Manusia Tidak Hidup Dari Politik Saja

Leon Trotsky (1923)


Diterbitkan di: Pravda, 10 July, 1923

Penerjemah: Ted Sprague (Agustus 2011), dari Not By Politics Alone


Gagasan sederhana ini – manusia tidak hidup dari politik saja – harus sepenuhnya dipahami dan dipikirkan oleh semua yang berpidato atau menulis untuk tujuan propaganda. Waktu yang berubah membawa nada yang berubah. Sejarah partai kita sebelum revolusi adalah sejarah politik revolusioner. Literatur partai, organisasi partai – semuanya dikuasai oleh politik dalam pengertian yang paling langsung dan sempit dari kata tersebut. Krisis revolusioner telah membuat kepentingan-kepentingan dan masalah-masalah politik bahkan lebih intensif. Partai harus merekrut elemen-elemen kelas buruh yang paling aktif secara politik. Saat ini kelas buruh sangatlah sadar akan pencapaian-pencapaian fundamental dari revolusi ini. Kita tidak perlu mengulang-ulang lagi dan lagi cerita mengenai hasil-hasil tersebut. Ini sudah tidak lagi menggugah pikiran kaum buruh, dan justru lebih mungkin menghapus dari pikiran kaum buruh pelajaran-pelajaran dari masa lalu. Dengan penaklukan kekuasaan dan konsolidasinya sebagai hasil dari perang saudara, masalah-masalah utama kita telah bergeser ke kebutuhan-kebutuhan kebudayaan dan rekonstruksi ekonomi. Mereka telah menjadi lebih rumit, lebih detil, dan lebih langsung. Namun, untuk membenarkan semua perjuangan sebelumnya dan semua pengorbanan kita, kita harus belajar memahami masalah-masalah kebudayaan yang beragam ini, dan menyelesaikan mereka satu-per-satu.

Sekarang, apa yang sebenarnya telah dicapai dan diamankan oleh kelas buruh dari revolusi ini?
1) Kediktaturan Proletariat (yang diwakili oleh pemerintahan buruh dan tani di bawah kepemimpinan Partai Komunis)
2) Tentara Merah – basis dukungan terhadap kediktaturan proletariat.
3) Nasionalisasi instrumen-instrumen produksi paling penting, yang tanpanya kediktaturan proletariat akan kopong
4) Monopoli perdagangan asing, yang merupakan kondisi penting untuk pembangunan struktur negara sosialis di tengah-tengah kapitalisme

Keempat faktor ini, yang jelas telah dimenangkan, membentuk kerangka besi bagi semua kerja kita; dan setiap keberhasilan ekonomi atau kebudayaan yang kita capai – bila ini adalah keberhasilan yang sesungguhnya dan bukan hanya di permukaan – niscaya menjadi bagian penting dari struktur sosialis ini.

Lalu apa masalah kita sekarang? Apa yang harus kita ketahui pertama-tama? Apa yang harus menjadi tujuan kita? Kita harus belajar untuk bekerja dengan efisien, akurat, tepat waktu, ekonomis. Kita perlu kebudayaan di dalam tempat kerja, kebudayaan di dalam kehidupan, kebudayaan di dalam kebiasaan-kebiasaan kita. Setelah sebuah periode perjuangan yang panjang, kiat telah berhasil menumbangkan kekuasaan kaum penindas dengan pemberontakan bersenjata. Akan tetapi cara ini tidak eksis untuk membentuk kebudayaan secara langsung. Kelas buruh harus melalui sebuah proses pendidikan yang panjang, dan begitu juga kelas tani, bersama dengan buruh atau mengikuti mereka. Lenin berbicara mengenai pergeseran fokus tujuan dan usaha-usaha kita dalam artikelnya mengenai kerjasama:

“Kita harus mengakui [katanya] bahwa ada sebuah perubahan radikal di dalam sudut pandang kita mengenai sosialisme. Perubahan radikal ini adalah: sebelumnya kita menekankan – dan kita terdorong untuk melakukan ini – perjuangan politik, revolusi, perebutan kekuasaan politik, dsbnya. Sekarang penekanannya berubah dan bergeser ke kerja pengorganisasian dan “kebudayaan” yang damai. Saya mengatakan bahwa penekanan kita bergeser ke kerja pendidikan, bila kita tidak sedang terdorong untuk berjuang demi posisi internasional kita. Dengan menyisihkan ini sementara, dan membatasi diri kita pada hubungan-hubungan ekonomi internal, penekanan kerja kita jelas bergeser ke pendidikan.” [Mengenai Kerjasama, Lenin’s Collected Work, Vol. 33]

