Hasil dan Prospek

Leon Trotsky (1906)


Pendahuluan Edisi Tahun 1919

 

Karakter Revolusi Rusia adalah masalah fundamental bagi berbagai tendensi ideologi dan organisasi politik gerakan revolusioner Rusia. Bahkan di dalam gerakan sosial-demokrat sendiri, masalah karakter Revolusi Rusia menyebabkan pertentangan yang serius segera setelah peristiwa-peristiwa memberikannya sebuah karakter praksis. Semenjak 1904, pertentangan ini mengambil dua aliran fundamental: Menshevisme[1] dan Bolshevisme[2]. Dari sudut pandang Menshevisme, revolusi kita akan mengambil bentuk revolusi borjuis, dalam kata lain, secara alami revolusi ini merupakan transfer kekuasaan ke tangan kaum borjuasi dan pembangunan kondisi-kondisi untuk parlemen borjuis. Dari sudut pandang Bolshevisme, walaupun mengakui karakter borjuis dari revolusi yang akan datang, tugas revolusi yang mendatang adalah pembentukan sebuah republik yang demokratis melalui kediktatoran kelas proletar dan tani.

Analisa sosial Menshevik sangatlah dangkal dan pada intinya mereduksi analogi sejarah secara kasar – ini adalah metode yang tipikal dari kaum filistin[3] yang “terdidik”. Kenyataan bahwa perkembangan kapitalisme Rusia telah menciptakan kontradiksi-kontradiksi yang luar biasa di kedua kutubnya, yang membatasi peran demokrasi borjuis menjadi tidak signifikan, dan juga pengalaman dari peristiwa-peristiwa selanjutnya, tidak menghalangi kaum Menshevik dari usahanya untuk mencari demokrasi yang ‘sejati’, yang ‘asli’ yang akan memimpin ‘bangsa’ dan membentuk parlemen dan kondisi-kondisi demokrasi bagi perkembangan kapitalis. Di mana-mana kaum Menshevik selalu mencari tanda-tanda perkembangan demokrasi borjuis, dan ketika mereka tidak mampu menemukannya mereka menciptakannya. Mereka membesar-besarkan pentingnya setiap deklarasi dan demonstrasi ‘demokratik’, pada saat yang sama meremehkan kekuatan dan prospek kelas proletar sebelum berjuang. Saking fanatiknya usaha mereka untuk mencari kepemimpinan demokrasi borjuis, guna mengamankan karakter borjuis yang ‘sah’ dari Revolusi Rusia yang menurut mereka dibutuhkan oleh hukum sejarah, selama Revolusi (periode dari Februari 1917 hingga Oktober 1917 – Ed.) ketika tidak ada kepemimpinan demokrasi borjuis yang bisa ditemui, kaum Menshevik sendiri yang mengemban tugas-tugas demokrasi borjuis.

Demokrasi borjuis-kecil tanpa ideologi sosialisme, tanpa persiapan kelas secara Marxis, tentu saja tidak dapat berbuat apa-apa di bawah kondisi-kondisi Revolusi Rusia, seperti halnya kaum Menshevik di dalam perannya sebagai partai ‘yang memimpin’ pada saat Revolusi Februari. Ketidakadaan pondasi sosial yang serius untuk demokrasi borjuis mempengaruhi kaum Menshevik, karena mereka menjadi kadaluwarsa dengan cepat, dan pada bulan ke delapan Revolusi (yakni Oktober 1917 – Ed.) mereka terlempar keluar oleh perjuangan kelas.

Sebaliknya, Bolshevisme sama sekali tidak memiliki keyakinan pada kekuatan demokrasi borjuis revolusioner di Rusia. Dari awal, Bolshevisme mengakui pentingnya kelas buruh di dalam Revolusi yang mendatang. Akan tetapi, kaum Bolshevik awalnya membatasi program Revolusi untuk kepentingan jutaan kaum tani, yang tanpa mereka Revolusi tidak akan mampu dilaksanakan. Oleh karena itu, kaum Bolshevik mengakui (untuk sementara) karakter demokratik-borjuis dari Revolusi ini.

