Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat

V.I. Lenin (1918)


Konstitusi Soviet

 

Seperti yang telah saya jelaskan di atas, perampasan hak pilih dari kaum borjuasi bukanlah fitur yang niscaya dari kediktatoran proletariat. Dan di Rusia, kaum Bolshevik, yang jauh sebelum Revolusi Oktober telah mengedepankan slogan kediktatoran proletariat, tidak mengatakan apapun sebelumnya mengenai merampas hak pilih dari kaum pengeksploitasi. Aspek kediktatoran ini tidak muncul “sesuai dengan rencana” dari partai manapun; ia muncul dengan sendirinya seiring jalannya perjuangan. Tentu saja, Kautsky sang sejarawan gagal untuk menyadari ini. Dia gagal untuk memahami bahwa bahkan ketika kaum Menshevik (yang berkompromi dengan borjuasi) masih menguasai Soviet-soviet, kaum borjuasi memisahkan diri mereka dari Soviet-soviet atas kehendak mereka sendiri, memboikotnya, dan menentangnya dan berintrik melawannya. Soviet muncul tanpa konstitusi apapun dan eksis tanpa konstitusi lebih dari satu tahun (dari musim semi 1917 sampai musim panas 1918). Kemurkaan kaum borjuasi terhadap organisasi independen dan mahakuasa (karena organisasi ini inklusif) dari rakyat tertindas ini; perlawanan yang kotor, tak-berprinsip dan egois yang dikobarkan oleh kaum borjuasi terhadap Soviet, dan terakhir, partisipasi aktif (dari kaum Kadet sampai kaum Sosialis-Revolusioner Kanan, dari Milyukov sampai Kerensky) di dalam pemberontakan Kornilov[1] -- semua ini membuka jalan untuk mengeluarkan kaum borjuasi dari Soviet-soviet.

Kautsky telah mendengar mengenai pemberontakan Kornilov, tetapi dia dengan megah menyangkal fakta-fakta sejarah dan alur serta bentuk perjuangan yang menentukan bentuk kediktatoran. Tentu saja, siapa yang peduli dengan fakta ketika berbicara mengenai “demokrasi murni”? Inilah mengapa “kritik” Kautsky terhadap perampasan hak suara kaum borjuasi dipenuhi dengan kenaifan yang manis, yang menyentuh kalau ini ditunjukkan oleh seorang anak kecil, tetapi memuakkan ketika ditunjukkan oleh seorang yang masih bisa berpikir jernih.

“... Bila kaum kapitalis menemui diri mereka sendiri dalam minoritas di bawah pemilu yang universal, mereka akan lebih siap menerima takdir mereka.” (hal. 33) Sungguh memukau bukan? Kautsky yang cerdik telah menyaksikan banyak kasus di dalam sejarah, dan, secara umum, mengetahui dengan sangat baik dari pengamatannya akan kehidupan tuan tanah dan kapitalis yang tunduk pada kehendak mayoritas kaum tertindas. Kautsky yang cerdik menganjurkan “oposisi”, yakni perjuangan parlementer. Ya, inilah yang dia katakan: “oposisi” (hal. 34 dan halaman-halaman lainnya).

Sejarawan dan politisi pintar saya yang terhormat! “Oposisi” adalah sebuah konsep yang berlaku hanya pada masa perjuangan parlementer yang damai, yakni sebuah konsep pada masa non-revolusioner, ketika tidak ada revolusi. Selama revolusi kita harus melawan musuh yang kejam di dalam perang sipil; dan tidak ada satu pun keluhan reaksioner dari seorang borjuis kecil yang gemetar ketakutan akan perang seperti ini, seperti Kautsky, yang akan mengubah kenyataan ini. Untuk memeriksa masalah perang sipil yang kejam dari sudut pandang “oposisi” ketika kaum borjuasi siap melakukan kejahatan apapun -- contoh dari orang-orang Versailles dan perjanjian-perjanjian mereka dengan Bismarck mesti berarti sesuatu bagi setiap orang yang tidak memperlakukan sejarah seperti Petrushka-nya Gogol[2] --- ketika bangsa-bangsa asing datang membantu kaum borjuasi dan berintrik melawan revolusi, adalah sesuatu yang sungguh konyol. Kaum proletariat revolusioner harus mengenakan topi tidur mereka, seperti Kautsky “sang penasihat yang kacau balau”, dan menganggap kaum borjuasi, yang sedang mengorganisir pemberontakan-pemberontakan kontra-revolusioner di Dutov, Krasnov, dan Ceko dan membayar jutaan rubel kepada para penyabot, sebagai “oposisi” legal. Oh, sungguh bijaksana!