Saya anggap cukup menarik untuk mengutip di sini beberapa paragraf mengenai epos perjuangan kebudayaan dari artikel saya Pemikiran-Pemikiran Mengenai Partai:

“Dalam realiasi praktisnya, revolusi dapat “dipecah” menjadi sejumlah tugas-tugas parsial: kita harus memperbaiki jembatan-jembatan, belajar baca-tulis, menurunkan ongkos produksi sepatu di pabrik-pabrik Soviet, memerangi kejahatan, menangkap para penipu, memperluas kabel listrik ke pedesaan, dan seterusnya. Beberapa kaum intelektual yang vulgar, yang mengenakan otak mereka dengan miring (dan untuk alasan ini mereka menganggap diri mereka pujangga atau filsuf), telah mulai berbicara mengenai revolusi ini dengan nada yang sangat mengejek: belajar berdagang, ha, ha! dan belajar menjahit kancing, heh, heh! Tetapi, biarkan para pembual ini menggonggong ...”

“Kerja praktis murni sehari-hari di bidang kebudayaan Soviet dan pembangunan ekonomi (bahkan di perdagangan eceran Soviet!) sama sekali bukan ‘kerja remeh-temeh’, dan tidak selalu melibatkan mentalitas yang amat terlampau teliti. Di dalam hidup manusia ada banyak kerja remeh-temeh yang tidak ada hubungannya dengan kerja-kerja besar. Tetapi sejarah tidak mengenal kerja-kerja besar tanpa kerja-kerja remeh-temeh. Atau lebih tepatnya kita katakan bahwa kerja-kerja remeh-temeh di dalam sebuah epos besar, yakni sebagai bagian komponen dari sebuah tugas besar, berhenti menjadi ‘kerja remeh-temeh.’”

“ ... Sangat jelas kalau tuntutan-tuntutan hari-ini dan tugas-tugas parsial yang perlu kita perhatikan hari ini sangatlah berbeda. Perhatian kita adalah pada pembangunan kelas buruh yang untuk pertama kalinya sedang membangun dirinya sendiri dan menurut rencananya sendiri. Rencana historis ini, walaupun masih sangat tidak sempurna dan kurang konsisten, harus merangkul semua bagian dari kerja ini, semua detil-detilnya, di dalam kesatuan dari sebuah konsepsi kreatif yang besar ...”

“Konstruksi sosialis adalah sebuah konstruksi terencana, dalam skala terbesar. Dan melalui semua pasang naik dan surut, kesalahan-kesalahan dan tikungan-tikungan, melalui semua pelintiran-pelintiran NEP [1], partai mengejar rencana besarnya, mendidik kaum muda semangat dari rencana ini, mengajar semua orang untuk menghubungkan fungsi-fungsi partikularnya dengan tugas umum, yang hari ini menuntut menjahit kancing-kancing Soviet, dan esok hari menuntut kesiapan untuk mati tanpa rasa takut di bawah panji komunisme ...”

“Kita harus, dan akan, menuntut pelatihan serius dan menyeluruh untuk generasi muda kita, dan dengan begitu, emansipasi mereka dari dosa dasar generasi kita – yakni yang tahu semuanya dan ahli semua bidang. Kita menuntut pelatihan spesialisasi untuk melayani rencana umum yang dipahami dan dipikirkan oleh setiap individu ...”

