malaka, Tan Malaka palsu dan Tan Malaka sebenarnya.

P. K. I. Tidak bisa meroyeer orang yang bukan anggota Partai dan Tan Malaka bukan anggota Partai lagi. Seperti Nath Roy di India – eks-Komunis, yang mendirikan Partai lain di India telah diroyeer oleh Partai – akan tetapi Roy nekat, dikatakannya : “Saya tidak mau diroyeer, saya orang Komunis”. Partai tidak mau mengakuinya sebagai anggota lagi, baik Tan Malaka palsu atau Tan Malaka sebenarnya. Partai menolak kedua-duanya, baik yang sebenarnya apa lagi yang palsu.

Orang memegang keras anggapan “titel” atau “kekuasaan penuh” yang katanya diberi padanya oleh rapat Besar. Ia appel. Oleh karena dia memegang “mandat pol” dari organisasi Besar, dia tidak suka diroyeer, dia minta putusan “tertinggi”. Juga waktu kami ada di Sana, kami tidak mendengar apa pun tentang royerannya oleh organisasi Besar. Sekarang organisasi Besar sudah tidak ada lagi, jadi kalau dia menuntut Hakim Komunis Tinggi dia harus cari sendiri di mana adanya hakim itu. Dia menakut-nakuti orang dan menuntut supaya perkara itu diputus oleh “Hakim Internasional” – sedangkan Internasional tidak punya “Hakim” – Hakimnya ialah seluruh badan Partai bersama-sama. Partai tidak mengindahkan siapa pun juga – anggota Partai “besar”, kecil, ber”autoriteit” atau ber”mandat-loos”, di hadapan Partai mereka adalah anggota dan hanya anggota biasa. Kita sama kita dalam satu Partai – Partai Komunis. Kami kira, bahwa “sangkalan” yang diajukan oleh si Penulis “Thesis” itu lebih tepat jikalau “sangkalan” itu disangkal dan ditujukan oleh perbuatannya si penulis sendiri. Tan Malaka tidak perlu kecil hati dan ragu-ragu dan janganlah memperhatikan omong-omong dan perkabaran, dan jangan menduga-duga orang yang tidak salah atau yang menyalahkan padanya dan kerjakanlah terus keyakinan sendiri.

IV. Tuduhan Troizkisme.

Pada waktu kami ada di luar negeri kami senantiasa memikirkan dan mendaya-upayakan bagaimana kami bisa mendapat sambungan dan bisa bekerja buat Partai di Indonesia. Menurut kewajiban dan hukum Partai, Partai Komunis (Bolsewik) – tiap-tiap anggota Partai, tiap-tiap orang Komunis, diwajibkan hanya bekerja untuk Partainya, diwajibkan mencintai Partainya dan menjunjung tinggi kehormatan dan prestise (prestige) Partainya. Tiap-tiap anggota – orang Komunis – siapa pun juga, yang melalaikan dan menjauhkan diri dari Partai – orang itu dengan sendirinya keluar dari kalangan Partai. Lebih-lebih orang “Komunis“ yang mendirikan Partai lain atau organisasi politik lain yang menentang atau berlainan dengan azas Partai, orang itu melanggar hukum Partai, melanggar disiplin Partai, melanggar undang-undang Partai. Orang-orang ini menentang Partai, anti Partai, mereka likuidator, mereka renegad.

Orang Komunis hanya kenal dan hanya mengakui satu Partai saja, yaitu Partainya Lenin. Partai Lenin yang diteruskan dan dipimpin oleh Stalin, mewajibkan pada sekalian anggota Partai – memperbanyak pengalaman, memperbanyak dan mempertinggi teori dan memperbanyak ilmu lain yang berhubungan dengan hukum-hukum pergerakan revolusioner, pandai mengambil sikap terhadap massa dan menjalankan taktik yang “fleksibel” yang elastis, yang ulet dan yang liat.

Pada waktu kami masih muda, kami ingin “menjadi Komunis”. Kami membaca satu dua buku. Kami bekerja rajin sebagai orang revolusioner. Dengan jalan demikian orang dapat nama baik.

Sekarang kami lama tinggal di luar negeri, kami belajar dan mendapat tambah pengetahuan dan pengalaman. Tidak saja kami diwajibkan belajar dalam sekolah, akan tetapi kami lama dididik dalam ideologi Komunis. Kami lama mempelajari ilmu-ilmu yang telah ditetapkan oleh Partai, memegang keras hukum disiplin Partai dan tunduk pada hukum Partai. Kami dilatih, diuji, dan dipraktekkan beberapa lama. Kemudian kesetiaan kami pada Partai dilihat dan diawas-awasi. Dengan adanya Partai baru – Partainya Lenin – maka didikan semacam ini dijalankan di semua cabang-cabang Partai Komunis di seluruh dunia. Kami harus menjadi ideologis yang terbaik yang diharuskan menghindarkan diri dari pengaruh borjuis, pengaruh borjuis kecil dan pengaruh politisi syariatan lainnya.

Pada waktu kami masih di luar negeri – di tanah Melayu – kami membaca surat-surat kabar Inggris yang menerangkan bahwa Tan Malaka, seorang Komunis yang ternama membentangkan program baru – program “Expansion”, yaitu program melebarkan jajahan Indonesia Raya menjadi lebih raya lagi. Lebih jauh surat kabar itu menjelaskan bahwa politik “Expansion” itu tidak lain dari pada turunan dan melanjutkan politik imperialisme Jepang yang bersemboyan : “Asia buat bangsa Asia”. Surat-surat kabar itu menerangkan, bahwa orang itu adalah seorang “Komunis” yang beraliran Trotzkisme. Kira-kira dua minggu sesudah perkabaran itu, warta lain lagi dari Ceylon dan Australia menyatakan juga bahwa ia seorang Trotzkis yang menganjur-anjurkan partai nasional – Partai Republik Indonesia. Sekianlah perkabaran dan warta yang kami tangkap pada waktu kami berada di tanah Melayu.

Setelah kami kembali di Tanah Air, kami mendengar berupa-rupa cerita tentang aksi dan perbuatannya sesudah ia kembali di Indonesia. Di sana-sini ada orang yang memuji aksinya dan di lain pihak ada yang mencela tindakan politiknya di Indonesia. Ia berlaku sebagai umumnya Trotzkisten di luar negeri yang membikin keruhnya pergerakan Nasional. Seperti di India, Roy –seorang eks. Komunis – yang telah mengacau pergerakan revolusioner di India, di Tiongkok ialah Tjang Du Su, di Persia ialah Sultan Sidik, dan di negeri-negeri lain lagi. Kalau Tan Malaka menganggap dirinya seorang Komunis apalagi sebagai pendekar Partai yang terkenal atau bapak revolusioner, selekasnya ia pulang ke Tanah Air, sepatutnya dan wajib ia dengan segera berhubungan dengan dan menghidupkan Partai Komunis di Indonesia, walaupun bagaimana juga keadaan Partai pada masa itu.

Dalam “Thesis”nya ia menyangkal keras tuduhan Trotzkisme. Ia menuntut dan minta alasan yang nyata atas tuduhan yang “bohong” itu.