Mengenai estimasi kekuatan-kekuatan internal di dalam Revolusi dan prospek-prospeknya, pengarang buku ini, pada saat itu, tidak mengikuti kedua aliran utama di dalam gerakan buruh Rusia. Gagasan yang dia pegang saat itu dapat dirangkum sebagai berikut: Revolusi ini, yang dimulai sebagai sebuah revolusi borjuis di dalam tugas-tugas pertamanya, akan segera mengakibatkan konflik-konflik kelas yang besar dan hanya akan meraih kemenangan mutlak dengan memindahkan kekuasaan ke satu-satunya kelas yang mampu memimpin semua rakyat tertindas, kelas ini adalah kelas proletar. Setelah berkuasa, kaum proletar tidak hanya tidak ingin, tetapi juga tidak mampu membatasi dirinya di dalam program demokrasi borjuis. Kaum proletar hanya akan mampu membawa Revolusi ini ke garis akhir bila Revolusi Rusia diubah menjadi sebuah Revolusi Proletar Se-Eropa. Program demokrasi-borjuis kemudian akan terlampaui, dan dominasi politik kelas buruh Rusia yang bersifat sementara akan berkembang menjadi sebuah kediktatoran sosialis yang mampu bertahan lama. Tetapi, bila tidak ada revolusi di Eropa, kontra-revolusi borjuis tidak akan mentolerir pemerintahan rakyat pekerja di Rusia dan akan melempar bangsa ini jauh ke belakang – jauh dari sebuah republik buruh dan tani yang demokratis. Maka dari itu, setelah meraih kekuasaan, kelar proletar tidak boleh membatasi dirinya di dalam limit demokrasi borjuis. Ia harus mengadopsi taktik-taktik Revolusi Permanen, yakni ia harus menghancurkan batasan-batasan antara program minimum dan maksimum Sosial Demokrasi, ia harus mengadopsi reforma-reforma sosial yang lebih radikal dan mencari dukungan langsung dan segera dari revolusi di Eropa Barat. Gagasan ini dikembangkan dan didebatkan di karya yang sekarang diterbitkan ulang, yang ditulis pada 1904-1906.

Dalam mempertahankan gagasan Revolusi Permanen selama 15 tahun ini, pengarang gagal menaksir dinamika faksi-faksi yang berseteru di dalam gerakan sosial-demokrasi. Karena kedua faksi tersebut mulai dari sudut pandang revolusi borjuis, pengarang saat itu berpendapat bahwa perbedaan-perbedaan di antara mereka tidaklah terlalu tajam untuk membenarkan perpecahan. Pada saat yang sama, pengarang buku ini berharap bahwa jalannya peristiwa-peristiwa mendatang akan membuktikan kelemahan demokrasi borjuis Rusia, dan juga kemustahilan objektif bagi kelas proletar untuk membatasi dirinya pada program demokrasi. Pengarang saat itu berpikir bahwa ini akan menyingkirkan perbedaan-perbedaan di antara kedua faksi tersebut.

Berdiri di luar kedua faksi ketika dalam pengasingan, pengarang tidak memikirkan secara serius bahwa pada kenyataannya pertentangan antara Bolshevik dan Menshevik telah menarik kaum revolusioner yang teguh ke satu kubu, dan menarik elemen-elemen yang menjadi semakin oportunis dan lembek ke kubu yang lain. Ketika Revolusi 1917 terjadi, Partai Bolshevik merupakan sebuah organisasi sentralis yang kuat yang menyatukan semua elemen-elemen terbaik dari kaum buruh yang maju dan kaum intelektual yang revolusioner, yang – setelah sejumlah perjuangan internal – secara terbuka mengadopsi taktik-taktik untuk mencapai kediktatoran sosialis kelas buruh, sesuai dengan seluruh situasi internasional dan relasi-relasi kelas di Rusia. Di pihak yang lain, faksi Menshevik, pada periode Revolusi 1917, telah menjadi cukup matang untuk melaksanakan tugas-tugas demokrasi borjuis, seperti yang telah saya jelaskan di atas.

