Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat

V.I. Lenin (1918)


Apa itu Internasionalisme?

 

Kautsky benar-benar yakin bahwa dia adalah seorang internasionalis dan menyebut dirinya demikian. Orang-orang seperti Scheidemann dia sebut “kaum sosialis pemerintah”. Dalam membela kaum Menshevik (dia tidak secara terbuka menyatakan solidaritasnya dengan mereka, tetapi dia dengan setia mengekspresikan pandangan-pandangan mereka), Kautsky telah menunjukkan dengan kejelasan yang sempurna “internasionalisme” macam apa yang dia anut. Dan karena Kautsky tidak sendirian, dan dia adalah juru bicara dari sebuah tendensi yang secara tak terelakkan tumbuh berkembang di dalam atmosfer Internasional Kedua (Longuet di Prancis, Turati di Italia, Nobs dan Grimm, Graber dan Name di Swiss, Ramsay MacDonald di Inggris, dsb.), akan berguna kalau kita membahas “internasionalisme”nya Kautsky.

Setelah menekankan bahwa kaum Menshevik juga menghadiri Konferensi Zimmerwald[1] (sebuah ijazah, tentunya, tetapi … sebuah ijazah yang ternoda), Kautsky memaparkan pandangan-pandangan Menshevik, yang mana dia setujui, sebagai berikut:

“… Kaum Menshevik menginginkan sebuah perdamaian umum. Mereka menginginkan semua pihak yang berperang untuk mengadopsi formula: menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang. Sampai kondisi ini tercapai, angkatan bersenjata Rusia, menurut pandangan ini, harus siap sedia untuk berperang. Kaum Bolshevik, di pihak lain, menuntut perdamaian segera dengan cara apapun; mereka siap, bila diperlukan, untuk menandatangani perjanjian perdamaian secara terpisah; mereka mencoba memaksakan ini dengan meningkatkan kekacauan di dalam angkatan bersenjata, yang sudah cukup parah” (hal. 27). Menurut pendapat Kautsky, kaum Bolshevik tidak seharusnya merebut kekuasaan, dan seharusnya puas saja dengan Majelis Konstituante.

Jadi, internasionalisme Kautsky dan kaum Menshevik pada akhirnya berarti ini: mereka menuntut reforma-reforma dari pemerintahan borjuis imperialis, tetapi terus mendukungnya, dan terus mendukung perang yang dikobarkan oleh pemerintahan ini sampai semua pihak yang berperang menerima formula menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang. Cara pandang ini berulang kali diekspresikan oleh Turati, dan oleh para pendukung Kautsky (Haase dan lainnya), dan oleh Longuet dkk., yang menyatakan bahwa mereka berdiri untuk pembelaan tanah air.

Secara teoritis, ini menunjukkan ketidakmampuan untuk memisahkan diri dari kaum sovinis-sosial dan kebingungan dalam masalah pembelaan tanah air. Secara politik, ini berarti menggantikan internasionalisme dengan nasionalisme borjuis-kecil, membelot ke kamp reformis dan mencampakkan revolusi.

Dari sudut pandang proletariat, mengakui “pembelaan tanah air” berarti membenarkan perang hari ini, mengakui bahwa perang ini adalah sah. Dan karena perang ini adalah perang imperialis (di bawah pemerintahan monarkis maupun republik), tidak peduli negeri mana – negeri saya atau negeri lainnya – di mana pasukan-pasukan tentara musuh ada, mengakui pembelaan tanah air berarti, secara faktual, mendukung kaum borjuis imperialis, dan sepenuhnya mengkhianati sosialisme. Di Rusia, bahkan di bawah Kerensky, di bawah republik demokratik-borjuis, perang ini masihlah perang imperialis, karena perang ini dikobarkan oleh kaum borjuasi sebagai kelas penguasa (dan perang adalah “kelanjutan politik”); dan ekspresi yang paling jelas dari karakter imperialis peperangan ini adalah perjanjian-perjanjian rahasia untuk membagi-bagi dunia dan penjarahan negeri-negeri lain yang telah disepakati oleh Tsar dengan kapitalis di Inggris dan Prancis.

Kaum Menshevik menipu rakyat dengan cara yang paling menjijikkan dengan menyebut perang ini sebagai perang defensif atau revolusioner. Dan dengan menyetujui kebijakan Menshevik, Kautsky setuju dengan penipuan terhadap rakyat ini. Kautsky menyetujui peran yang dimainkan oleh borjuis kecil dalam membantu kapital untuk menipu buruh dan mengikat mereka ke kereta perang imperialis. Kautsky mendukung kebijakan yang bersifat borjuis-kecil, kebijakan yang filistin dengan berpura-pura (dan mencoba membuat rakyat percaya) bahwa mengedepankan sebuah slogan akan mengubah posisi mereka yang sesungguhnya. Seluruh sejarah demokrasi borjuis menyangkal ilusi ini. Kaum demokrat borjuis selalu mengedepankan segala macam “slogan” untuk menipu rakyat. Yang terpenting adalah menguji ketulusan mereka, untuk membandingkan kata-kata mereka dengan tindakan-tindakan mereka, dan tidak menjadi puas dengan frase-frase yang idealistis atau yang menipu, tetapi berpijak pada realitas kelas. Sebuah perang imperialis tidak berhenti menjadi imperialis ketika para penipu atau filistin borjuis-kecil mengedepankan slogan-slogan “sentimentil”, tetapi hanya ketika kelas yang mengobarkan perang imperialis ini,  dan yang terikat pada perang ini oleh jutaan benang (dan bahkan tali) ekonomi,  benar-benar ditumbangkan dan digantikan dengan kelas yang benar-benar revolusioner, yakni kelas proletariat. Tidak ada cara lain untuk keluar dari perang imperialis, dan juga keluar dari perdamaian imperialis yang predatoris.