Oleh karena, tidak ada satu halpun, selain masalah posisi internasional kita, seperti yang Lenin katakan, yang akan menahan kita dari perjuangan kebudayaan. Sekarang masalah-masalah ini, seperti yang akan kita lihat sekarang, sama sekali tidak berada di dalam ranah yang benar-benar berbeda. Posisi internasional kita terutama tergantung pada kekuatan pertahanan-diri kita – yakni, keefisienan Tentara Merah – dan, di dalam aspek penting eksistensi negara kita ini, masalah kita terutama adalah kerja kebudayaan. Kita harus meningkatkan level tentara kita dan mendidik setiap serdadu bagaimana membaca buku, menggunakan manual-manual dan map-map. Mereka harus dididik kebiasaan rapi, tepat waktu, dan hemat. Ini tidak bisa dilakukan langsung dengan cara-cara mujizat. Setelah perang saudara dan selama periode transisional kerja kita, sejumlah usaha dilakukan untuk menyelamatkan situasi dengan “doktrin militer proletarian” yang diciptakan secara khusus, tetapi doktrin ini tidak disertai dengan pemahaman sesungguhnya akan masalah-masalah kita. Hal yang sama terjadi dalam rencana ambisius untuk menciptakan “kebudayaan proletar” yang artifisial. Semua petualangan mencari batu filsuf seperti itu menggabungkan keputus-asaan terhadap kekurangan kebudayaan kita dengan kepercayaan akan mujizat. Namun kita tidak punya alasan untuk putus asa, dan mengenai mujizat-mujizat dan bualan-bualan kekanak-kanakan seperti “kebudayaan proletarian” atau “doktrin militer proletarian”, sekarang adalah saatnya untuk meninggalkan hal-hal seperti itu. Kita harus melaksanakan perkembangan budaya di dalam kerangka kediktaturan proletariat, dan hanya ini yang dapat memastikan isi sosialis dari pencapaian-pencapaian revolusi kita. Siapapun yang gagal melihat ini akan memainkan peran reaksioner di dalam perkembangan pemikiran partai dan kerja partai.

Ketika Lenin mengatakan bahwa saat ini kerja kita lebih fokus pada kebudayaan daripada politik, kita harus benar-benar jelas mengenai istilah yang dia gunakan, supaya kita tidak salah tafsir maksudnya. Dalam pengertian tertentu, politik selalu menempati urutan pertama. Bahkan anjuran Lenin untuk menggeser prioritas kita dari politik ke kebudayaan adalah sebuah anjuran politik. Ketika partai buruh dari sebuah negara memutuskan pada satu waktu bahwa masalah ekonomi dan bukan masalah politik harus menjadi prioritas pertama, keputusan itu sendiri adalah keputusan politik. Jelas kalau kata “politik” di sini ada dua pengertian: pertama, dalam pengertian materialis dan dialektis yang luas, sebagai totalitas dari semua prinsip pemandu, metode, sistem, yang menentukan aktivitas-aktivitas kolektif di dalam semua ranah kehidupan; dan kedua, dalam artian yang sempit, yang berhubungan dengan perjuangan perebutan kekuasaan dan bertolakbelakang dengan kerja ekonomi, kerja budaya, dsbnya. Ketika berbicara mengenai politik sebagai ekonomi yang terkonsentrasikan, Lenin berbicara mengenai politik dalam artian filsafat yang luas. Namun ketika dia menganjurkan: “Mari kita kurangi politik dan lebih fokus pada ekonomi” dia merujuk pada politik dalam pengertian yang terbatas. Kedua cara menggunakan kata ini dibenarkan oleh tradisi.

Partai Komunis adalah politis dalam pengertian historis yang luas, atau dapat juga kita katakan, dalam pengertian filsafat yang luas. Partai-partai yang lain hanyalah politis dalam pengertian yang sempit. Pergeseran kepentingan partai kita ke perjuangan budaya oleh karenanya tidak melemahkan signifikansi politik partai kita. Partai ini akan mengkonsentrasikan akvititasnya dalam kerja budaya, dan mengambil peran kepemimpinan dalam kerja ini – ini akan berarti memimpin secara historis, dalam kata lain, peran politik. Kita masih membutuhkan bertahun-tahun kerja sosialis, yang berhasil di dalam dan terlindungi dari luar, sebelum partai ini dapat menanggalkan cangkerang struktur partainya dan melebur ke dalam komunitas sosialis. Ini masih sangatlah jauh, dan oleh karenanya tidak ada gunanya kita melihat begitu jauh ke depan. Dalam masa depan yang dekat, partai kita harus mempertahankan sepenuhnya karakter-karakter fundamentalnya: kesatuan dalam tujuan, sentralisasi, disiplin, dan sebagai hasil dari ini, kekuatan untuk berjuang. Tetapi di bawah kondisi-kondisi sekarang ini, partai kita membutuhkan basis ekonomi yang sangat kuat untuk mempertahankan dan mengembangkan aset-aset semangat Komunis yang tidak ternilai ini. Oleh karena itu masalah-masalah ekonomi menempati urutan pertama di dalam politik kita, dan hanya dalam kesesuaian dengan masalah-masalah ekonomi ini partai mengkonsentrasikan dan mendistribusikan kekuatan-kekuatannya dan mendidik generasi muda. Dalam kata lain, politik dalam arti yang lebih luas, memerlukan bahwa semua kerja propaganda, distribusi kekuatan, pendidikan dan edukasi pada saat ini harus berdasarkan pada masalah-masalah ekonomi dan kebudayaan, dan bukan  pada masalah-masalah politik dalam pengertian sempit.