Dalam menawarkan ke publik pencetakan ulang buku ini, sang pengarang tidak hanya bermaksud menjelaskan prinsip-prinsip teori yang memungkinkan ia dan kamerad-kamerad lainnya, yang selama bertahun-tahun berdiri di luar Partai Bolshevik, untuk bergabung dengan Bolshevik pada permulaan 1917 (penjelasan pribadi seperti itu bukanlah sebuah alasan yang cukup kuat untuk mencetak ulang buku ini), tetapi juga untuk mengulas ulang analisa sosial-historis dari kekuatan-kekuatan penggerak Revolusi Rusia, yang mana sebuah kesimpulan ditarik bahwa pengambilalihan kekuasaan oleh kelas buruh harus menjadi tugas dari Revolusi Rusia, dan kesimpulan ini ditarik jauh sebelum kediktatoran proletar telah menjadi sebuah fakta yang sudah terjadi. Bahwa kita bisa mempublikasikan buku ini yang ditulis pada 1906 tanpa perubahan sama sekali adalah sebuah bukti yang memadai bahwa teori Marxisme ada di pihak partai yang benar-benar membawa kediktatoran kelas buruh, dan bukan di pihak Menshevik yang menggantikan demokrasi borjuis.

Ujian akhir dari sebuah teori adalah praktek. Bukti yang tidak dapat dibantah bahwa kami telah menggunakan teori Marxis secara tepat adalah kenyataan bahwa kami sedang berpartisipasi di dalam peristiwa-peristiwa yang sudah kami ramalkan akan terjadi 15 tahun yang lalu, dan bahkan metode-metode partisipasi kami juga terbukti.

Sebagai sebuah tambahan, kami juga mencetak ulang sebuah artikel yang diterbitkan di Paris di koran Nashe Slovo[4] pada 17 Oktober 1915, yang berjudul “Perjuangan Merebut Kekuasaan” (lihat Bab 10 dari karya ini – Ed.). Artikel ini adalah artikel polemik dan mengkritisi “Surat” programatik yang ditujukan kepada “Kamerad-Kamerad di Rusia” oleh pemimpin-pemimpin Menshevik. Di dalam artikel ini, kita menyimpulkan bahwa perkembangan relasi-relasi kelas selama 10 tahun setelah Revolusi 1905 telah membuat harapan kaum Menshevik terhadap demokrasi borjuis semakin seperti ilusi, dan oleh karenanya, nasib Revolusi Rusia semakin terikat dengan kediktatoran proletar … Dengan perdebatan ide-ide yang terjadi selama bertahun-tahun, hanya orang bodoh saja yang berpendapat bahwa Revolusi Oktober adalah sebuah ‘avonturisme’.

Berbicara mengenai sikap kaum Menshevik terhadap Revolusi Rusia, kita tidak bisa tidak berbicara mengenai degenerasi Kautsky[5], yang menemukan ekspresi kebangkrutan teori dan politiknya dari ‘teori-teorinya’ Martov[6], Dan[7], dan Tsereteli[8]. Setelah Revolusi Oktober 1917, kita mendengar dari Kautsky bahwa: walaupun perebutan kekuasaan oleh kelas buruh harus dianggap sebagai tugas historis dari Partai Sosial-Demokrasi, Partai Komunis Rusia telah gagal merebut kekuasaan melalui pintu tertentu dan menurut agenda tertentu yang diterapkan oleh Kautsky, dan oleh karena itu Republik Soviet[9] harus diserahkan kepada Kerensky[10], Tsereteli, dan Chernov[11] untuk diperbaiki. Kritik Kautsky yang reaksioner-pedantik ini adalah lebih mengejutkan bagi kamerad-kamerad yang telah mengalami periode Revolusi Rusia yang pertama (Revolusi 1905 – Ed.) dengan mata terbuka dan telah membaca karya-karya Kautsky tahun 1905-1906. Pada saat itu, Kautsky (ya benar, bukan tanpa pengaruh dari Rosa Luxemburg[12]) sepenuhnya memahami dan mengerti bahwa Revolusi Rusia tidak bisa berhenti di tahapan republik demokrasi-borjuis, tetapi harus secara tak-terelakkan menuju ke kediktatoran proletar, ini dikarenakan level perjuangan kelas di Rusia sendiri dan karena situasi kapitalisme secara internasional. Saat itu, Kautsky secara terbuka menulis mengenai pemerintahan buruh dengan mayoritas sosial-demokrasi (baca Partai Buruh Sosial Demokrasi Rusia – Ed.). Dia bahkan tidak berpikir untuk membuat perjuangan kelas tergantung pada kombinasi-kombinasi politik demokrasi yang berubah-ubah dan dangkal.