Dengan menyetujui kebijakan luar negeri kaum Menshevik, dan menyatakannya internasionalis dan bersemangat Zimmerwald, Kautsky, pertama-tama, mengungkapkan kebangkrutan total dari mayoritas Zimmerwald yang oportunis (tidak heran kalau kami, Zimmerwald Kiri[2], segera memisahkan diri kami dari mayoritas tersebut), dan kedua – dan ini yang terutama – dia menyebrang dari posisi proletariat ke posisi borjuis kecil, dari revolusioner ke reformis.

Proletariat berjuang untuk penumbangan revolusioner kaum borjuis imperialis. Kaum borjuis kecil berjuang untuk “perbaikan” reformis dari imperialisme, untuk beradaptasi, sementara bertekuk lutut kepadanya. Ketika Kautsky masihlah seorang Marxis, misalnya pada 1909, ketika dia menulis “Road to Power” (Jalan Menuju Kekuasaan), dia mengedepankan gagasan bahwa peperangan niscaya akan membawa kita ke revolusi, dan dia berbicara mengenai era revolusi yang semakin dekat. Manifesto Basel 1912 dengan jelas dan tegas berbicara mengenai revolusi proletariat dalam hubungannya dengan perang imperialis antara Jerman dan Inggris, yang akhirnya benar-benar meledak pada 1914. Tetapi pada 1918, ketika revolusi-revolusi sungguh-sungguh terjadi, Kautsky, alih-alih menjelaskan bahwa mereka adalah hal yang tak terelakkan, alih-alih memikirkan taktik-taktik revolusioner dan cara untuk mempersiapkan revolusi, dia malah mulai menggambarkan taktik-taktik reformis kaum Menshevik sebagai internasionalis. Bukankah ini pengkhianatan?

Kautsky memuji kaum Menshevik yang bersikeras ingin mempertahankan kekuatan perang dari angkatan bersenjata, dan dia menyalahkan kaum Bolshevik karena telah memperparah “kekacauan angkatan bersenjata”, yang sudah kacau balau. Ini berarti memuji reformisme dan berkapitulasi pada borjuasi imperialis, dan menyalahkan serta menyangkal revolusi. Karena di bawah rejim Kerensky, mempertahankan kekuatan perang angkatan bersenjata berarti menjaga keberadaannya di bawah komando borjuis (walaupun republiken). Semua orang tahu, dan jalannya peristiwa telah memberikan konfirmasi yang jelas, bahwa angkatan bersenjata republiken ini mempertahankan semangat Kornilov karena para perwira tingginya adalah orang-orang Kornilov. Para perwira borjuis tidak bisa tidak menjadi orang-orang Kornilov; mereka tidak bisa tidak cenderung ke imperialisme dan menindas proletariat dengan kekerasan. Semua taktik Menshevik dalam prakteknya berarti membiarkan seluruh fondasi perang imperialis dan seluruh fondasi kediktatoran borjuis utuh, menambal sulam hal-hal detil yang remeh temeh (“reforma-reforma”).

Di lain pihak, tidak ada satu pun revolusi besar yang pernah terjadi, atau akan pernah terjadi, tanpa “kekacau-balauan” di dalam tubuh angkatan bersenjata. Karena angkatan bersenjata adalah instrumen penjaga rejim lama yang paling tua dan kaku, benteng kedisiplinan borjuis yang paling kuat, yang mempertahankan kekuasaan kapital, dan mempertahankan dan memperkuat di antara rakyat pekerja semangat penghambaan pada kapital. Kontra-revolusi tidak pernah menoleransi, dan tidak akan pernah bisa menoleransi keberadaan rakyat yang bersenjata. Di Prancis, Engels menulis, di setiap revolusi kaum buruh muncul dengan senjata di tangannya, “oleh karenanya, pelucutan buruh adalah tugas pertama dari kaum borjuasi, yang ada di pucuk kepemimpinan negara.”[3] Buruh yang bersenjata adalah embrio dari sebuah angkatan bersenjata yang baru, nukleus terorganisasi dari sebuah tatanan sosial yang baru. Tugas pertama dari kaum borjuasi adalah menghancurkan nukleus ini dan mencegahnya tumbuh. Tugas pertama dari setiap revolusi yang menang, seperti yang ditekankan berulang kali oleh Marx dan Engels, adalah untuk menghancurkan angkatan bersenjata yang lama, membubarkannya, dan menggantikannya dengan angkatan bersenjata yang baru.[4] Sebuah kelas sosial yang baru, ketika ia naik ke tampuk kekuasaan, tidak akan pernah bisa merebut kekuasaan dan mempertahankannya tanpa membubarkan sepenuhnya angkatan bersenjata yang lama (“Kekacau-balauan!” teriak kaum filistin reaksioner yang penakut mengenai ini), tanpa melalui sebuah periode yang paling sulit dan menyakitkan di mana tidak ada angkatan bersenjata (Revolusi Prancis juga melalui periode yang sulit ini), dan perlahan-lahan membangun, di tengah peperangan sipil yang sulit, sebuah angkatan bersenjata yang baru, sebuah kedisiplinan yang baru, sebuah organisasi militer yang baru dari kelas yang baru. Sebelumnya Kautsky sang sejarawan memahami ini. Sekarang, Kautsky sang pengkhianat telah melupakan ini.

