Parlemen atau Soviet?

Tan Malaka (1921)


PENDAHULUAN

 

Pada zaman dahulu kala, kira-kira 20 abad yang lalu, maka bangsa Barat (Eropa) yang sekarang ini adalah tinggal dalam kebodohan dan kegelapan. Maka kebodohan dan kegelapan ini tiba-tiba diterangi oleh sinar yang hebat yang terpancarnya dari Timur (Asia), oleh Agama Nasrani. Tiadalah maksud kita akan menguraikan apa, dan dari mana asalnya, agama ini, dan berapa sangkutannya dengan agama yang lain-lain dari Timur, umpamanya dengan agama Yahudi atau Budha. Sengaja kita, hanya hendak mengingatkan, bahwa pergerakan Eropa dari tidurnya yang berabad-abad itu, terutama disebabkan oleh Timur.

Bagaimanakah sekarang?

Sudah dua puluh abad yang lalu. Lebih dari lima belas abad lamanya bangsa Barat dirintangi oleh agama saja. Peraturan negeri, ilmu kepandaian, ilmu hukum, pendeknya segala ilmu yang menetapkan keamanan dan kesentosaan dengan hukum, yang menetapkan keamanan dan kesentosaan di akhirat, di dalam surga. Oleh sebab itu pulanglah aturan negeri di atas dunia ini kepada yang ahli akan aturan negeri di akhirat itu, ialah pada Pendeta.

Lama kelamaan teranglah bagi mereka itu, bahwa Pendeta itu manusia juga, dan dunia ini bukan akhirat. Maka dibongkarlah kuasanya Pendeta yang begitu hebat. Bersangkutan dengan yang tersebut itu juga, maka dibongkarlah pula kuasanya raja-raja dan bangsawan-bangsawan semuanya dengan pikiran, usaha dan peperangan yang melenyapkan berjuta-juta jiwa manusia. Hasilnya usaha dan pergerakan yang beratus-ratus tahun itu ialah “akuan atas kemerdekaan dan kesamaan tiap-tiap manusia”. Kemerdekaan dan kesamaan tiap-tiap manusia dan keamanan di atas dunia ini sudah ditetapkan dalam ilmu sosialisme. Undang-undang yang dipilih dan disahkan supaya segala harta manusia yang termulia itu jangan dianiaya, atau dirusakkan, ialah Parlemen, (kata kaum Modal) dan pada masa ini gandengannya yaitu Soviet.

Sedangkan bangsa Barat sudah sampai pada keyakinan, bahwa otak dan hati itulah harta yang setinggi-tingginya dan di atas dunia ini tidak saja mungkin (bisa), tetapi harus datangnya damai dan kesentosaan, maka bangsa Timur masih tinggal di kungkung (diikat) oleh adat, masih tinggal mengejar akhirat saja dan menyia-nyiakan dunia ini masih dibelenggu oleh beberapa kepercayaan. Semua ini melemahkan tenaga, usaha dan kesayangan terhadap kepada dunia ini, yang penuh dengan pelbagai-bagai harta yang tiada terpermanai indah dan mulianya, serta menumpulkan pikiran dan perhatian kita. Apabila kita sekarang merasa dan melihat kemegahan otak dan hati yang dipersunting bangsa Barat itu, maka sambil dalam keheranan kita melihat kapal di atas udara dan dalam laut, mesin-mesin, dan kereta-kereta, telephone dan telegraf, menolelah kita ke-barat dan berbisik-bisik Parlemen atau Soviet?

Ya, Parlemen atau Soviet. Keduanya buah sengsara dan azab manusia berpuluh beratus tahun, jasa dari usaha dan korban nyawa ratusnya manusia yang suci dan mulia. Keduanya bagi kita harta yang tiada ternilai tetapi semata-mata baru. Itulah maksud kita hendak memeriksa dan perkakas ilmu yang tiada cukup, manakah di antara pelita Barat yang dua itu, sekarang tiba-tiba menyilaukan mata kita, yang sempurna sinarnya untuk jalan kemerdekaan dan kemuliaan kita.

 


PENGANTAR PENERBIT
DAFTAR ISI
BAB I: PARLEMEN SEBAGAI PERKAKAS SAJA DARI YANG MEMERINTAH