Kami tidak menuduh, kami tidak mendakwa, kami tidak pernah memfitnah orang, kami tidak suka menusuk-nusuk dan membusuk-busukkan kawan atau lawan, kami hanya bekerja untuk keperluan Partai, meninggikan kualitet Partai dan menjunjung tinggi prestise Partai. Dalam Partai Komunis (Bolsewik) tidak ada perbedaan besar kecil, tidak ada perbedaan pemimpin dan anggota, pemimpin yang berjasa atau anggota biasa yang jujur dan bekerja baik buat Partai, mereka di muka Partai berdiri tegak bersama-sama, menanggung jawab, bersama bagi keperluan Partai. Partai Komunis bukan Partai Borjuis, bukan Partai advokat atau yuris yang mendakwa atau yang menentang atau memungkiri dakwaan dengan cerdik dan licin bicara untuk menghindari tuduhan atau dakwaan. Partai Komunis melakukan pemeriksaan atas suatu soal – meminta pada anggota-anggotanya siapa pun juga, pemimpin, atau anggota biasa, menerangkan terus-terang, menunjukkan kebenarannya, dan mengakui kesalahannya sebagai orang Komunis – sebagai Bolsewik di hadapan Partai. Kami orang Komunis bukan seorang dua-orang yang tercerai-berai, akan tetapi kami adalah Partai yang bulat sebagai satu badan, Partai yang mengikat seluruh anggota dan pemimpinnya dalam satu ikatan. Partai adalah kekuasaan atau autoriteit yang tertinggi dan yang berkuasa. Inilah faham orang-orang Komunis di Barat.

Maka Tan Malaka menuntut dan minta jawaban atas tuduhan dan dakwaan pada dirinya.

Seperti telah kami terangkan di atas, kami bukan pendakwa dan bukan penuduh, akan tetapi kami berpendapat bahwa tuntutan dan jawaban itu sebaliknya harus dijawab oleh orang itu sendiri, membuktikan dan menjelaskan dengan terang-terangan dengan perbuatan dan sepak-terjangnya – sebagai orang Komunis – terhadap Partainya – Partai Komunis Indonesia. Ia menjadi terkenal disebabkan oleh karena dia pernah menjadi anggota Partai. Maka dengan tebusan ini ia akan menjadi lebih mashur, lebih terhormat di mata kawan-kawan kami orang Komunis, di mata kawan-kawan seperjuangannya.

Di negeri Sejuk, di negeri Jerman, di Amerika, di Inggris, di Perancis dan juga di Tiongkok kawan-kawan Komunis yang mengakui kesalahannya dan menolak tuduhan-tuduhan yang memberatkan pada dirinya dengan perbuatan yang nyata dan yang jujur terhadap Partainya, dapatlah kehormatan dan junjungan yang tinggi.

Dalam “Thesis” di sana-sini orang mengutip dua-tiga kalimat dari buku Riwayat Partai Komunis Negeri Persatuan Soviet (History of the C. P. S. U.). Kutipan-kutipan itu untuk menunjukkan kesalahan seseorang dan membenarkan orang lain. Dalam tulisan itu disebut nama-nama seperti Zinoviev, Kamenev dan lain-lain. Orang-orang ini termasuk dalam golongan atau blok Trotzkisten seperti Bucharin dan lain-lain. Limonadze dan Shatskin, orang dua inilah yang senantiasa berteriak-teriak – “real shouters” –, pada satu masa mereka memuji Partai dan mencela N. E. P. Dan pada lain masa mereka memuji N. E. P. dan mencela Partai serta mencela ini dan itu. Sepak-terjang dua orang ini diamat-amati. Setelah ketahuan bahwa ternyata mereka menjadi sel Trotzkisten, mereka kemudian mengambil keputusan sendiri . . . . mereka bunuh diri. Kejadian semacam ini banyak sekali terjadi pada waktu diadakan pembersihan dalam Partai.

Tentang pinjaman Tsar. Dalam “Thesis” orang menunjukkan, - menurut Riwayat Partai Komunis di Rusia –, bahwa Trotzky sendiri pernah mengusulkan pada Partai supaya pinjaman luar negeri harus dibayar. Usul itu ditolak oleh Partai. Usul Trotzky adalah salah, karena Revolusi di Rusia adalah Revolusi Sosialis dan dari Revolusi Proletar berdirilah Diktator Proletariat yang menjadi pemimpin masyarakat sosialis. Dalam Revolusi Demokratik borjuis (bourgeois democratic revolution) semboyan Partai ialah menasionalisir tanah-tanah dan beberapa perusahaan. Sedangkan dalam Revolusi sosialis Partai bersemboyan : “Sosialisasi dan konfiskasi” seluruh bank-bank dan perusahaan besar. Menurut keadaan masa itu, setelah perang dunia yang kesatu, Inggris dan Jerman ekonominya lembek untuk mengadakan serangan kepada masyarakat sosialis. Borjuis dunia mengira bahwa keadaan di Rusia pada waktu itu tidak akan tinggal tenang, mungkin kontra-revolusi akan pecah dan kasta borjuis menunggu-nunggu pecahnya kontra-revolusi dan mereka mengharap dapat merebut lagi kekuasaannya. Keadaan internasional pada waktu itu dalam keadaan sedikit baik bagi pendirian Rusia. Jadi, usul Trotzky supaya membayar hutang luar negeri adalah salah menurut dasar Revolusi Sosialis, dan salah pula menurut strategi dan taktik Proletar Revolusioner.

Seperti sudah kami terangkan, Revolusi Nasional di Indonesia – Revolusi Demokratik borjuis (bourgeois democratic revolution) – hutang-hutang luar negeri harus dibereskan dengan jalan damai, dengan jalan pembayaran angsuran dan sedapat-dapatnya sebagian perusahaan penting langsung dimiliki oleh Negara. Dengan jalan begini kami dapat menyelamatkan Republik dan memperkuat ekonomi nasional.

V. Soal Lama.

Kami kira masih perlu memberi sedikit penerangan seperti di bawah ini: Kira-kira dua puluh dua tahun (22) yang lampau, kami berdua, saudara Muso dengan saya, pergi ke negeri Sejuk. Kepergian kami ke sana perlu menjalankan Perintah Partai. Kira-kira pada permulaan tahun 925, kami ber-empat telah dihadapkan di muka C.C. Partai Besar. Di sini kami bersama-sama dengan saudara-saudara Darsono, Semaun dan Muso berhadapan dengan sebagian besar dari anggota C. C. Di hadapan mereka saya menerangkan sedapat-dapatnya tentang politik dan ekonomi di Indonesia pada masa itu.

Pada pertemuan itu kami ber-empat mendapat kesan yang baik. Kami menghormati semua figur yang duduk dalam pertemuan itu. Mereka adalah orang biasa. Setelah kami tinggal beberapa bulan di Pusat negeri Sejuk, kami mendapat sekadar pemandangan tentang soal-soal yang berhubungan dengan soal-soal Partai Besar. Kami mendapat keterangan bahwa sejak tahun 1924 timbul beberapa aliran yang menentang pada Pimpinan Partai.

Trotzky adalah seorang bekas anggota yang ternama dalam Partai, yang mulai mengadakan oposisi. Pada mulanya oposisinya itu hanya kecil saja.

Kemudian kami ber-empat bertemu dengan Pengurus Partai yang terkemuka. Sudah itu kami berdua kembali menuju Tanah Air.