Kautsky tidak punya hak untuk memanggil para Scheidemann sebagai “kaum sosialis pemerintahan” bila dia mendukung taktik kaum Menshevik di revolusi Rusia. Dengan mendukung Kerensky dan bergabung ke dalam kabinetnya, kaum Menshevik juga adalah kaum sosialis pemerintah. Kautsky tidak dapat menghindari kesimpulan ini bila dia mengedepankan pertanyaan kelas penguasa mana yang sedang mengobarkan perang imperialis ini. Tetapi Kautsky menghindari pertanyaan mengenai kelas penguasa ini, sebuah pertanyaan yang penting sekali bagi seorang Marxis, karena hanya dengan mengedepankan pertanyaan ini seorang pengkhianat akan terekspos.

Para pendukung Kautsky di Jerman, para pendukung Longuet di Prancis, dan Turati dkk. di Italia berargumen seperti ini: sosialisme mensyaratkan kesetaraan, kebebasan dan hak penentuan nasib sendiri di antara bangsa-bangsa, oleh karenanya ketika negeri kami diserang atau ketika pasukan musuh menyerang daerah kami, adalah hak dan tugas dari kaum sosialis untuk mempertahankan negeri mereka. Tetapi secara teoritis, argumen seperti ini adalah entah mengolok-olok sosialisme atau penipuan yang terselubung. Sementara dari sudut pandang politik praktis argumen seperti ini adalah seperti argumen orang kampung yang tak terdidik, yang tidak memahami karakter sosial dan kelas dari perang sekarang ini, dan tidak paham tugas dari sebuah partai revolusioner pada saat perang yang reaksioner.

Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Ini tidak terbantahkan. Tetapi sosialisme menentang kekerasan terhadap manusia secara umum. Selain kaum anarkis Kristen dan kaum Tolstoyan ,  belum ada satu pun orang yang menarik kesimpulan dari ini bahwa sosialisme menentang kekerasan revolusioner. Jadi, berbicara mengenai “kekerasan” secara umum, tanpa memeriksa kondisi-kondisi yang membedakan kekerasan reaksioner dari kekerasan revolusioner, berarti menjadi seorang filistin yang menyangkal revolusi, atau ini berarti menipu diri sendiri dan orang lain dengan sofisme.

Hal yang sama juga benar mengenai kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Setiap perang adalah kekerasan terhadap bangsa-bangsa, tetapi ini tidak mencegah kaum sosialis dari mendukung sebuah perang revolusioner. Karakter kelas dari sebuah perang – ini adalah pertanyaan fundamental yang dihadapi oleh seorang sosialis (bila dia bukanlah seorang pengkhianat). Perang imperialis 1914-1918 adalah sebuah peperangan antara dua kelompok borjuis imperialis untuk membagi-bagi dunia, untuk membagi-bagi harta jarahan, dan untuk menjarah dan mencekik bangsa-bangsa yang kecil dan lemah.  Ini adalah pengkajian mengenai perang yang akan datang yang tertuang di Manifesto Basel pada 1912, dan yang sekarang telah terkonfirmasikan oleh fakta. Siapa pun yang tidak setuju dengan cara pandang ini bukanlah seorang sosialis.

Bila seorang Jerman di bawah rejim Wilhem atau seorang Prancis di bawah rejim Clemenceau mengatakan, “Adalah hak dan tugas saya sebagai seorang sosialis untuk membela negeri saya bila negeri saya diserang oleh musuh”, dia berargumen bukan seperti seperti seorang sosialis, bukan seperti seorang internasionalis, bukan seperti seorang proletar revolusioner, tetapi seperti seorang nasionalis borjuis-kecil. Karena argumen ini mengabaikan perjuangan kelas revolusioner antara buruh dan kapital. Argumen ini mengabaikan pengkajian perang ini secara keseluruhan dari sudut pandang kaum borjuasi dunia dan kaum proletariat dunia, yakni argumen ini mengabaikan internasionalisme. Yang ada hanyalah nasionalisme yang buruk dan sempit. Negeri saya sedang diserang, dan saya hanya peduli ini – inilah argumennya, dan inilah nasionalisme borjuis-kecil yang sempit. Ini sama seperti argumen kekerasan individual, atau kekerasan terhadap seorang individu, di mana seorang berargumen bahwa sosialisme menentang kekerasan dan oleh karenanya saya lebih memilih menjadi seorang pengkhianat daripada dipenjara.