Pada saat itu, Kautsky mengerti bahwa Revolusi ini akan mulai, untuk pertama kalinya, membangkitkan jutaan kaum tani dan kaum borjuasi-kecil kota, dan bukan secara sekaligus tetapi secara perlahan-lahan, selapis-selapis. Sedemikian rupa sehingga ketika perjuangan antara kaum proletar dan kaum borjuasi mencapai klimaksnya, massa tani yang luas masih berada pada level politik yang sangat primitif dan akan memberikan suara pilihan mereka kepada partai-partai politik perantara, yang merefleksikan keterbelakangan dan prasangka-prasangka kelas tani. Saat itu, Kautsky paham bahwa kelas proletar, yang dituntun oleh logika revolusi menuju perebutan kekuasaan, tidak dapat dengan sekehendak-hatinya menunda perebutan kekuasaan, karena dengan menundanya ia akan membuka jalan untuk kontra-revolusi. Saat itu Kautsky mengerti bahwa, setelah merebut kekuasaan revolusioner, kelas proletar tidak akan membiarkan nasib revolusi ditentukan oleh kesadaran lapisan-lapisan massa rakyat yang paling terbelakang, yakni massa yang belum terbangunkan. Sebaliknya, kaum proletar akan mengubah kekuasaan politik yang terkonsentrasikan di tangannya menjadi sebuah aparatus kuat guna membangunkan dan mengorganisir massa tani yang terbelakang dan bodoh. Kautsky mengerti bahwa untuk memanggil Revolusi Rusia sebagai sebuah revolusi borjuis dan membatasi tugas-tugasnya berarti tidak memahami apa yang sedang terjadi di dunia. Bersama-sama dengan kaum Marxis revolusioner Rusia dan Polandia, dia mengakui secara benar bahwa, bila kaum proletar Rusia merebut kekuasaan sebelum kaum proletar Eropa, ia harus menggunakan posisinya sebagai kelas penguasa bukan untuk menyerah kepada kaum borjuasi tetapi untuk memberikan bantuan kepada revolusi proletar di Eropa dan seluruh dunia. Semua prospek-prospek dunia ini, yang dipenuhi dengan semangat ide Marxisme, tidaklah tergantung pada Kautsky atau kita, tidak tergantung pada bagaimana dan kepada siapa para petani akan memilih di dalam pemilu Majelis Konstituante pada November dan Desember 1917.

Sekarang, ketika prospek-prospek yang sudah digarisbawahi 15 tahun yang lalu telah menjadi sebuah realitas, Kautsky menolak untuk memberi akte lahir pada Revolusi Rusia karena kelahirannya belum didaftarkan secara sepatutnya di kantor politik demokrasi borjuis. Sungguh sebuah fakta yang menakjubkan! Sebuah kebangkrutan Marxisme yang luar biasa! Kita dapat mengatakan bahwa kebangkrutan Internasional Kedua[13] telah menemukan ekspresinya yang bahkan lebih buruk daripada penyokongan Kredit Perang[14] pada 4 Agustus, 1914 di dalam penghakiman filistin terhadap Revolusi Rusia, yang dilakukan oleh salah satu teoritisi terhebatnya.

Selama puluhan tahun Kautsky mengembangkan dan membela gagasan-gagasan revolusi sosial. Sekarang ketika revolusi sosial tersebut menjadi realitas, Kautsky mundur ketakutan. Dia takut akan kekuasaan Soviet Rusia dan mengambil sikap memusuhi gerakan kaum proletar Komunis Jerman yang dahsyat. Kautsky adalah seperti seorang guru yang menyedihkan hidupnya, yang selama bertahun-tahun mengulang-ulang penjelasan mengenai musim semi kepada murid-muridnya di dalam kungkungan empat tembok kelasnya yang sesak. Ketika di akhir karirnya sebagai seorang guru dia memutuskan untuk keluar menghirup udara segar, dia tidak mengenali musim semi, dan menjadi marah dan mencoba untuk membuktikan bahwa musim semi bukanlah musim semi, tetapi hanyalah sebuah kekacauan alam yang besar yang tidak sesuai dengan hukum-hukum alam. Sungguh suatu hal yang beruntung karena para buruh tidak mempercayai bahkan sang guru yang paling berotoritas, tetapi mempercayai suara musim semi!