Setelah kami kembali lagi ke negeri Sejuk pada tahun 1927, maka kami tahu bahwa oposisi terus menentang Partai – menyalah-nyalahkan dan membusuk-busukkan pimpinan Partai. Telah beberapa kali Trotzky dan kawan-kawannya diperingatkan supaya jangan membikin pertentangan dalam Partai. Peringatan itu diabaikan dan sebaliknya oposisi berlaku giat lagi.

Mula-mula oposisi dijalankan dengan alasan politik, tetapi kemudian dalam prosesnya menjadi satu gerakan sabotase, menggunakan teror, membunuh pegawai negeri, dan orang-orang Soviet yang ternama. Pergerakan Trotzkisten dan Trotzkisme menjadi pergerakan teroris. Moralnya kaum Trotzkisten merosot begitu rendah sehingga melakukan beberapa pembunuhan pada Gorky di Moskow, Kirov di Leningrad, meracun beberapa pegawai negeri yang baik-baik, menggulingkan kereta api, memberi racun dalam makanan yang disediakan untuk Rakyat Soviet.

Di dalam waktu 15 tahun lamanya kami dapat mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan kaum Trotzkisten itu lambat laun menjadi satu pergerakan pembantu Fasisme – pembantu kontra-revolusioner.

Sesudah belajar beberapa tahun lamanya saya dapat mengetahui bahwa pertentangan antara kaum Trotzkisten dalam Partai, bukanlah pertentangan yang persoonlijk, pertentangan perseorangan, akan tetapi pertentangan itu letaknya dalam pertentangan kasta – pertentangan antara Mensewik dan Bolsewik, antara Mensewik (petty – borjuis) dan Bolsewik (kaum kerja).

Trotzky adalah Mensewik, ialah anasir borjuis kecil.

Trotzky sebagai kastanya borjuis kecil dengan sendirinya merosot menjadi kawannya Fasisme, menjadi reaksi, menjadi musuh yang kejam dari pada kaum kerja.

Apakah Trotzkisme itu ?

Trotzky atau Trotzkisme adalah satu golongan yang berbahaya. Trotzky pernah menjadi salah satu anggota pergerakan kaum kerja di Rusia. Dia dan kawan-kawannya telah terbuka rahasianya dan bersama-sama dengan lain kaum kontra-revolusioner. Trotzkisten dan Trotzkisme telah dibasmi di negeri Soviet. Di Eropa Trotzkisme itu masih berlaku di antara kasta borjuis kecil dan golongan anti-revolusioner. Sebab apa kami namakan trotzkisme itu golongan yang berbahaya, oleh karena kaum Trotzkisten bekerja diam-diam dan dengan sembunyi memakai nama “Komunis”, “Revolusioner”, “Marxist”. Dulu banyak kaum Trotzkisten menjadi anggota Partai. Mereka tahu cara-cara kami bekerja.

Trotzkisme ialah baik hanya bagi pergerakan Kontra-revolusioner, baik bagi pembantu Fasisme dan baik sebagai pembantu pekerjaan spionase melawan Partai Komunis, menentang pergerakan buruh revolusioner dan melawan Persatuan negeri Soviet. Seringkali kaum Trotzkisten bekerja sebagai provokator.

Sekianlah pengetahuan kami tentang Trotzkisten dan Trotzkisme pada waktu kami ada di luar negeri.

VI. Sekadar soal Kebangsaan.

Pada kaca 7 buku “Thesis” penulisnya membentangkan hal kebangsaan. Ia memuji keadaan di Soviet Rusia. Ia menghargai buahnya sosialisme di Rusia. Dari buah sosialisme itu, maka lenyaplah pertentangan dan perselisihan antara golongan bangsa-bangsa di negeri tersebut.

Tetapi sebaliknya Tan Malaka masih menunjukkan perbedaan bangsa-bangsa di tanah jajahan. Ia membangun agitasi yang sudah tua seperti: “Chinese and dogs are not allowed”. Ini adalah salah satu pengaruh dari penjajahan. Tetapi kita pandang soal ini tidak perlu dibongkar-bomgkar lagi, oleh karena sejak permulaan tahun 1934 keadaan sudah berubah banyak. Prejudice atau purbasangka mulai kurang. Hitam-putih mulai mendekat. Sekarang di Amerika sendiri kaum buruh hitam dan putih sudah berjalan bersama-sama dan bekerja dalam satu pabrik. Jadi agitasi “betwen black and white” tidak perlu dikemukakan lagi. Umumnya perasaan “chauvinisme” sudah menjadi sangat kurang. Hanya masih tinggal sedikit saja di antara anasir borjuis kecil.

Kami tahu di Indonesia soal kebangsaan sudah tidak menjadi soal lagi. Pada waktu revolusi dan kontra-revolusi, segolongan bangsa di Indonesia sama bersatu dan segolongan lagi memisahkan dirinya. Tetapi selagi revolusi mendapat kemenangan, maka golongan bangsa-bangsa itu berjuang bersama-sama. Mereka tidak memperdulikan apa pun juga. Revolusi harus menang ! ! ! Inilah semboyan yang ada pada mereka. Tetapi setelah kekalahan dan bahaya mengancam padanya, mereka mulai berpecah-belah dan mereka lambat laun memisahkan diri. Dan mereka kembali kepada perasaan golongannya. Di Indonesia sekarang ini terlihat golongan bangsa-bangsa itu berkumpul sebagai satu bangsa yang besar. Mereka berjuang bersama-sama atas dasar kesatuan Bangsa dan atas dasar Patriotisme – cinta kepada nusa dan bangsa. Sepanjang pengetahuan kita di Indonesia perasaan yang “chauvinistik” hampir lenyap sama sekali.

Jadi, kepada kawan-kawan yang baik, kita anjurkan supaya mempelajari : “Marxism and the National and Colonial Question” (Marxisme dan soal Kebangsaan dan Tanah jajahan), karangan Stalin.

Meskipun Indonesia sekarang ini telah merdeka dan menjadi satu, tetapi kita pandang soal bangsa dan golongan bangsa-bangsa itu masih perlu dipelajari.

Inilah kewajiban studen-studen, ekonomis dan ahli-ahli penyelidik soal kebangsaan.

VII. Dialectics.

Marx dan Engels adalah ahli pikir dan ilmu pengajarannya meminta banyak pikiran. Marxisme adalah satu doktrin, yang hidup, yang senantiasa berjalan terus, terus menjadi tinggi – bukan dogma. Marx adalah ahli dialectics. Dengan dialectics Marx tidak hanya mengupas satu soal masyarakat dan satu tujuan politik dunia saja, akan tetapi terutama sekali dialectics itu digunakan untuk mengupas dan menjelaskan soal-soal dalam pergerakan revolusioner – wet-wet atau hukum-hukum pertentangan. Kami pandang perlu sekadar penerangan tentang hukum-hukum dialectics.

Apakah dialectics itu?

Dialectics adalah hukum pergoyangan (Beweging), hukum gerak, hukum tegenstelling atau pertentangan, ialah hukum kemajuannya masyarakat yang terdiri dari beberapa golongan. Dialectics adalah hukum segala gerak, gerak baik di luar (lahir), maupun di dalam jalan pikiran manusia (batin), semua itu terikat oleh hukum dialectics, bahwa hukum dialectics itu menentukan proses lahir-melahirkan, proses terus-menerus atau ungkir-mengungkiri (Negasinya Negasi – Negation of Negation).