Seorang Jerman, Prancis, atau Italia yang mengatakan: “Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa, oleh karenanya saya membela diri saya sendiri ketika negeri saya diserang”, ia mengkhianati sosialisme dan internasionalisme, karena orang seperti ini hanya melihat “negeri”nya sendiri, dia menaruh kaum borjuasinya “sendiri” di atas segalanya dan tidak memikirkan mengenai relasi-relasi internasional yang membuat perang ini sebuah perang imperialis dan bahwa kaum borjuasinya adalah satu mata rantai di dalam rantai penjarahan imperialis.

Semua kaum filistin dan orang-orang kampung yang bodoh dan tidak terdidik berargumen seperti para pendukung Kautsky, Longuet, Turati dkk.: “Musuh telah menyerang negeri saya, saya hanya peduli ini.”[5]

Kaum sosialis, kaum proletar revolusioner, kaum internasionalis, punya argumen yang berbeda. Dia mengatakan: “Karakter dari sebuah perang (entah itu perang reaksioner atau perang revolusioner) tidak ditentukan oleh siapa yang menyerang, atau di negeri mana “sang musuh” berada; ini ditentukan oleh kelas mana yang mengobarkan perang, dan politik apa yang merupakan kelanjutan dari perang ini. Bila perang ini adalah sebuah perang imperialis yang reaksioner, yakni perang ini dikobarkan oleh dua kelompok borjuis imperialis dunia, yang rakus, predatoris, dan reaksioner, maka setiap kaum borjuasi (bahkan negeri yang terkecil pun) menjadi partisipan dari penjarahan ini. Tugas saya sebagai perwakilan dari proletariat revolusioner adalah untuk menyiapkan revolusi proletar dunia sebagai satu-satunya jalan keluar dari kengerian pembantaian global. Saya harus berargumen, bukan dari sudut pandang negeri ‘saya’ (karena argumen ini adalah argumen dari seorang nasionalis borjuis-kecil yang menyedihkan dan bodoh, yang tidak menyadari bahwa dia tidak ubahnya mainan di tangan kaum borjuasi imperialis), tetapi dari sudut pandang peran saya dalam persiapan, propaganda, dan dalam mempercepat revolusi proletariat dunia.”

Inilah internasionalisme, dan inilah tugas dari kaum internasionalis, kaum buruh revolusioner, dan kaum sosialis yang sejati. Inilah ABC yang telah “dilupakan” oleh Kautsky sang pengkhianat. Dan pengkhianatannya menjadi semakin jelas saat dia bergerak dari mendukung taktik-taktik kaum nasionalis borjuis-kecil (kaum Menshevik di Rusia, pendukung Longuet di Prancis, pendukung Turati di Italia, dan Haase dkk. di Jerman) ke mengkritik taktik-taktik Bolshevik. Ini kritiknya:

“Revolusi Bolshevik didasarkan atas asumsi bahwa revolusi ini akan menjadi titik awal dari revolusi Eropa secara umum, bahwa inisiatif berani dari Rusia akan mendorong kaum proletariat Eropa untuk bangkit.

“Asumsi ini tidak mengindahkan apa bentuk perjanjian perdamaian yang akan ditandatangani oleh Rusia, apa kesukaran dan kehilangan daerah (secara harfiah, mutilasi, Verstümmelungen) yang harus dihadapi oleh rakyat Rusia, dan apa penafsiran hak penentuan nasib bangsa yang akan diberikannya. Ini juga tidak mengindahkan apakah Rusia dapat atau tidak dapat mempertahankan dirinya. Menurut cara pandang ini, revolusi Eropa adalah pertahanan terbaik untuk revolusi Rusia, dan akan membawa hak penentuan nasib sendiri yang sempurna dan sejati bagi seluruh rakyat yang tinggal di Rusia.

“Sebuah revolusi di Eropa, yang akan mendirikan dan mengonsolidasikan sosialisme di sana, juga akan menyingkirkan rintangan-rintangan yang muncul di Rusia dalam memperkenalkan sistem produksi sosialis karena keterbelakangan ekonomi dari negeri ini.

“Semua ini sangatlah logis dan sangatlah berlandasan kuat – hanya bila asumsi utamanya benar, yakni bahwa revolusi Rusia akan memercikkan revolusi Eropa. Tetapi, bagaimana kalau ini salah?

“Sampai sekarang asumsi ini belumlah terbukti. Dan kaum proletar Eropa sekarang dituduh telah mencampakkan dan mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah tuduhan yang dilemparkan ke orang-orang yang tidak diketahui namanya, karena siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku dan tindakan kaum proletariat Eropa?” (hal. 28)

Dan Kautsky lalu menjelaskan panjang lebar bahwa Marx, Engels dan Bebel telah lebih dari sekali keliru mengenai tibanya revolusi yang sebelumnya mereka antisipasi, tetapi mereka tidak pernah mendasarkan taktik-taktik mereka pada pengharapan akan revolusi pada “tanggal tertentu” (hal. 29), sementara, katanya, kaum Bolshevik “mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, pada revolusi Eropa”.