Kautsky sangatlah tertarik pada aspek formal dan legal dari masalah yang sedang kita diskusikan, dan membaca analisisnya mengenai Konstitusi Soviet, kita segera teringat kata-kata Bebel: pengacara adalah sepenuhnya reaksioner. Kautsky menulis, “Pada kenyataannya, tidak hanya kapitalis yang hak suaranya akan terampas. Apa itu kapitalis secara legal? Seorang pemilik properti? Bahkan di sebuah negeri yang ekonominya maju seperti Jerman, di mana kaum proletariat sangatlah banyak, pembentukan Republik Soviet akan merampas hak suara dari banyak orang. Pada 1907 di Jerman, bersama dengan keluarga mereka, jumlah orang yang bekerja di tiga sektor besar – pertanian, industri, dan perdagangan – kira-kira 35 juta orang di kelompok pekerja-upahan dan 17 juta di kelompok independen. Oleh karenanya, sebuah partai mungkin mendapatkan mayoritas di antara pekerja-upahan, tetapi hanya minoritas di antara populasi secara keseluruhan.” (hal. 33)

Inilah satu contoh bagaimana Kautsky berargumen. Bukankah ini adalah keluhan kontra-revolusioner dari seorang borjuasi? Tn. Kautsky, mengapa kau memasukkan semua “orang independen” ke kategori orang-orang yang hak pilihnya dibatasi, ketika kau tahu dengan sangat baik bahwa mayoritas besar kaum tani Rusia tidak menyewa pekerja upahan, dan oleh karenanya mereka tidak akan kehilangan hak pilih mereka? Bukankah ini penipuan?

Mengapa kau, seorang ekonom yang terpelajar, tidak mengutip angka-angka yang kau ketahui dengan sangat baik dan yang juga dapat ditemui di laporan-laporan statistik tahun 1907 mengenai pekerja-upahan di pertanian menurut luas sawah? Mengapa kau tidak mengutip angka-angka ini agar para buruh Jerman, yakni para pembaca pamfletmu, dapat melihat berapa banyak kaum pengeksploitasi, dan betapa sedikitnya mereka dibandingkan dengan jumlah total “petani” yang ada di statistik Jerman?

Kau tidak melakukan ini karena pengkhianatanmu telah membuatmu tidak lebih daripada seorang penjilat kaum borjuasi.

Kautsky mengatakan bahwa istilah kapitalis adalah sebuah konsep legal yang tidak jelas, dan di beberapa halaman dia mengecam “ketidakrincian atau kesewenang-wenangan” Konstitusi Soviet. “Akademisi serius” ini tidak keberatan pada kaum borjuasi Inggris yang membutuhkan beberapa abad untuk menyempurnakan konstitusi borjuis yang baru (baru di Abad Pertengahan). Tetapi dia, karena dia adalah perwakilan kacung borjuasi, tidak memberikan waktu kepada kita, kaum buruh dan tani Rusia. Dia menuntut agar kita segera menyempurnakan konstitusi kita sampai ke huruf yang terakhir dalam beberapa bulan.

“Ketidakrincian!” Coba bayangkan betapa dalamnya kepatuhan pada borjuasi dan kebodohan yang terkandung di dalam kecaman seperti ini. Ketika para ahli hukum yang sepenuhnya borjuis dan reaksioner di negeri-negeri kapitalis telah selama puluhan tahun atau ratusan tahun merancang undang-undang yang paling terperinci dan menulis ratusan kitab hukum dan penafsiran hukum untuk menindas buruh, untuk mengikat kaki dan tangan kaum miskin dan meletakkan ribuan halangan dan rintangan di jalan setiap rakyat pekerja jelata – di sini kaum liberal borjuis dan Tn. Kautsky tidak melihat “kesewenang-wenangan”! Ini adalah “hukum” dan “ketertiban”! Cara-cara bagaimana “menundukkan” kaum miskin telah dipikirkan matang-matang dan dikitabkan. Ada ribuan pengacara borjuis dan birokrat (mengenai mereka Kautsky bungkam, mungkin karena menghancurkan mesin birokrasi dianggap sangat penting oleh Marx...) – para pengacara dan birokrat yang tahu bagaimana menafsir hukum sedemikian rupa sehingga buruh dan tani jelata tidak akan pernah bisa bebas dari ikatan kawat berduri hukum. Ini bukanlah “kesewenang-wenangan” dari kaum borjuasi. Ini bukanlah kediktatoran dari kaum pengeksploitasi yang keji dan egois, yang menghisap darah rakyat. Sama sekali bukan! Ini adalah “demokrasi murni”, yang semakin hari menjadi semakin murni.