Kaum proletariat adalah sebuah kesatuan sosial yang kuat yang memanifestasikan kekuatannya sepenuhnya selama periode-periode perjuangan revolusioner yang tajam untuk memenuhi tujuan-tujuan seluruh kelas buruh. Tetapi di dalam kesatuan tersebut ada keberagaman. Antara seorang pengembala desa buta-huruf yang bodoh dengan seorang mekanik yang terampil terdapat berbagai macam tingkatan kebudayaan dan kebiasaan kehidupan. Setiap kelas, terlebih lagi, setiap okupasi, setiap kelompok, terdiri dari orang-orang dengan umur-umur yang berbeda, temperamen yang berbeda, dan dengan masa lalu yang beragam. Tetapi karena keberagaman ini, kerja Partai Komunis mungkin akan lebih mudah. Namun, contoh dari Eropa Barat menunjukkan betapa sulitnya pekerjaan ini dalam kenyataannya.

Seorang mungkin berkata bahwa semakin kaya sejarah sebuah bangsa, dan walhasil semakin kaya sejarah kelas buruhnya, maka semakin besar di dalamnya akumulasi memori-memori, tradisi-tradisi, kebiasaan-kebiasaan, dan semakin besar jumlah kelompok-kelompok – oleh karenanya semakin sulit untuk mencapai persatuan revolusioner kelas buruh. Kaum proletariat Rusia miskin sejarah kelas dan tradisi kelas. Ini jelas-jelas telah memfasilitasi pendidikan revolusionernya sebelum Revolusi Oktober. Di pihak lain, ini menyebabkan kesulitan dalam kerja pembangunan setelah Revolusi Oktober.

Buruh Rusia – kecuali lapisan yang paling atas – biasanya tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma dasar kebudayaan (dalam hal kerapian, pengetahuan, tepat-waktu, dll.). Buruh Eropa Barat memiliki kebiasaan-kebiasaan tersebut. Dia [buruh Eropa Barat] telah memperoleh semua kebiasaan ini melalui sebuah proses yang panjang dan lambat, di bawah rejim borjuis. Ini menjelaskan mengapa di Eropa Barat kelas buruhnya – terutama, elemen-elemen termajunya – begitu terikat pada rejim borjuasi dengan demokrasinya, kebebasan pers kapitalis, dan berkah-berkah lainnya. Rejim borjuis Rusia yang tiba terlambat tidak punya waktu untuk memberikan apapun kepada kelas buruh, dan proletariat Rusia pecah dari kaum borjuasi dengan begitu mudahnya, dan menumbangkan rejim borjuasi tanpa penyesalan. Tetapi untuk alasan yang sama kaum proletariat Rusia baru saja mulai memperoleh dan mengumpulkan kebudayaan-kebudayaan yang paling sederhana, dan melakukannya di bawah kondisi negara buruh sosialis.

Sejarah tidak memberikan apapun dengan gratis. Setelah membuat pengurangan di satu bidang – yakni politik – sejarah membuat kita membayarnya di bidang yang lain – kebudayaan. Semakin mudah (tentu saja secara relatif) kelas proletariat Rusia melewati krisis revolusioner, semakin sulit kerja pembangunan sosialisnya. Tetapi, di pihak lain, kerangka struktur sosial kita yang baru, yang ditandai oleh empat karakteristik yang disebut di atas, memberikan sebuah isi yang secara objektif sosialis ke semua usaha-usaha yang diarahkan secara rasional dan menyeluruh di bidang ekonomi dan budaya. Di bawah rejim borjuis, seorang pekerja, tanpa kehendak atau maksud dari dirinya, terus menerus memperkaya kaum borjuasi; semakin bagus kerjanya semakin dia memperkaya kaum borjuasi. Di negara Soviet, seorang pekerja yang rajin dan baik, dia peduli atau tidak (bilamana dia bukan anggota partai dan menjauhi politik), akan memperoleh hasil-hasil sosialis dan meningkatkan kekayaan kelas buruh. Ini adalah hasil pencapaian Revolusi Oktober, dan NEP sama sekali tidak mengubah aspek ini.