Kami sengaja mengutip baris-baris yang panjang ini untuk menunjukkan kepada para pembaca kami “talenta” Kautsky dalam memalsukan Marxisme, di mana dia menggantikan Marxisme dengan cara pandang filistinnya yang reaksioner dan dangkal.

Pertama, Kautsky melekatkan pada kaum Bolshevik sebuah gagasan yang jelas-jelas bodoh, dan lalu mengecam gagasan tersebut. Ini adalah taktik yang digunakan oleh orang yang tidak terlalu cerdas. Bila kaum Bolshevik mendasarkan taktik mereka pada harapan terjadinya revolusi di negeri-negeri lain pada tanggal tertentu, ini sungguh adalah kebodohan. Tetapi Partai Bolshevik tidak pernah bersalah atas kebodohan seperti itu. Di surat saya kepada kaum buruh Amerika (20 Agustus, 1918), saya dengan jelas menyangkal gagasan bodoh ini, dengan mengatakan bahwa kita bergantung pada revolusi Amerika, tetapi bukan pada tanggal tertentu. Saya menulis panjang lebar mengenai gagasan ini lebih dari sekali di dalam polemik saya dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri dan kaum “Komunis Kiri” (Januari-Maret 1918). Kautsky telah melakukan pemalsuan yang sangat cerdik dalam melakukan kritiknya terhadap Bolshevisme. Kautsky telah mencampur aduk taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat, tetapi bukan pada tanggal tertentu, dengan taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa pada tanggal tertentu. Sungguh sebuah pemalsuan yang sangat cerdik!

Taktik yang belakangan [berdasarkan pengharapan akan revolusi pada tanggal tertentu – Ed.] sangatlah bodoh. Taktik yang pertama [berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat – Ed.] adalah taktik yang wajib bagi seorang Marxis, bagi setiap proletar revolusioner dan internasionalis. Ini adalah taktik yang wajib karena taktik ini mempertimbangkan secara Marxis situasi objektif yang menyebabkan perang ini di seluruh Eropa, dan taktik ini sesuai dengan tugas internasional kaum proletariat.

Kautsky menggantikan masalah fondasi taktik revolusioner secara umum dengan masalah remeh temeh mengenai kekeliruan kaum Bolshevik. Dengan ini, dia telah dengan sangat cerdik menolak semua taktik revolusioner.

Seorang pengkhianat dalam politik, Kautsky bahkan tidak mampu secara teoritis mengedepankan pertanyaan mengenai syarat-syarat objektif taktik revolusioner.

Dan ini membawa kita ke poin kedua.

Kedua, adalah kewajiban bagi seorang Marxis untuk berharap pada revolusi Eropa bila ada situasi revolusioner. Adalah ABC Marxisme bahwa taktik proletariat sosialis tidak bisa sama ketika ada situasi revolusioner dan ketika tidak ada situasi revolusioner.

Bila Kautsky mengedepankan pertanyaan ini, yang wajib bagi seorang Marxis, maka dia akan menemukan bahwa jawabannya sungguh bertentangan dengan dia. Jauh sebelum perang, semua kaum Marxis dan semua kaum sosialis setuju bahwa sebuah peperangan Eropa akan menciptakan sebuah situasi revolusioner. Kautsky sendiri, sebelum dia menjadi seorang pengkhianat, jelas-jelas dan dengan tegas mengakui ini – pada 1902 (di karyanya “Social Revolution”) dan pada 1909 (di karyanya “Road to Power”). Ini juga diakui atas nama seluruh Internasional Kedua di dalam Manifesto Basel. Tidak mengherankan kalau para sosial-sovinis dan pendukung Kautsky (kaum “Sentris”, yakni mereka yang terombang-ambing antara revolusi dan oportunisme) dari semua negeri menghindari deklarasi Manifesto Basel seperti wabah!

Jadi, harapan atas berkembangnya situasi revolusioner di Eropa bukanlah harapan hanya dari kaum Bolshevik, tetapi ini adalah pendapat umum dari semua Marxis. Ketika Kautsky mencoba lari dari kebenaran yang tak terbantahkan ini dengan menggunakan kalimat-kalimat seperti kaum Bolshevik “selalu percaya akan kemahakuasaan dari kekerasan dan kehendak”, dia sebenarnya menggunakan frase kosong yang berisik untuk menutup-nutupi pengelakannya, yakni pengelakan yang memalukan, dari pertanyaan mengenai situasi revolusioner.

Apakah situasi revolusioner telah datang atau belum? Kautsky tidak mampu mengedepankan pertanyaan ini. Fakta-fakta ekonomi telah memberikan jawabannya: bencana kelaparan dan kehancuran yang diciptakan di mana-mana oleh perang berarti ada situasi revolusioner. Fakta-fakta politik juga menyediakan jawaban: semenjak 1915 sebuah proses perpecahan telah terjadi di semua negeri di dalam partai-partai sosialis lama yang telah membusuk, sebuah proses di mana massa proletariat bergeser ke kiri menjauhi para pemimpin sosial-sovinis, bergerak menuju gagasan-gagasan revolusioner dan pemimpin-pemimpin revolusioner.