Dialectics ialah proses ganti-mengganti, ubah-mengubah, dari encer menjadi kental (beku) dan dari beku menjadi encer, jadi dari kuantitas menjadi kualitas dan vice-versa atau sebaliknya. Inilah dialectics-nya kuantitas.

Di lain soal dialectics itu memeriksa hal-hal seperti dialectics biologi, dialectics botani (ilmu tumbuh-tumbuhan) dan dialectics zoologi yang telah berjuta-juta abad terus-menerus lahir-melahirkan, ada-mengadakan, menjadi dan rusak. Begitu juga dialectics dalam alam, yaitu Natur Naturas atau Alam mengalamkan, turun-temurun, tumbuh dan mati.

Telah diketahui bahwa dalam masyarakat sosial hingga sekarang ini selalu ada pertentangan-pertentangan, antara yang memerintah dan yang terperintah, antara kapital dan buruh, dan sebagainya. Jadi, terang ada pertentangan, maka dalam hidup (orang hidup) juga ada pertentangan, suatu proses yang senantiasa mempertahankan hidup dan merusak hidup sendiri, seperti dalam barang (benda) sendiri. Dan selekasnya pertentangan itu berhenti, selekasnya juga hidup itu sampai di puncaknya, sampai di batasnya – orang mati.

Seperti telah kami sebutkan di atas dialectics Marx itu khususnya digunakan untuk memandang jalannya gerakan revolusioner. Pemandangan yang jauh dari fantasi, jauh dari cita-cita, jauh dari taksiran, dan jauh lagi dialectics yang berdasarkan atas semangat “adventure”, “avonturisme”, etc. etc.

Maka apabila orang mengakui kebenarannya dialectics dengan didasarkan atas semangat “adventure” maka orang itu menyasarkan paham dialectics. Dalam Marxisme sangat terlarang adanya aliran : “opportunisme”, “putschisme”.

Kalau orang tidak berhati-hati menggunakan dialectics dan orang itu menjalankan tindakan dengan pikiran yang egoistik, yang “campur-aduk”, orang itu akan mendapat hasil seperti Napoleon yang telah menderita rintangan dan tentangan dalam aksi yang dijalankan di Eropa. Sebagaimana diketahui, kemudian Napoleon menderita beberapa kekalahan, oleh karena ia menggunakan taktik Cavalery yang “jungkir-balik”.

Orang yang menuju ke sesuatu tujuan yang “tinggi” dan mendasarkan kehendaknya itu atas perasaan yang “Ambitious”, “Adventurous”, maka orang itu akan mengandaskan dirinya atas karang oportunisme, atas karang kontra-dialectics.

Itulah lukisan orang yang menderita penyakit “spekulasi” !

Untuk memperdalam pengetahuan tentang dialectics kami anjurkan kepada kawan-kawan yang ingin mempelajari ilmu dialectics yang Marxistis supaya membaca dan memahamkan isi buku “History of the Party of the Soviet Union (Bolsewik)  (“Riwayat Partai Komunis Persatuan Soviet” (Bolsewik), bagian IV dari kaca 97 sampai kaca 143. Bagian ini mengenai soal dialectics yang ditulis oleh Stalin dengan cara begitu mudah dan populer, hingga ilmu dialectics yang begitu sulit dapat dengan mudah dipahamkan.

Jadi jikalau masih ada orang yang bertanya :

  1. Apakah pikiran dan keinsyafan itu ?
  2. Dan dari manakah datangnya ?

Kami kira telah terang bahwa kedua-duanya itu adalah buah otak manusia sedang orang sendiri adalah buahnya alam, alam yang bergerak maju bersama-sama dengan jalannya keadaan sekelilingnya. Jadi, boleh diartikan bahwa buah otak manusia itu pada Analisis yang penghabisan ialah juga buahnya alam – kedua-duanya tidak menentang bagian yang lain dari alam, tetapi kedua-duanya itu bekerja bersama-sama.

Inilah pemandangan kami atas dasar materialistik.

VIII. Perkara Tahun 1926

Seperti yang sudah-sudah Tan Malaka memberi beberapa alasan untuk membenarkan pendiriannya dalam “Perkara Tahun 1926”. Alasan-alasan itu tidak memberi penerangan dan penjelasan dalam teori revolusi. Sebagian besar dari alasan-alasan itu digunakan untuk membenarkan pendiriannya. Ia menyebut dirinya sebagai orang yang “ber-mandat”, yang “dibenumd”’ yang “berkuasa”.

Dengan mengadakan dan mengutip “alasan” yang tidak berguna, ia melanggar hukum “bekerja bawah tanah”. Ia menyebut nama internasionale : orang yang semacam ini sama sekali tidak mengerti kedudukan internasionale di mata imperialisme. Dengan memuji diri dan memperlihatkan kekuasaannya, ia insyaf atau tidak insyaf telah membuka rahasia Partai dan memberi senjata kepada musuh untuk menuduh bahwa internasionale membantu pergerakan revolusioner di negeri-negeri jajahan. Kami tidak dapat menerangkan hal ini dengan panjag lebar. Ini adalah provokasi-provokasi yang diucapkan oleh orang yang mencari pujian. Orang harus mengerti apakah artinya Organisasi Besar ini kalau ditinjau oleh mata imperialis.

Orang mengaduk-aduk putusan Prambanan dan lain-lain putusan yang diambil oleh Partai.

Kami kira lebih baik dan berguna kalau orang itu bisa memberi pemandangan yang teoritis yang meninggikan teori revolusi, supaya orang bisa menarik kesimpulan yang Marxistis tentang salah dan benarnya jalan revolusi di tahun 1926. Cerita dan alasan yang disiar-siarkan dalam “Thesis” itu tidak ada harganya bagi teori-teori revolusioner.

Pemandangan-pemandangan itu ialah pemandangan borjuis kecil. Seperti juga di Eropa, Kautsky mencela hasil revolusi Oktober. Ia berkata: “Revolusi Oktober salah, Revolusi Oktober bukan revolusi yang dijalankan menurut pelajaran Marx.” Di sini orang bisa tahu siapakah Kautsky itu. Revolusi yang berhasil dicela, apalagi revolusi yang kandas, umpamanya revolusi-revolusi di Rusia di tahun 1905 dan 1907. Sebagai Kautsky, di Indonesia pun ada satu dua ahli teori borjuis yang mencela kandasnya revolusi pada tahun 1926. Apalagi revolusi yang kandas, sedang revolusi yang berhasil toh dicela juga oleh pendekar Sosial Demokrat. Bacalah bukunya Lenin yang bertitel “Kautsky the Renegade” (Kautsky seorang pengkhianat).

Satu pertanyaan : “Bagaimanakah sikap Tan Malaka dalam revolusi sekarang : apakah hanya mencela-cela revolusi saja?”

Menurut watak dan cara-cara memikir orang revolusioner, tiap-tiap revolusi besar maupun kecil harus dianalisir dan dikritik, mencari sebab-sebab ekonomi yang memaksa Rakyat melakukan revolusi. Sebab kerusakan ekonomi, sebab kekacauan ekonomi umum dalam suatu negeri bisa mendorong Rakyat bergerak melawan tindasan dan keberatan hidup.

