Sekali Lagi Mengenai Pemberontakan Kronstadt

Leon Trotsky (1938)

 


Sumber: More on the Suppresion of Kronstadt . Trotsky Internet Archive

Penerjemah: Ted Sprague, Juli 2009

Pertama kali diterbitkan di The New International Vol 4. No.8, Agustus 1938, hal. 249-250


Di artikel saya baru-baru ini mengenai Kronstadt (Hingar Bingar Kronstadt), saya mencoba untuk membicarakan masalah ini secara politik. Tetapi banyak orang yang tertarik dengan masalah “pertanggungjawaban” pribadi. Souvarine, yang dari seorang Marxis yang lambat menjadi seorang penjilat, menulis di dalam bukunya mengenai Stalin bahwa saya diam saja mengenai pemberontakan Kronstadt di dalam buku otobiografi saya; dia mengatakan secara ironis: ada perbuatan yang seseorang tidak bangga. Ciliga di bukunya In the Country of the Big Lie menceritakan bahwa di dalam penumpasan pemberontakan Kronstadt “lebih dari sepuluh ribu kelasi” ditembak oleh saya (saya ragu bila seluruh armada Baltic pada saat itu memiliki kelasi sebanyak itu). Para pengeritik lainnya mengekspresikan diri mereka seperti ini: ya, secara objektif pemberontakan ini memiliki karakter konter-revolusioner, tetapi mengapa Trotsky menumpasnya dengan sebegitu kejam?

Saya tidak pernah menyentuh permasalahan ini. Bukan berarti ada sesuatu yang saya sembunyikan, tetapi justru sebaliknya karena tidak ada yang perlu saya katakan. Kenyataannya adalah bahwa saya secara pribadi tidak berpartisipasi di dalam penumpasan pemberontakan Kronstadt dan represi setelah penumpasan tersebut. Di mata saya, kenyataan ini tidak memiliki arti politik. Pada saat itu saya adalah anggota pemerintah, saya berpendapat bahwa penumpasan pemberontakan tersebut harus dilakukan dan oleh karena itu saya memiliki tanggung jawab terhadap penumpasan tersebut. Hanya di dalam batasan ini saya telah menjawab kritik-kritik sampai saat ini. Tetapi ketika para kaum moralis mulai mengganggu saya secara pribadi, menuduh saya melakukan kekejaman berlebihan yang tidak diperlukan, saya rasa saya punya hak untuk mengatakan: “Tuan-tuan, para kaum moralis, kamu sedikit berbohong.”

Pemberontakan tersebut pecah selama saya tinggal di Urals. Dari Urals saya langsung datang ke Moskow untuk Kongres Partai ke-10. Keputusan untuk menumpas pemberontakan dengan kekuatan militer, bila benteng tidak dapat dibujuk untuk menyerah, pertama-tama dengan negosiasi damai, lalu dengan sebuah ultimatum -  keputusan ini diambil dengan partisipasi langsung saya. Tetapi setelah keputusan tersebut diambil, saya tetap tinggal di Moskow dan tidak mengambil bagian, langsung atau tidak langsung, di dalam operasi militer. Mengenai represi yang terjadi selanjutnya, ini adalah sepenuhnya urusan Cheka (Komisi Luar Biasa Untuk Penanganan Konter-Revolusi dan Sabotase Seluruh Rusia).

Mengapa saya tidak pergi ke Kronstadt secara pribadi? Alasannya adalah karena politik. Pemberontakan tersebut pecah pada saat diskusi mengenai masalah “serikat buruh”. Kerja politik di Kronstadt sepenuhnya ada di tangan komite Petrograd, yang dipimpin oleh Zinoviev. Zinoviev juga adalah pemimpin yang paling tidak kenal leah dan paling bersemangat dalam perjuangan melawan saya mengenai masalah “serikat buruh” tersebut. Sebelum keberangkatan saya ke Urals, saya berada di Petrograd dan mengantarkan pidato di sebuah pertemuan kelasi komunis. Mood pertemuan tersebut tidaklah memberikan kesan yang menyenangkan bagi saya. Kelasi-kelasi yang berpakaian bagus dan gemuk-gemuk, yang hanya komunis dalam nama saja, memberikan kesan seperti parasit dibandingkan dengan para buruh dan Tentara Merah pada saat itu. Dari pihak Komite Petrograd,  kampanye mereka dilakukan dengan cara yang terlalu demagog. Personel pemimpin armada terisolasi dan ketakutan. Resolusi Zinoviev mendapatkan, mungkin, 90% suara. Saya ingat kalau saya mengatakan kepada Zinoviev mengenai ini: “Semua sangat baik disini, sampai satu ketika semua menjadi sangat buruk.” Setelah ini Zinoviev ada dengan saya di Ural ketika dia menerima sebuah pesan yang mendesak bahwa di Kronstadt situasinya menjadi “sangat buruk”. Mayoritas kelasi “komunis” yang mendukung resolusi Zinoviev turut serta di dalam pemberontakan. Saya berpendapat, dan Biro Politik tidak berkeberatan, bahwa negosiasi dengan kelasi Kronstadt, dan bila penumpasan diperlukan, harus dilakukan oleh para pemimpin yang baru saja kemarin mendapatkan dukungan politik dari kelasi-kelasi tersebut. Kalau tidak, para kelasi Kronstadt akan berpikir kalau saya datang untuk “membalas dendam” kepada mereka karena mereka tidak memberikan suara mereka kepada saya selama diskusi partai [mengenai masalah “serikat buruh” – Penerjemah].

Benar atau tidak, pertimbangan inilah yang menentukan sikap saya. Saya menyingkir sepenuhnya dari masalah ini. Mengenai represi, seingat saya, Dzerzhinsky bertanggung jawab akan hal tersebut dan Dzerzhinsky tidak akan mentoleransi campur tangan orang lain di dalam tugas-tugasnya (dan sepatutnya).

Saya tidak tahu apakah ada korban yang tidak bersalah. Dalam hal ini, saya lebih mempercayai Dzerzhinsky daripada para pengkritik dia. Karena kekurangan data saya tidak dapat menentukan sekarang, a posteriori, siapa yang seharusnya dihukum dan bagaimana. Kesimpulan Victor Serge dalam hal ini – dari pihak ketiga – tidak memiliki arti di mata saya. Tetapi saya siap mengakui bahwa perang sipil bukanlah sekolah humanisme. Kaum idealis dan pasifis selalu menuduh revolusi penuh dengan “perbuatan yang melampaui batas”. Tetapi poin utamanya adalah bawah “perbuatan yang melampaui batas” ini mengalir dari watak alami revolusi, yang sendirinya adalah sebuah “pelampauan batas” sejarah. Siapapun yang ingin dapat, berdasarkan ini, menolak revolusi secara umum. Saya tidak menolak revolusi. Dalam pengertian ini, saya mengambil tanggung jawab penuh untuk penumpasan pemberontakan Kronstadt.

L. Trotsky
Coyoacan, 6 Juli, 1938