Hanya orang yang membenci revolusi dan mengkhianatinya dapat gagal untuk melihat fakta-fakta pada tanggal 5 Agustus 1918, ketika Kautsky sedang menulis pamflet ini. Dan sekarang, pada akhir Oktober 1918, revolusi sedang berkembang di sejumlah negeri-negeri Eropa, dan berkembang di depan mata semua orang dan dengan sangat cepat. Kautsky “sang revolusioner”, yang masih ingin dianggap sebagai seorang Marxis, telah membuktikan dirinya sebagai seorang filistin yang rabun jauh, yang, seperti para filistin yang diolok-olok Marx pada 1847, tidak mampu melihat revolusi yang sedang datang!

Sekarang ke poin ketiga.

Ketika, apa yang harus menjadi fitur-fitur spesifik dari taktik revolusioner ketika ada situasi revolusioner di Eropa? Setelah menjadi seorang pengkhianat, Kautsky tidak berani mengajukan pertanyaan ini, yang wajib diajukan oleh seorang Marxis. Kautsky berargumen seperti seorang borjuis kecil yang tipikal, seorang filistin, atau seperti seorang petani yang tak berpendidikan: apakah “Revolusi Eropa secara umum” telah dimulai atau belum? Bila sudah, maka dia juga siap menjadi seorang revolusioner! Tetapi, kalau demikian maka setiap bajingan (seperti para bajingan yang sekarang kadang-kadang menempelkan diri mereka ke kaum Bolshevik yang telah menang) akan menyatakan dirinya sebagai seorang revolusioner!

Bila revolusi Eropa belum dimulai, maka Kautsky akan memalingkan punggungnya ke revolusi! Kautsky tidak punya secuil pun pemahaman bahwa seorang Marxis revolusioner membedakan dirinya dari kaum filistin dan borjuis kecil dari kemampuannya untuk menyampaikan kepada massa yang tak-terdidik bahwa revolusi yang menjadi matang adalah hal yang diperlukan, untuk membuktikan bahwa ini adalah hal yang tak-terelakkan, untuk menjelaskan keuntungannya bagi rakyat, dan untuk mempersiapkan kaum proletariat dan semua rakyat pekerja dan tertindas untuk situasi ini.

Kautsky mengatakan bahwa kaum Bolshevik konyol karena mereka mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, yakni pada Revolusi Eropa yang akan bergulir pada tanggal tertentu. Kekonyolan ini telah berbalik menyerang Kautsky, karena kesimpulan logis dari argumennya adalah bahwa taktik kaum Bolshevik hanya akan benar kalau revolusi Eropa terjadi pada 5 Agustus 1918! Inilah tanggal yang disebutkan oleh Kautsky ketika dia menulis pamfletnya. Dan ketika, beberapa minggu setelah 5 Agustus ini, telah menjadi jelas kalau revolusi sedang tiba di sejumlah negeri-negeri Eropa, seluruh pengkhianatan Kautsky, seluruh pemalsuannya terhadap Marxisme, dan ketidakmampuannya untuk bernalar atau bahkan mengajukan pertanyaan secara revolusioner, telah terungkap dengan sangat jelas!

Ketika kaum proletar Eropa dituduh berkhianat, Kautsky menulis bahwa tuduhan ini dilemparkan ke orang-orang tidak bernama.

Kau keliru, Tn. Kautsky! Bercerminlah dan kau akan melihat “orang-orang tidak bernama” tersebut. Kautsky pura-pura naif dan tidak paham siapa yang melemparkan tuduhan tersebut, dan apa arti tuduhan tersebut. Namun pada kenyataan, Kautsky tahu dengan sangat jelas bahwa tuduhan tersebut dilemparkan oleh kaum “Kiri” Jerman, oleh kaum Spartakus (Partai Komunis Jerman – Ed.), oleh Liebknecht[6] dan kawan-kawannya. Tuduhan ini mengekspresikan pemahaman jelas akan kenyataan bahwa kaum proletariat Jerman telah mengkhianati revolusi Rusia (dan dunia) ketika ia mencekik Finlandia, Ukraina, Latvia dan Estonia. Tuduhan ini terutama dilemparkan, bukan kepada massa yang selalu tertindas, tetapi kepada para pemimpin, seperti para Scheidemann dan Kautsky, yang gagal dalam tugas mereka untuk melakukan agitasi revolusioner, propaganda revolusioner, kerja revolusioner di antara massa untuk menggerakkan mereka. Para pemimpin ini pada kenyataannya bekerja melawan insting dan aspirasi revolusioner yang selalu bersinar di dalam benak massa kelas tertindas.  Para Scheidemann secara terbuka, vulgar, sinis, dan kebanyakan demi kepentingan pribadi mereka mengkhianati kaum proletariat dan membelot ke sisi borjuasi. Kautsky dan para pendukung Longuet melakukan hal yang sama, hanya saja dengan ragu-ragu dan tersendat-sendat, dan seperti pengecut selalu melirik ke pihak yang lebih kuat pada saat itu. Di semua tulisan-tulisannya selama perang Kautsky mencoba memadamkan semangat revolusioner, dan bukannya mengembangkannya dan membuatnya lebih besar.