Buruh-buruh yang bukan anggota partai, yang sangat berbakti pada produksi, pada teknik pekerjaannya, banyak sekali jumlahnya. Tetapi mereka tidak sama sekali “apolitis”, tidak peduli politik. Di momen-momen revolusi yang berbahaya dan penuh kesulitan, mereka ada bersama kita. Mayoritas besar dari mereka tidak takut pada Revolusi Oktober, tidak meninggalkannya, mereka bukan pengkhianat. Selama perang saudara, banyak dari mereka yang berjuang di garis depan; yang lain bekerja untuk angkatan bersenjata dengan menyuplai amunisi. Mereka mungkin “non-politis”, tetapi hanya dalam artian bahwa di masa-masa damai mereka lebih peduli pada pekerjaan mereka atau keluarga mereka dibandingkan pada politik. Mereka semua ingin menjadi buruh yang baik, untuk menjadi semakin efisien di tiap-tiap pekerjaan mereka, untuk naik ke posisi yang lebih tinggi – sebagian untuk taraf hidup keluarga mereka, tetapi juga untuk penghargaan ambisi profesional mereka yang sah-sah saja. Secara implisit, mereka semua, seperti yang saya katakan sebelumnya, melakukan kerja sosialis bahkan tanpa menyadari. Tetapi sebagai Partai Komunis, kita ingin agar para buruh ini dengan sadar menghubungkan kerja produksi mereka dengan pembangunan sosialis secara keseluruhan. Kepentingan sosialisme akan lebih terjamin oleh aktivitas-aktivitas yang tersatukan seperti itu, dan tiap-tiap pembangun sosialisme ini akan mendapatkan kepuasan moral yang lebih tinggi dari kerja mereka.

Tetapi bagaimaca cara kita mencapai tujuan ini? Sangatlah sulit untuk mendekati buruh tipe macam ini dengan garis politik murni. Dia telah mendengar semua pidato-pidato dan tidak ingin mendengar lebih banyak lagi. Dia tidak tertarik untuk bergabung dengan partai. Pikirannya terpusat pada pekerjaannya, dan dia tidak puas dengan kondisi tempat kerjanya, pabriknya, perusahaannya sekarang ini. Buruh semacam ini biasanya akan mencoba menyelesaikan masalah ini dengan sendirian. Mereka tidak komunikatif, dan mereka adalah kelas yang menghasilkan penemu-penemu otodidak. Mereka tidak responsif pada politik – setidaknya tidak dengan sepenuhnya – tetapi mereka mungkin dan harus didekati untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan produksi dan teknik.