Lain dari pada itu kewajiban orang revolusioner, apabila suatu revolusi itu akan dimulai atau telah berjalan sedapat-dapatnya harus memberi pimpinan agar supaya mendapat kemenangan; atau kalau akan mendapat kekalahan revolusi itu harus dipimpin juga supaya revolusi itu dapat diundur dengan jalan yang rapi dan teratur. Berhasil atau kandas, apabila suatu revolusi itu telah mulai, revolusi itu harus tetap mendapat pimpinan; dan sebaliknya, tidak boleh revolusi itu dihalang-halangi atau dipotong-potong seperti telah kejadian di Indonesia pada tahun 1926 di Jawa dan tahun 1927 di Sumatera. Haluan yang reaksioner ini menghalang-halangi pecahnya revolusi di Indonesia dalam satu masa. Timbulnya revolusi serentak bisa melembekkan sebagian kekuatan musuh – imperialisme Belanda pada saat itu. Memotong jalannya revolusi itu berarti memberi kesempatan kepada musuh revolusi membagi-bagi kekuatannya untuk memecah kekuatan revolusi. Perbuatan kontra-revolusioner ini merugikanjalannya revolusi dan menyokong pada musuh-musuh revolusi.

Orang belum puas memuji dirinya. Ia lebih lanjut lagi berkata : “Percayalah bahwa sejarah Indonesia ada di sebelahnya saja”. Ini pujian cukup mengukur derajat dan kesenangan Tan Malaka.

REVOLUSI 1926 DI INDONESIA

Revolusi 1926 adalah suatu kejadian yang penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Revolusi yang pertama yang pecah pada tahun 1926 ialah pelopornya revolusi-revolusi di tanah-tanah jajahan di lautan Pasifik. Di Indo-China pada tahun 1927, yang kedua. Kejadian-kejadian di Burma pada tahun 1926/1927 ialah yang ketiga.

Sebelum timbulnya krisis dunia pada 1929 – krisis kapitalis yang sehebat-hebatnyayang belum pernah terjadi dalam kapitalisme-imperialisme – gelombang krisis itu telah mulai menyerang ekonomi kapitalisme di negeri jajahan. Penarikan kembali duurtetoeslag pengurangan upah kaum kerja, pemandangan waktu bekerja, dan penaikan beberapa jenis pajak dan bea, dan permulaan mengurangi Staatsbegroting di seluruh cabang-cabang perekonomian di Indonesia; itu semua sangat merusak lagi penghidupan Rakyat di Indonesia seluruhnya. Krisis-krisis itu ialah akibatnya peperangan imperialisme pada tahun 1914-1918. Telah beberapa kali Gubernur Jenderal menerangkan di hadapan Volksraad adanya kekacauan ekonomi di Indonesia dan telah memerintahkan pada sekalian pembesar-pembesar Departementen supaya segera mengurangi belanja Negeri dan menghemat segala harta benda pemerintahan Belanda di Indonesia.

Pada tahun 1926/1927 hampir seluruh dunia ditimpa krisis kecuali Jepang dan Amerika yang mendapat keuntungan dari peperangan yang kesatu, sehingga penghidupan kaum kerja ada sedikit ringan buat sementara waktu. Tetapi kemudian, bahkan Amerika sendiri pun, mendapat juga tabrakan yang maha hebat dari krisis dunia pada tahun 1929. Tidak saja ekonomi Amerika umumnya akan tetapi bank sistem dan lain-lain organisasi keuangan yang telah teratur sebaik-baiknya menurut paham ahli ekonomi borjuis, telah goncang oleh ancaman Krisis Ekonomi Dunia.

Pada pertengahan tahun 1926 di London telah pecah pemogokan umum – The General Strike in England – yang menggoncangkan perekonomian negara.

Di India, telah timbul beberapa pemogokan-pemogokan kaum kerja, umumnya di pabrik-pabrik tenun di Bombay dan Calcutta menuntut naiknya upah dan kurangnya jam bekerja.

Di Indo-China telah timbul beberapa massa - aksi dari pihak kaum pekerja dan terutama dari pihak kaum tani yang menuntut turunnya pajak dan lain-lain bea. Massa –aksi revolusioner di Indo-China telah terkenal dalam riwayat revolusi di lautan Pasifik dan telah memakan korban gantungan dari kalangan tani dan buruh.

Di Indonesia telah terjadi beberapa pemogokan besar dan kecil (kereta api 1923 dan lain-lain, pemogokan umum). Jadi, revolusi di Indonesia ialah revolusi yang pertama di negeri-negeri Pasifik, revolusi yang menentang lanjutnya kerusakan ekonomi dari seluruh penduduk, revolusi yang menentang tindasan imperialisme Belanda atas penghidupan kaum pekerja dan revolusi yang telah menjadi permulaan dan pengajaran bagi kaum tani dan buruh revolusioner dalam perjuangannya terhadap imperialisme.

Revolusi di Indonesia pada tahun 1926 adalah revolusi yang membuka jalan pertama menuju ke Kemerdekaan Indonesia. Pengalaman revolusi itu telah memberi pengajaran dan meninggikan derajat teori perjuangan kaum proletar di Indonesia dan hasil pengajaran dan pengalaman revolusi 1926 itutelah terbukti dalam kemenangannya revolusi nasional di Indonesia pada masa ini.

Begitulah caranya orang Marxist memandang suatu revolusi menganalisir tidak saja sebab-sebab politik, akan tetapi terutama menganalisir sebab-sebab ekonomi yang menjadi dasar timbulnya revolusi-revolusi di dunia umum.

Jadi, juru penyelidik revolusi di Indonesia tidak seharusnya hanya memeriksa material untuk membenarkan atau mempersalahkan jalannya revolusi di Indonesia yang timbul dari kehendak satu dua orang saja atau sebab-sebab dari putusan rapat-rapat di candi itu atau di candi ini.

Bagi keperluan riwayat revolusi dan analisis revolusi, tanggal dato, tempat rapat, laporan satu dua orang kepada si Anu, semua itu tidak berguna dan tidak berarti apa-apa. Itu semua tidak memberi arti apa-apa bagi analisis politik dan ekonominya sesuatu revolusi.

Pada tahun 1905 revolusi di Rusia telah kandas. Apa sebabnya?

Pecahnya revolusi tahun 1905 itu disebabkan oleh krisis ekonomi di Rusia lantaran kekalahan perang dengan Jepang. Seperti juga pemerintahan Belanda, pemerintahan Tsar adalah sangat reaksioner menindas Rakyat Rusia dengan sewenang-wenang.

Kekandasan revolusi 1905 itu disebabkan oleh karena kaum tani tidak mengambil bagian yang aktif dalam perjuangan revolusioner dan kaum tani itu sebagian masih menaruh kepercayaan kepada Tsar. Juga kesalahan ini ada pada revolusi kita dalam tahun 1926, di mana sebagian dari kaum tani belum teratur dan semboyan revolusi yang diberikan pada kaum tani tidak terang dan tidak cukup sehingga tidak menarik sebagian besar dari kaum tani. Sebab itu sebagian dari kaum tani tinggal pasif dan ada sebagian yang menyokong pihak kontra-revolusioner.

Tetapi bagaimana pun juga revolusi 1926 di Indonesia akan lebih hebat mengacaukan kekuatan imperialisme Belanda jika revolusi itu tidak dipotong-potong, tidak disabotir oleh pihak indisiplinairen. Betapa tidak akan lebih hebat, betapa tidak akan lebih besar efek dan pengaruhnya jika diingat, bahwa revolusi 1926 yang tidak sepenuhnya dijalankan itu saja sudah mendapat sambutan begitu hangat di negeri-negeri tetangga. Di Indo-China dengan massa-aksi kaum tani dan buruh, di Birma dan India dengan pemogokan-pemogokan kaum kerjanya, dan sebagainya.