Kautsky bahkan tidak memahami signifikansi teoritis, dan signifikansi agitasi dan propaganda yang bahkan lebih besar, dari “tuduhan” bahwa kaum proletariat Eropa telah mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah monumen historis dari kebodohan filistin dari para pemimpin resmi Sosial-Demokrasi! Kautsky tidak paham bahwa karena sensor di bawah rejim “Reich” Jerman “tuduhan” ini mungkin adalah satu-satunya bentuk di mana kaum sosialis Jerman yang belum berkhianat – yakni Liebknecht dan kawan-kawannya – dapat menyatakan seruan mereka kepada para buruh Jerman untuk menumbangkan para Scheidemann dan Kautsky, untuk menyingkirkan “para pemimpin” ini, untuk membebaskan diri mereka dari propaganda yang membodohi mereka, untuk bangkit memberontak tanpa “para pemimpin” ini, dan bergerak melangkahi mereka untuk menuju revolusi!

Kautsky tidak memahami ini. Dan bagaimana mungkin dia bisa memahami taktik kaum Bolshevik? Dapatkah seseorang yang telah menyangkal revolusi secara umum diharapkan untuk mengkaji dan mempertimbangkan kondisi-kondisi perkembangan revolusi di salah satu kasus yang paling “sulit”?

Taktik-taktik kaum Bolshevik adalah taktik-taktik yang tepat; mereka adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka bukan didasarkan atas ketakutan terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas “ketidakpercayaan” filistin terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas keinginan nasionalis yang sempit untuk membela “tanah air” diri sendiri (tanah air kaum borjuasi mereka sendiri), sementara tidak “peduli sama sekali” pada hal-hal lain. Namun taktik-taktik Bolshevik berdasarkan estimasi yang tepat mengenai situasi revolusioner di Eropa (sebelum perang dan sebelum pengkhianatan kaum sosial-sovinis dan sosial-pasifis, estimasi ini diterima oleh semua pihak). Taktik-taktik Bolshevik adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka melakukan segala hal yang memungkinkan di satu negeri demi perkembangan dan kebangkitan revolusi di negeri-negeri lain. Taktik-taktik ini telah dibenarkan oleh keberhasilan mereka yang besar, karena Bolshevisme (bukan karena jasa kaum Bolshevik Rusia saja, tetapi karena simpati mendalam dari rakyat di mana-mana atas taktik-taktik yang revolusioner dalam praktek) telah menjadi Bolshevisme dunia, telah menghasilkan sebuah gagasan, sebuah teori, sebuah program dan taktik-taktik yang berbeda secara konkret dan praktek dari sosial-sovinisme dan sosial-pasifisme. Bolshevisme telah meluluhlantakkan Internasional lama dan busuk dari para Scheidemann dan Kautsky, Renaudel dan Longuet, Henderson dan MacDonalds, yang dari sekarang akan saling menyerang, bermimpi mengenai “persatuan” dan mencoba untuk membangkitkan kembali sebuah mayat. Bolshevisme telah menciptakan fondasi ideologi dan taktik dari Internasional Ketiga, dari sebuah Internasional yang sungguh-sungguh proletariat dan Komunis, yang akan mempertimbangkan pencapaian-pencapaian dari masa damai serta pengalaman dari masa revolusi, yang telah dimulai.

Bolshevisme telah mempopulerkan gagasan “kediktatoran proletariat” ke seluruh penjuru dunia, telah menerjemahkan kata-kata ini dari Latin, pertama ke bahasa Rusia dan lalu ke semua bahasa di dunia, dan telah menunjukkan dengan contoh pemerintahan Soviet bahwa kaum buruh dan tani miskin, bahkan yang dari negeri terbelakang, bahkan yang punya pengalaman, pendidikan dan kebiasaan berorganisasi yang paling sedikit, telah mampu dalam satu tahun ini, di tengah kesulitan yang besar dan di tengah perjuangan melawan para penindas (yang didukung oleh kaum borjuasi dari seluruh dunia), mempertahankan kekuasaan rakyat pekerja, menciptakan demokrasi yang jauh lebih tinggi dan luas daripada semua demokrasi yang terdahulu di dunia, dan memulai kerja kreatif dari puluhan juta buruh dan tani untuk membangun sosialisme secara praktikal.

Bolshevisme telah membantu mengembangkan revolusi proletariat di Eropa dan Amerika dengan lebih baik daripada partai manapun. Kaum buruh di seluruh dunia semakin hari menjadi semakin sadar bahwa taktik para Scheidemann dan Kautsky belumlah membebaskan mereka dari perang imperialis dan perbudakan-upah, dan bahwa taktik ini tidak dapat menjadi model untuk semua negeri. Dan massa buruh di semua negeri semakin menyadari bahwa Bolshevisme telah menunjukkan jalan keluar dari kengerian perang dan imperialisme, dan bahwa Bolshevisme dapat menjadi model taktik untuk semua negeri.