Salah satu anggota konferensi propagandis massa di Moskow, kamerad Kolzov, mengungkapkan bahwa kita sangat kekurangan buku-buku manual dan panduan terbitan Soviet Rusia untuk pendidikan berbagai macam bidang pekerjaan. Buku-buku lama macam ini kebanyakan sudah habis terjual, dan selain itu banyak dari mereka sudah ketinggalan jaman secara teknik, sementara mereka biasanya dipenuhi dengan semangat eksploitasi kapitalis. Buku-buku teknik baru sangatlah sedikit dan sangat sulit dicari, karena mereka diterbitkan dengan serampangan oleh beragam penerbit atau departemen tanpa rencana umum apapun. Dari sudut pandang teknik buku-buku ini biasanya tidak memuaskan; beberapa dari mereka terlalu abstrak, terlalu akademik, dan biasanya hambar politik karena mereka adalah terjemahan palsu dari buku-buku asing. Yang benar-benar kita butuhkan adalah serangkaian buku-buku manual baru – untuk juru kunci Soviet, untuk pembuat lemari Soviet, untuk tukang listrik Soviet, dll. Buku-buku manual ini harus diadaptasi pada teknik dan ekonomi kita yang terbaru, harus mempertimbangkan kemiskinan kita, dan juga peluang-peluang besar kita. Buku-buku ini harus mencoba memperkenalkan metode-metode baru dan kebiasaan-kebiasaan baru ke kehidupan industrial kita. Mereka harus – sebisa mungkin – mengungkapkan cara pandang sosialis bersangkutan dengan kebutuhan dan kepentingan perkembangan teknik (ini termasuk masalah standarisasi, elektrifikasi, dan perencanaan ekonomi). Prinsip-prinsip dan kesimpulan-kesimpulan sosialis tidak boleh hanyalah dalam bentuk propaganda di buku-buku ini.  Mereka harus membentuk bagian integral dalam pendidikan praktis. Buku-buku ini sangatlah dibutuhkan, mengingat kurangnya buruh-buruh terampil, dan mengingat hasrat kaum buruh itu sendiri untuk menjadi lebih efisien, dan mengingat juga pengalaman industrial mereka yang terinterupsi akibat perang imperialis dan perang sipil yang berkepanjangan. Disini kita menghadapi tugas yang sangatlah besar dan penting.

Tentu saja bukanlah hal mudah untuk membuat buku-buku seperti itu. Buruh-buruh praktis yang handal tidak menulis buku-buku manual, dan ahli teori yang menulis biasanya tidak punya pengalaman praktek. Terlebih lagi, sedikit sekali dari mereka yang punya pandangan sosisalis. Kendati demikian, masalah ini bisa diselesaikan, tetapi tidak dengan metode-metode “sederhana”, rutinis, namun dengan usaha bersama. Katakanlah kerjasama antara tiga penulis dibutuhkan untuk menulis, atau setidaknya mengedit, sebuah buku manual. Harus ada seorang spesialis dengan pelatihan teknik yang menyeluruh, seorang yang mengetahui kondisi-kondisi produksi kita hari ini di bidang tertentu, dan yang bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan; yang satu lagi harus datang dari seorang buruh terampil dari bidang tertentu, seorang yang tertarik pada masalah produksi dan bila mungkin memiliki semangat inovatif; dan yang terakhir adalah seorang penulis profesional, seorang Marxis, seorang politisi yang punya pengetahuan dan ketertarikan pada industri dan teknik. Dengan cara ini atau cara yang serupa, kita harus bisa menciptakan sebuah model perpustakaan buku-buku teknik atau produksi industri.  Tentu saja buku-buku ini harus dicetak dengan baik, dijilid dengan baik, dan murah. Perpustakaan semacam ini akan berguna dalam dua cara: ia akan meningkatkan level teknik kita dan oleh karenanya berkontribusi pada kesuksesan pembangunan negara sosialis; kedua ia akan menghubungkan sekelompok buruh industrial pada ekonomi Soviet secara keseluruhan, dan pada Partai Komunis sebagai akibatnya,

Tentu saja buku-buku manual ini bukan satu-satunya hal yang kita ingini. Saya telah berbicara panjang lebar mengenai masalah yang spesifik ini guna memberikan sebuah contoh metode-metode baru yang dibutuhkan oleh masalah-masalah baru hari ini. Masih banyak yang harus dilakukan untuk kepentingan buruh-buruh industrial “non-politis”. Majalah-majalah teknik harus diterbitkan, dan asosiasi-asosiasi teknik harus mulai dibentuk. Setengah dari koran-koran profesional kita harus diperuntukkan bagi para buruh industrial “non-politis” tersebut, bila koran tersebut ingin mendapatkan pembaca di luar staf-staf serikat buruh. Argumen politik yang paling efektif untuk buruh industrial macam itu adalah pencapaian-pencapaian praktis kita dalam industri – setiap kesuksesan dalam manajemen pabrik dan tempat kerja, setiap usaha efisien dari partai kita ke arah ini.

Pandangan politik dari buruh industrial, yang sekarang paling penting bagi kita, mungkin dapat diilustrasikan seperti di bawah ini.