Ternyatalah pada kita, bahwa revolusi tahun 1926 di Indonesia menjadi pelopor revolusi di Pasifik yang disebabkan oleh adanya kerusakan dan krisis kapitalisme.

Menurut wet dialectics tidak ada sesuatu barang pun yang “absolute”, pasir, angin pun tidak“absolute”, tetapi “relative”.

Revolusi bukan kehendak atau perbuatan seseorang, Revolusi tidak tergantung pada kehendak atau nafsu seseorang. Ia meluap dari batas garis tindasan orang atas orang lain.

Barang apakah yang tergantung pada nafsu seseorang ?

Tahun 1926 ialah sinar, dan dengan sinar ini Sejarah Tanah Air kita mulai bercahaya !

Oleh karena Perkara tahun 1926 masih sering digugat-gugat orang, maka oleh sebab kebanyakan kawan-kawan sudah meninggal dunia, maka kami berdua – Muso, Alimin – yang menanggung jawab atas segala-galanya.

Segui il tuo corso, e lascia dir le genti. (Teruskanlah jalanmu, janganlah perduli orang mengomel - Dante)

IX. Partai Komunis.

APAKAH Partai Komunis ?

Partai Komunis ialah Partai baru, Partainya Lenin dan Stalin.

Partai Komunis ialah Partai Proletar yang revolusioner yang menjadi penunjuk perjuangan kasta Proletar dan lain-lain kaum kerja (avanguard of the guiding forces).

Partai Komunis menuju kepembentukan masyarakat Sosialis. Sesuai dengan masanya, kami lebih dahulu mementingkan penyelesaian Revolusi Nasional.

Partai Komunis menerima anggota-anggota baru yang jujur, yang berani, yang militan, menerima kaum kerja yang sadar akan kastanya dan juga menerima golonga-golongan lain dari lapisan masyarakat. Partai Komunis menjalankan pimpinann yang revolusioner dan yang taktis-teoretis. Anggota Partai Komunis harus tunduk pada disiplin dan harus mempertahankan Demokrasi revolusioner, yaitu Demokrasi-Sentralisme. Tiap-tiap anggota sangat diwajibkan belajar Marxisme dan Leninisme dan ilmu-pengetahuan lain yang berhubungan dengan perjuangan revolusioner. Tiap-tiap anggota harus tunduk dan menjalankan hukum-hukum yang termuat dalam program dan undang-undang Partai. Tiap-tiap anggota harus bekerja dan berbuat banyak bagi Partai, mengunjungi rapat-rapat Partai dan tiap-tiap anggota diwajibkan mengambil bagian dalam pekerjaan Partai sebanyak-banyaknya.

Apakah kewajiban Partai yang pertama ?

Menolak dan menentang akan adanya bahaya perang yang ketiga.

Membantu Pemerintah Nasional dan memperkuat Persatuan Nasional dan bersama-sama dengan itu mendidik dan memperkuat pergerakan kaum buruh dan kaum tani.

Menentang sekalian aliran reaksioner, aliran opportunisme dan aliran lain-lain dalam perjuangan kaum kerja.

Menjalankan agitasi dan propaganda di kalangan Rakyat banyak untuk memperkuat persenjataan dan kekuatan militer Pemerintahan Nasional. Menggiatkan pemuda revolusioner, buruh, tani, dan intelektual sebagai dasar dan jaminan tegak berdirinya Republik.

Menjalankan massa-agitasi di seluruh lapisan Rakyat guna persatuan nasional, guna menjalankan pekerjaan revolusioner.

Inilah kewajiban Partai Komunis yang terpenting dalam Revolusi Nasional.

X. Sosialisme

Di Indonesia ramai dibicarakan tentang soal pembentukan Sosialisme. Lebih lama lagi soal ini telah dibicarakan di negeri Tiongkok dan juga di beberapa negeri di Barat.

Sesungguhnya, kalau suatu negeri telah berhasil menyelesaikan revolusi dan negeri itu telah menjadi merdeka dari genggaman penjajahan; maka, kalau sebagian besar dari penduduk di negeri itu ingin membentuk satu masyarakat sosialis, keinginan itu memang mungkin dan bisa dicapai.

Inilah keinginan dan kewajiban manusia yang pertama dan yang berat serta yang makan banyak tempo.

Sebagai perbandingan, kami kira ada perlunya diberikan sekadar gambaran dan pemandangan bagaimana Rusia berhasil membentuk Sosialisme di dalam satu negeri.

Pada tahun 1913 Lenin menulis dalam “Pravda” dengan titel “How to increase per Capita consumption in Russia”. (Bagaimana cara memperbayak konsumsi – makanan – bagi tiap-tiap orang di Rusia).

Lebih lanjut lagi Lenin menulis, bahwa Rusia pada waktu itu adalah negeri yang terbelakang, yang miskin, dan orang-orangnya masih setengah biadab. Dalam alat-alat pembikinan barang masih sangat terbelakang; empat kali lipat dari pada Inggris, lima kali dari pada Jerman, dan sepuluh kali dari pada Amerika. Begitulah keadaan pada waktu Rusia baru saja terlepas dari genggaman Tsar.

Revolusi Oktober tahun 1917 di Rusia menang. Ialah Revolusi Proletar yang pertama berhasil baik dan di sinilah dimulai pembentukan masyarakat sosialis – suatu transisi langsung dari Kapitalisme ke Sosialisme. Masyarakat sosialis ialah “Das Reich der Zukunft” ialah “Dunia Pengharapan”.

Rusia adalah satu negeri yang besar, 1/6 dari dunia. Di Rusia terdapat bahan-bahan tambang dan pelikan yang memberi kemungkinan untuk mengadakan perindustrian yang menjadi salah satu dasar dari pada pembentukan masyarakat sosialis. Selain dari pada mas, kayu, dan bahan-bahan yang terdapat dari alam, maka di Rusia terdapat bahan yang terpenting untuk pembangunan masyarakat sosialis ialah : batubara, minyak, besi, dan baja. Rusia negeri yang besar, penduduknya banyak, dan letaknya negeri itu jauh dari Amerika, jauh dari Inggris, dan hanya Jermanlah yang menjadi tetangganya, yang tidak aman bagi Rusia pada waktu permulaan pembentukan masyarakat sosialis. Rencana ini dimulai kira-kira pada tahun 1928.

Pada masa itu, dengan segera pemerintahan Soviet membikin plan, - membikin rencana ekonomi yang seluas-luasnya.

Mula-mula pemerintahan segera menguasai segala alat-alat pembikinan barang. Bersama-sama itu, pemerintahan mengorganisir lain-lain ekonomi seperti : koperasi, Soviet ekonomi, kolektif ekonomi, dan lain-lain organisasi yang sementara waktu menjadi badan-badan bantuan untuk menjalankan rancangan-rancangan Soviet yang besar. Mula-mula organisasi-organisasi itu berjalan dengan tidak mudah, mereka mendapat beberapa rintangan dari anasir borjuis kecil yang masih ketinggalan di Rusia pada masa itu. Di kota-kota besar organisasi itu berjalan lancar dari pada di kota-kota kecil atau di desa-desa.