Kami, murid-murid Marx, bersama-sama dengan kaum buruh Jerman, teguh dengan keyakinan kami bahwa musim semi revolusi telah tiba sesuai dengan hukum-hukum sosial, dan pada saat yang sama sesuai dengan hukum-hukum teori Marxisme, karena Marxisme bukanlah seorang guru yang mengawang-awang di atas sejarah, tetapi sebuah analisa sosial cara-cara dan metode-metode proses sejarah yang benar-benar terjadi.

Saya telah menerbitkan kedua karya ini – yakni karya yang ditulis pada 1906 dan 1915 – tanpa perubahan sama sekali. Awalnya saya bermaksud menambahkan catatan-catatan pada kedua karya tersebut supaya mereka sesuai dengan masa sekarang. Tetapi setelah membaca kedua karya tersebut, saya membatalkan maksud tersebut. Bila saya ingin lebih detil, saya harus menulis buku yang dua kali tebalnya, dan saat ini saya tidak punya waktu – dan juga buku tebal seperti itu akan merepotkan pembaca. Dan, yang lebih penting, saya menganggap bahwa gagasan-gagasan utama di dalam karya tersebut sangatlah dekat dengan kondisi-kondisi hari ini, dan para pembaca yang ingin lebih memahami buku ini secara seksama bisa dengan mudah menambahkan data-data yang diambil dari pengalaman Revolusi sekarang ini.

L. TROTSKY

12 Maret, 1919

Kremlin


Catatan

[1] Menshevik, dari bahasa Rusia, artinya minoritas, adalah sayap reformis dari Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia yang memperoleh namanya dari perpecahan faksi dengan kaum Bolshevik (yang berarti mayoritas) di kongres tahun 1903. Perbedaan politik yang fundamental antara kaum Menshevik dan kaum Bolshevik menjadi jelas pada 1904 dan terbukti di dalam Revolusi 1905. Kaum Menshevik menganut teori 'dua tahap', mengajukan argumen bahwa kaum proletar harus beraliansi dengan kaum borjuasi dan membatasi diri dengan mendirikan republik borjuis dan menunda sosialisme. Pada 1917, menteri-menteri Menshevik menyokong Pemerintah Sementara, mendukung kebijakan imperialisnya, dan memerangi revolusi proletar. Setelah Revolusi Oktober, kaum Menshevik terang-terangan menjadi kontra-revolusioner.

[2] Bolshevik, yang dalam bahasa Rusia artinya mayoritas, adalah sebuah faksi di dalam Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia yang dibentuk pada 1903 oleh Lenin untuk melawan Menshevik saat itu. Perbedaan antara mereka pada saat itu hanyalah bersifat organisasional, dimana Bolshevik menginginkan partai dengan kader-kader yang profesional dan disiplin, sedangkan Menshevik menginginkan partai yang luas dan terbuka dengan jumlah anggota sebesar-besarnya. Perbedaan awal ini ternyata hanyalah pembukaan untuk perbedaan yang lebih fundamental, yakni antara Marxisme (Bolshevisme) dan reformisme (Menshevisme). Pada 1912, faksi Bolshevik pecah dari Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia dan membentuk Partai Bolshevik.

[3] Kaum filistin adalah sebutan untuk orang-orang yang berpikiran sempit.

[4] Nashe Slovo (artinya Suara Kami) adalah koran kaum Menshevik Internasionalis (yakni kaum Menshevik yang menentang Perang Dunia Pertama) yang dipublikasikan di Paris dari Januari 1915 hingga September 1916.

[5] Karl Kautsky (1854-1938) adalah teoritisi Marxis terkemuka dari Jerman. Dia adalah salah satu pendiri Internasional Kedua dan teoritisi organisasi tersebut. Awalnya Kautsky dianggap sebagai guru Marxis oleh kaum Bolshevik, termasuk Lenin. Tetapi dengan semakin dekatnya revolusi, Kautsky menjadi semakin reformis. Saat Perang Dunia I meledak, dia mengambil posisi yang ambigu. Ketika Revolusi Oktober meledak, dia mengambil posisi menentangnya dan berdiri di pihak kontra-revolusi. Lenin dan Trotsky lalu mencapnya sebagai pengkhianat.