“Baiklah,” dia akan berkata, “segala hal mengenai revolusi dan penumbangan kaum borjuasi adalah benar adanya. Kami tidak menentangnya. Ini sudah tercapai sekali dan untuk selama-lamanya. Kami tidak membutuhkan kaum borjuasi. Kami juga tidak butuh kaum Menshevik dan pengikut-pengikutnya. Mengenai ‘kebebasan pers’, ini tidak penting. Tetapi bukan itu masalahnya. Bagaimana dengan ekonomi? Kalian Komunis telah memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini. Tujuan-tujuan dan rencana-rencana kalian sangatlah baik – kami tahu itu. Jangan terus mengulang-ulang mereka. Kami sudah tahu mengenai semua itu, kami setuju dengan kalian dan siap mendukung kalian – tetapi bagaimana kalian akan melaksanakan rencana-rencana itu? Sampai sekarang – mengapa tidak jujur saja? – kalian sering melakukan hal-hal yang keliru. Ya, tentu. Kami tahu bahwa semua ini tidak bisa diselesaikan sekaligus, bahwa kita harus belajar, dan kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-keliruan tidak dapat dihindari. Semua ini benar adanya. Dan karena kita telah tabah menghadapi kejahatan-kejahatan kaum borjuasi, kami harus tabah dengan kesalahan-kesalahan dari revolusi. Tetapi semua ada batasnya. Di antara anggota-anggota kalian ada berbagai macam orang, seperti halnya kami. Sebagian sungguh-sungguh belajar dari pekerjaan mereka, dan jujur dalam bekerja, berusaha untuk mendapatkan hasil-hasil praktis. Tetapi lebih banyak lagi yang hanya berbicara saja. Dan mereka menyebabkan banyak kerugian karena karena mereka tidak menyelesaikan tugas-tugas mereka ...”

Inilah bagaimana cara mereka berpikir, buruh-buruh macam itu – juru kunci, atau pembuat lemari, atau penemu, yang cerdas dan efisien, pasif terhadap politik, tetapi serius dan kritis, agak skeptis, tetapi selalu setia pada kelas mereka – proletarian standar tinggi. Dalam tahapan pekerjaan kita sekarang ini, partai harus benar-benar mempertimbangkan buruh-buruh macam ini. Pengaruh kita terhadap mereka – dalam ekonomi, produksi, dan teknik – akan menjadi sinyal politik yang paling efektif akan keberhasilan kerja kita dalam kebudayaan, dalam pengertian seperti yang dimaksud oleh Lenin.

Ketertarikan kita pada buruh-buruh efisien tidaklah bertentangan dengan masalah partai yang paling penting lainnya – yakni generasi proletariat muda. Generasi yang lebih muda dibesarkan di dalam kondisi-kondisi sekarang ini; mereka tumbuh kuat sesuai dengan cara kita menyelesaikan masalah-masalah. Kita ingin generasi muda kita, pertama-tama, tumbuh menjadi buruh-buruh terampil dan baik, yang berbakti pada pekerjaan mereka. Mereka harus tumbuh dengan kepercayaan kuat bahwa kerja produktif mereka adalah juga kerja untuk sosialisme. Ketertarikan dalam pelatihan profesional, dan hasrat untuk menjadi efisien, akan secara alami memberikan otoritas besar di mata proletariat muda kita kepada “orang-orang tua” yang ahli di bidang mereka dan yang, seperti yang saya katakan sebelumnya, biasanya berdiri di luar partai. Kita bisa lihat bahwa usaha kita untuk membentuk buruh-buruh yang baik, jujur, dan efisien juga membantu pendidikan generasi muda yang sedang tumbuh, yang tanpanya tidak akan ada gerak maju ke sosialisme.

Catatan:

[1] Kebijakan Ekonomi Baru, atau New Economic Policy (NEP), adalah kebijakan ekonomi yang diambil oleh Uni Soviet setelah perang sipil yang menghancurkan sendi-sendi ekonomi negeri. Kebijakan ini disahkan pada tahun 1921 di Kongres Partai Komunis Kesepuluh untuk menggantikan kebijakan Komunisme Militer. NEP adalah inisiatif Lenin. Melihat kehancuran ekonomi akibat Perang Sipil, Lenin menganjurkan NEP sebagai kebijakan sementara untuk memperbolehkan pasar bebas dan investasi asing. [Editor]

[2] Baca "Apa budaya proletar itu, dan mungkinkah ada?" oleh Leon Trotsky, 1923.