Bersama dengan jalannya organisasi-organisasi itu pemerintah Soviet mengorganisir segala kekuatan yang ada pada massa – yang ada pada Rakyat jelata dan mengadakan agitasi dan propaganda serta menerangkan pada Rakyat umum, maksud dan tujuan rencana Soviet itu. Hasil propaganda itu membawa banyak perubahan yang sangat penting. Perhubungan buruh dan tani menjadi erat, persaudaraan antara bangsa dan golongan bangsa-bangsa menjadi amikal dan sebagian penduduk negeri Soviet bekerja bertambah rajin dan insyaf kepada kewajibannya masing-masing. Kaum intelektual mendekat pada massa dan massa mencintai golongan intelektual. Rakyat umum menjadi gembira, membantu, dan bekerja rajin atas kemauan sendiri.

Dengan segera, pemerintah mengatur pembikinan alat-alat yang membikin barang-barang, membeli, atau membikin mesin-mesin yang penting bagi keperluan pembangunan ekonomi sosialis dan meng-rekontruir mesin-mesin yang telah ada, menyewa, dan mempergunakan ahli tehnik dari luar negeri, pendeknya semua tenaga dan akan digunakan untuk mewujudkan mesin-mesin yang langsung perlu bagi perekonomian modern. Setelah itu dimulai, lalu membentuk pegawai-pegawai – kader-kader – kader tehnik dan kader lain yang berhubungan dengan perekonomian Soviet. Perlu dikatakan, bahwa dalam riwayat rencana Lima Tahun di negeri Soviet, bahwa dengan bantuan Stalin, yang mengadakan pendidikan kader-kader itu telah berhasil dalam waktu yang sependek-pendeknya. Maka kader-kader dan tehnik itu ialah dasar yang pertama untuk pembangunan masyarakat sosialis – masyarakat modern.

Pembentukan masyarakat sosialis di Rusia mengalami banyak rintangan. Pada waktu jalannya pembangunan Sosialisme di Rusia, negeri-negeri imperialis besar kecil amat cemburu dan menentang sekali. Negeri-negeri itu mengritik Soviet, menghina-hina dan membusukkan, mengadakan anti propaganda dengan press kampanye, menyinggung-nyinggung semua hal yang mengenai pembangunan masyarakat Sosialis. Dengan segala daya upaya mereka mengadakan sabotase dan memboikot perekonomian Soviet, dengan mengirimkan spion ke dalam negeri untuk merusak mesin-mesin, pendek kata mereka menghalang-halangi dengan berbagai jalan untuk mencegah terlaksananya rencana-rencana Soviet itu.

Setelah selesai peperangan dunia I, setelah menangnya revolusi di negeri Rusia, negeri-negeri Inggris, Jerman, yang terutama Inggris mengancam-ancam hendak menyerang pada Soviet Rusia di Timur jauh. Rintangan-rintangan ini memakan banyak tenaga dan biaya yang sangat melambatkan jalannya rencana Soviet.

Pembentukan sesuatu masyarakat sosialis itu dipandang oleh imperialisme sebagai ancaman yang sangat berbahaya terhadap masyarakat kapitalis.

Sosialisme ialah suatu masyarakat yang berlaku dengan tidak menggunakan modal. Dalam masyarakat ini orang dilarang menggunakan tenaga orang lain. Orang merdeka, semua orang bekerja bagi keperluannya semua orang, jadi tidak segolongan orang ini bekerja buat golongan lain.

Buat sementara waktu pada permulaan Sosialisme, masyarakat ini masih menggunakan aturan Negara (Staat), akan tetapi alat-alat negara Sosialisme itu tidak berlaku seperti alat-alat Negara yang memerintah, akan tetapi bersifat mendidik penduduk masyarakat sosialis itu supaya kerajinan dan kehendak untuk bekerja menjadi tinggi. Dan sebaliknya, alat-alat negara itu diamat-amati oleh seluruh penduduk masyarakat itu. Sosalisme ialah masyarakat yang menuju kepada penambahan senantiasa kesejahteraan penduduk masyarakat itu.

Setelah terbentuknya Sosialisme di negeri Soviet, maka ternyatalah bahwa sesuatu masyarakat yang semacam itu dapat dan mungkin diselenggarakan di mana juga pun. Lebih mudah lagi menyelenggarakan Sosialisme di satu negeri besar di mana telah berada dasar dan syarat-syarat yang perlu untuk menjadi dasarnya masyarakat sosialis. Umpamanya di Inggris, di Jerman, di Amerika dan juga mungkin di Jepang. Oleh karena negeri-negeri tersebut telah tersedia alat-alat yang baik untuk memulai mendirikan rumah tangga sosialis.

Di negeri-negeri tersebut, telah tersedia banyak mesin-mesin perindustrian berat atau perindustrian yang penting dan di situ telah banyak kaum kerja yang telahpandai melakukan alat-alat modern itu, jadi dengan mudah membentuk masyarakat sosialis. Seperti yang telah diterangkan di atas, bahwa kader-kader dan tehnik itu adalahsalah satu syarat yang pertama untuk mempercepat penyelenggaraan Sosialisme. Ini tidak berarti, bahwa negeri-negeri yang terbelakang, seperti Tiongkok, India, atau Indonesia tidak mungkin membentuk Sosialisme. Tidak saja mungkin akan tetapi bisa. Tetapi Sosialisme semacam itu akan berjalan lambat sekali dan tidak mudah mengubah atau mengganti keadaan yang sudah-sudah dan apalagi untuk bersaingan, menyusul atau memburu keadaan-keadaan yang adadalam masyarakat kapitalis, dengan yang tidak berdasar atas mesin-mesin dan alat industri yang modern.

Lain dari pada itu, selama di dunia masih banyak negeri-negeri kapitalis dan masih kuat, maka penyelenggaraan suatu masyarakat sosialis di negeri-negeri yang letaknya berdekatan dengan negeri kapitalis dan yang kekuatan kapital raksasanya masih besar, yang mengontrol sebagian besar ekonomi negeri lain maka penyeleggaraan itu tidak mudah dijalankan. Pertentangan antara sistem Sosialisme dan sistem kapitalisme itu, selama Kapitalisme masih kuat, selamanya ia merintangi adanya pembentukan masyarakat Sosialis.

Rintangan itu dijalankan keras dan kejam, dengan terang-terangan dan dengan cara gelap.

Rintangan-rintangan dan sabotase seperti yang telah dilakukan terhadap Soviet Rusia pada permulaannya dan masih terlihat perbuatan semacam itu akan dilakukan pula dan akan lebih kejam dari pada yang sudah-sudah. Lebih banyak jumlahnya negeri-negeri sosialis lebih cepat menjadi lembeknya kapitalisme dan lembeknya kapitalisme dapat memudahkan kemungkinan penyelenggaraan masyarakat sosialis.

Selama kapitalisme masih kuat, negeri-negeri di sekitar Pasifik yang hanya baru melepaskan dirinya dari genggaman negeri-negeri penjajah – negeri-negeri merdeka itu sebaik-baiknya berjalan dan berlaku buat sementara waktu, lebih kurang bersama-sama, di samping kanan-kirinya peraturan kemodalan dan bersama-sama negeri itu haruslah mengurangi dan menghindarkan diri dari peraturan-peraturan ekonomi yang bertentangan, sambil meninggikan dan menambah penghasilan nasional yang langsung bagi keperluan Rakyat dan mempercepat peraturan ekonomi yang mempercepat tingginya kesejahteraan dan kultur seluruh penduduk.