[6] Yuli Martov (1873-1923) adalah pemimpin Menshevik. Awalnya dia bekerja sama dengan Lenin dalam menerbitkan koran Iskra. Ia akhirnya pecah dengan Lenin pada 1903, dimana dia berdiri di sisi Menshevik dan Lenin di sisi Bolshevik. Perpecahan ini awalnya hanya bersifat organisasional, yakni Martov ingin Partai Buruh Sosial Demokrasi Rusia bersifat luas dan tidak ketat keanggotaannya. Sementara Lenin ingin agar Partai keanggotaannya ketat dan selektif. Perlahan-lahan perbedaan politik juga mencuat, dimana Menshevik percaya dengan teori dua-tahap, yakni Rusia harus terlebih dahulu menjadi negara kapitalis baru bisa menuju sosialisme.

[7] Fedor Dan (1871-1947) adalah salah seorang pemimpin Menshevik. Setelah Revolusi Februari 1917, dia menjadi anggota Komite Eksekutif Soviet Petrograd dan mendukung Pemerintahan Sementara. Dia menentang Revolusi Oktober.

[8] Irakli Tsereteli (1882-1959) adalah pemimpin Menshevik. Ia adalah anggota Komite Eksekutif Soviet Petrograd setelah Revolusi Februari 1917. Ia menjabat sebagai Menteri Pos dan Telegraf dalam Pemerintahan Sementara. Lalu pada bulan Juli, dia menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Setelah Revolusi Oktober, Tsereteli memimpin blok anti Soviet yang menolak mengakui Pemerintahan Soviet.

[9] Soviet berarti “dewan” dalam bahasa Rusia. Dewan ini terbentuk pada masa revolusi sebagai organ perlawanan dan kekuasaan kaum buruh, tani, dan tentara. Soviet adalah organ demokrasi paling luas dari rakyat tertindas, dengan demokrasi langsung yang partisipatoris. Terbentuk pertama kalinya pada Revolusi 1905, soviet lalu muncul kembali pada Revolusi Februari 1917, dan akhirnya di bawah kepemimpinan Bolshevik berhasil merebut kekuasaan pada Revolusi Oktober.

[10] Alexander Kerensky (1882-1970) adalah pemimpin sayap kanan partai Sosialis Revolusioner. Saat Revolusi Februari pecah, Kerensky dipilih menjadi wakil ketua Soviet Petrograd. Dia lalu menjabat sebagai Menteri Keadilan dalam Pemerintahan Provisional yang baru dibentuk. Pada Mei 1917, dia menjabat sebagai Menteri Peperangan. Setelah kabinet koalisi pertama runtuh pada Juli 1917, dia naik menjadi Perdana Menteri Pemerintahan Sementara sampai ia digulingkan oleh Revolusi Oktober. Setelah digulingkan, dia mengasingkan diri ke Prancis.

[11] Victor Chernov (1876-1952) adalah salah seorang pemimpin dan teoritikus Sosialis-Revolusioner. Dia adalah Menteri Pertanian di Pemerintahan Provisional dari Mei-September 1917, dimana dia memerintahkan represi terhadap para petani yang menyita tanah para tuan tanah.

[12] Rosa Luxemburg (1871-1919) adalah ahli teori Marxis paling terkemuka Jerman dan pendiri Partai Komunis Jerman. Bersama-sama dengan Karl Liebknecht, dia dibunuh oleh pasukan para-militer atas perintah pemimpin Sosial Demokrat.

[13] Internasional Kedua dibentuk pada 1881 oleh partai-partai buruh massa Eropa. Organisasi internasional ini mendasarkan dirinya pada gagasan Marxisme. Akan tetapi dalam perjalanannya, banyak para pemimpin Internasional Kedua mulai mengadopsi gagasan reformisme. Pada 1914, mayoritas seksi Internasional Kedua mendukung Perang Dunia Pertama, dan ini menandai kehancuran organisasi tersebut.

[14] Kredit Perang adalah anggaran perang untuk Perang Dunia Pertama, yang didukung oleh partai-partai sosial demokratik dari Internasional Kedua pada 1914.