Tidak hanya Revolusi Eropa, tetapi revolusi proletariat sedunia sedang menjadi semakin matang di depan mata semua orang, dan ini telah dibantu, dipercepat, dan didukung oleh kemenangan kaum proletariat di Rusia. Semua ini tidak cukup untuk kemenangan mutlak sosialisme, katamu? Tentu saja ini tidak cukup. Satu negeri saja tidak akan bisa. Tetapi satu negeri ini, karena terbentuknya pemerintahan Soviet, telah melakukan begitu banyak hal, sehingga kalau pemerintahan Soviet di Rusia diremukkan oleh imperialisme dunia esok harinya, katakanlah karena perjanjian antara imperialisme Jerman dan Anglo-Prancis – bahkan dalam skenario yang paling buruk ini – taktik-taktik Bolshevik masih akan sangat berguna bagi sosialisme dan membantu perkembangan revolusi dunia.


Catatan

[1] Konferensi Zimmerwald adalah konferensi yang diselenggarakan oleh kaum sosial-demokrat yang tidak mendukung Perang Dunia Pertama. Konferensi ini diselenggarakan dari 5 sampai 8 September 1915 di Zimmerwald, Swiss.

[2] Zimmerwald Kiri terdiri dari delegasi-delegasi dari Komite Pusat Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia, Sosial-Demokrat Kiri Swedia, Norwegia, Swiss dan Jerman, Sosial-Demokrat Oposisi Polandia, dan sejumlah Sosial-Demokrat dari daerah Latvian. Dipimpin oleh Lenin, kelompok Zimmerwald Kiri memimpin polemik melawan mayoritas Sentris di Konferensi Zimmerwald dan mendorong resolusi-resolusi untuk mengutuk Perang Dunia Pertama, dan mengekspos pengkhianatan kaum sovinis-sosial, dan menyerukan perlunya melakukan perjuangan yang aktif melawan perang ini. Draf-draf resolusi ini ditolak oleh mayoritas Sentris.

Akan tetapi, kelompok Zimmerwald Kiri berhasil memasukkan sejumlah poin penting dari draf resolusinya ke dalam manifesto yang diadopsi oleh Konferensi. Menganggap bahwa manifesto ini adalah langkah pertama dalam perjuangan melawan Perang Dunia I, kelompok Zimmerwald Kiri mendukungnya. Mereka juga menerbitkan pernyataan yang menjelaskan kekurangan dan ketidak-konsistenan dari manifesto tersebut dan mengapa mereka mendukungnya. Mereka menyatakan bahwa walaupun mereka tetap akan berada di dalam organisasi Zimmerwald, mereka tetap akan menyebarkan gagasan-gagasan mereka dan bekerja secara independen dalam skala internasional. Kelompok Zimmerwald Kiri memilih badan eksekutif: Lenin, Zinoviev, dan Radek. Mereka menerbitkan sebuah koran bernama Vorbote di Jerman, yang menerbitkan sejumlah artikel Lenin. Kaum Bolshevik memimpin kelompok ini. Zimmerwald Kiri segera menjadi pusat persatuan dari elemen-elemen internasionalis dari Sosial Demokrasi sedunia. Kaum Sosial-Demokrat di berbagai negeri yang tergabung dalam Zimmerwald Kiri melakukan kerja revolusioner dan memainkan peran penting dalam pembentukan partai-partai Komunis di negeri mereka.

[3] Lenin mengutip dari Kata Pengantar Engels untuk Perang Sipil di Prancis oleh Marx (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 475).

[4] Karl Marx, Perang Sipil di Prancis (Marx dan Engels, Selected Works, Moskow, 1962, Vol. I, hal. 518-19).

[5] Leo Tolstoy (1828-1910) adalah seorang novelis Rusia terkemuka yang terkenal dengan novelnya “Anna Karenina” dan “Perang dan Perdamaian”.  Dia adalah seorang Kristen anarkis dan anarko-pasifis, dan pendukung gagasan perjuangan damai tanpa kekerasan.

[6] Kaum sosial-sovinis (para Scheidemann, Renaudel, Henderson, Gomperses, dll.) sama sekali menolak berbicara mengenai “Internasional” selama perang. Mereka menganggap musuh-musuh dari borjuasi “mereka” sebagai “pengkhianat” terhadap … sosialisme. Mereka mendukung kebijakan penjajahan kaum borjuasi mereka. Kaum sosial-pasifis (yakni kaum sosialis di mulut, tetapi pasifis borjuis-kecil dalam praktek) menyatakan berbagai macam sentimen “internasionalis”, protes terhadap aneksasi, dll. Tetapi dalam praktek mereka terus mendukung borjuis imperialis mereka sendiri. Perbedaan antara dua macam orang seperti ini tidaklah penting; ini seperti perbedaan antara dua kapitalis – yang satu dengan kata-kata pahit di mulutnya, yang satu lagi dengan kata-kata manis. – Lenin.

[7] Karl Liebknecht (1871-1919) adalah pemimpin Marxis Jerman dan salah satu pendiri Partai Komunis Jerman. Dia adalah rekan dekat Rosa Luxemburg yang setia melawan revisionisme dan reformisme di dalam gerakan buruh Jerman. Bersama dengan Rosa, dia diculik pada tanggal 15 Januari 1919 dan dibunuh dengan kejam oleh kekuatan reaksi di Jerman yang dibantu oleh para pemimpin sosial demokrasi Jerman.