Inilah kewajiban yang pertama, yang berat dan yang terpenting.

XI. Progressif Ekonomi Nasional (P. E. N.).

Buah revolusi nasional di Indonesia dalam satu setengah tahun ini telah mengubah sistem politik ekonomi Negara.

Banyak atau sedikitnya perubahan semacam ini telah mempengaruhi politik internasional.

Pada waktu pembangunan Negara soal yang terpenting ialah soal Ekonomi – soal ekonomilah yang menjadi dasar politik kami.

Ekonomi Indonesia dalam keadaan rusak. Kerusakan itu ditambah pula dengan krisis dan peperangan dunia, akan tetapi meskipun begitu Pemerintah telah pandai mengatasi beberapa kesulitan dan lambat laun ekonomi nasional mulai maju.

Sekarang timbul pertanyaan : “Perekonomian manakah yang harus dijalankan?”

Mula-mula harus diketahui berapa banyaknya perusahaan-perusahaan yang telah menjadi hak milik Negara – perusahaan tanah dan perusahaan industri besar kecil. Selain dari pada perusahaan-perusahaan Negara kami harus sedapat-dapatnya menambah jumlah yang telah ada dengan jalan mengoper beberapa perusahaan yang sekiranya dapat dibeli atau dipinjam dengan bayaran angsuran (obligasi nasional dan lain-lain pinjaman Negara).

Soal yang terpenting ialah : Pemerintah harus mempunyai satu-dua perusahaan besar yang menjadi dasar dan jaminan bagi sebagian ekonomi nasional.

Pertama kali memperbaiki dan memodernisir alat-alat pembikinan barang. Untuk menyempurnakan pembangunan Negara sebagian besar dari Rakyat harus mendapat didikan yang bersemangat antusiasme –giat dan rajin bekerja – dan bersama-sama itu menguatkan “disiplin kerja”, disiplin seluruh tenaga kerja dalam masyarakat dan mengontrol sebaik-baiknya segala rencana dan hasil pekerjaan, mengadakan pilihan personil, mengadakan pilihan lain-lain pegawai atau kader-kader dalam perusahaan dan pilihan alat-alat Negara. Pemerintah harus senantiasa mencari jalan untuk meninggikan produksi dan menjalankan agitasi-propaganda yang disertai semangat “Kompetisi nasional” – saingan atau perlombaan memperbanyak produksi, perlombaan memperbanyak pembikinan barang – lebih banyak lagi dari pada yang sudah-sudah untuk memperluas kemakmuran Rakyat.

Perusahaan tekstil dan lain pertenunan harus diperbanyak dan penghasilan kapuk harus diperluas.

Untuk mewujudkan rancangan Progressif Ekonomi Nasional, harus dirancang program Agrikola yang menambah banyaknya hasil bumi dari seluruh perusahaan Agrikola, salah satu urat ekonomi yang terpenting dalam ekonomi nasional (gula, teh, kopi, coklat, tapioka, getah, kopra, tembako, kina, dan lain-lain). Berhubung dengan rencana Negara ini, pertama-tama Pemerintah berlaku sebagai satu-satunya pemimpin Ekonomi nasional maka untuk mengharap hasil rencana itu harus diperhatikan hidupnya dua golongan yang terbesar dalam masyarakat, yang menjadi dasar ekonomi masyarakat kita.

  1. Meninggikan dan menambah penghasilan kaum tani tiap-tiap tahun dari 10 hingga 20 pCt. (membantu kaum tani dengan memberi pinjaman alat-alat pertanian modern). Perubahan dan modernisasi masyarakat feodal berarti satu revolusi dalam pertanian yang hingga sekarang belum pernah kejadian di negeri-negeri jajahan meski di negeri Jepang sekali pun di mana tehnik telah memuncak.
  2. Upah dan penghidupan kaum kerja harus dipertinggikan 20 hingga 30 pCt. Perbaikan nasib kaum kerja mendorong kegiatan bekerja yang berarti menambah produksi.

Juga Hortikultur (kubis, kentang dan lain-lain, sayuran serta buah-buahan) harus diperbaiki dan diperbesar.

Di lapangan Peternakan segera diadakan pemilihan bibit yang baik dan mengadakan kawin – campuran antara berbagai jenis binatang agar kita lekas dapat binatang ternak yang baik dan lekas berkembang – biak (kuda Australia, sapi benggala, ayam lehor, dan lain-lain).

Bersama-sama dengan majunya Ekonomi nasional harus juga diperhatikan alat-alat Perhubungan yang memudahkan transport antara distrik-distrik dan afdeling-afdeling, antara desa dan kota supaya tempat-tempat yang kecil itu mendapat alat-alat pengangkutan dan lain-lain kendaraan yang praktis, misalnya : trem-trem kecil, truk, dan lain-lain kendaraan yang lambat laun akan menggantikan gerobak dan cikar. Kereta api, listrik, trem, dan lain-lain harus menjadi hak milik Negara.

Inilah Progressif Ekonomi Nasional dalam transisi Negara feodal ke masyarakat yang progressif yang menjadi tinggi dan modern.

XII. Usul Kami.

Berhubung dengan pentingnya Pertahanan Negara, Partai mengusulkan :

  1. Reorganisasi seluruh tenaga dan kekuatan bersenjata, juga termasuk bagian kepolisian : semua tenaga dan kekuatan bersenjata harus bekerja dengan aktif dan rational : verbrudering dan mempererat persahabatan antara seluruh tenaga dan kekuatan bersenjata atas dasar mencintai nusa dan bangsa – atas semangat patriotisme revolusioner.
  2. Menuntut bantuan pemerintah memperluaskan agitasi dan propaganda menginsyafkan kaum kerja dan seluruh lapisan tani miskin yang hanya mulai sadar pada hidup politik.
  3. Membentuk pegawai-pegawai atau kader-kader reserve untuk gantinya pegawai-pegawai tua dan dengan segera menghapuskan pegawai-pegawai yang rudimenter dan menghapuskan birokrasi.
  4. Mempertahankan Demokrasi revolusioner.
  5. Perubahan gaji pegawai negeri tidak boleh melebihi dari pada gaji atau upah dari seorang buruh yang cakap bekerja (wage of a competent worker). Perubahan gaji harus dilakukan dari atas ke bawah.
  6. Kewajiban kami yang pertama ialah : Tidak “mengumumkan pembentukan masyarakat sosialis”, tapi mempersatukan produksi sosial dan pembagian barang-barang itu dikuasai oleh Pemerintah nasional dan dikontrol oleh badan-badan pekerja yang tertinggi. Partai Proletariat yang revolusioner tidak bisa mengizinkan Partai Komunis mempropagandakan terselenggaranya Sosialisme dalam satu negeri di mana sebagian besar dari penduduknya masih terdiri dari tani pertengahan dan di mana sebagian dari penduduknya belum merasa perlu meneruskan jalannya revolusi sosialis.
  7. Program Agrikola (Agrarian Programme) harus dipusatkan dalam satu kekuasaan yang dipimpin oleh salah satu badan Eksekutif Pemerintah.
  8. Menambah wakil-wakil buruh dan tani dalam pemerintahan negara.