Tetapi sekarang ketika kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang terpisah dari saudara-saudara mereka di seberang perbatasan akibat peperangan imperialis, telah untuk pertama kalinya membentuk Soviet-soviet mereka sendiri, telah menyerukan kepada rakyat yang sebelumnya ditindas, diinjak-injak dan dibodohkan oleh kaum borjuasi untuk melakukan kerja konstruksi politik, telah dengan tangan mereka sendiri memulai membangun sebuah negara proletariat yang baru, dan di tengah perjuangan yang tajam dan perang sipil yang berkobar telah mulai membuat sketsa dari prinsip-prinsip fundamental sebuah negara tanpa eksploitasi – semua bajingan borjuis, semua lintah darat, bersama-sama dengan Kautsky, melolong mengenai “ketidakrincian”! Betul, bagaimana mungkin orang-orang yang bodoh ini, buruh dan tani ini, “massa liar” ini, dapat menafsirkan hukum mereka? Bagaimana mungkin kaum buruh jelata bisa punya pemahaman mengenai keadilan tanpa nasihat dari pengacara-pengacara yang terdidik, dari para komentator borjuis, dari para Kautsky dan birokrat-birokrat tua yang bijaksana?

Tn. Kautsky mengutip dari pidato saya pada 28 April 1918: “Rakyat sendiri yang akan menentukan prosedur dan waktu pemilu.” Dan Kautsky, sang “demokrat murni” ini, mengambil kesimpulan dari kutipan ini:

“... Oleh karenanya, ini berarti setiap majelis pemilih dapat menentukan prosedur pemilu sekehendak hati mereka. Kesewenang-wenangan dan peluang untuk menyingkirkan oposisi yang tidak dikehendaki di dalam barisan proletariat oleh karenanya akan dilaksanakan secara ekstrem.” (hal. 37)

Baik, apa bedanya ini dengan ocehan dari seorang jurnalis picisan yang dibayar oleh kaum borjuis, yang mengeluh mengenai rakyat pekerja yang menindas buruh yang rajin yang “bersedia bekerja” di saat pemogokan? Mengapa metode borjuis yang birokratis dalam menentukan prosedur pemilu di bawah demokrasi borjuis yang “murni” bukanlah kesewenang-wenangan? Mengapa rasa keadilan di antara massa yang telah bangkit untuk melawan penindas lama mereka dan yang telah terdidik dan tertempa di dalam perjuangan yang tajam ini bisa kurang berharga dibandingkan dengan rasa keadilan dari segelintir birokrat, intelektual, dan pengacara yang dididik di dalam prasangka-prasangka borjuis?

Kautsky adalah seorang sosialis sejati. Jangan berani-berani mempertanyakan ketulusan dari bapak terhormat ini, dari warga negara yang sangat jujur ini. Dia adalah pendukung kuat dan setia kemenangan buruh dan revolusi proletar.  Satu-satunya hal yang dia inginkan adalah para intelektual dan filistin borjuis-kecil yang bermulut manis, yang mengenakan topi tidur, harus terlebih dahulu sebelum massa mulai bergerak, sebelum mereka memulai perjuangan tajam dengan para penindas mereka, dan tentunya tanpa perang sipil, merancang peraturan-peraturan yang terperinci dan moderat untuk perkembangan revolusi ... 

Terbakar oleh kemarahan moral yang dalam, Judas Golovlyov[3] kita yang paling terpelajar ini memberitahu para buruh Jerman bahwa pada 14 Juni 1918, Komite Eksekutif Pusat Soviet Seluruh Rusia memutuskan untuk mengeluarkan para perwakilan Partai Sosialis-Revolusioner Kanan dan Menshevik dari Soviet. Judas Kautsky yang geram menulis, “Kebijakan ini tidaklah diarahkan kepada orang-orang tertentu yang bersalah atas kejahatan yang jelas... Konstitusi Republik Soviet tidak memuat satu kata pun mengenai imunitas para perwakilan Soviet. Bukan orang-orang tertentu, tetapi partai-partai tertentu yang dikeluarkan dari Soviet.” (hal. 37)

Ya, ini sangatlah buruk, sebuah penyimpangan dari demokrasi murni yang tidak dapat ditolerir, menurut peraturan-peraturan revolusi yang dibuat oleh Judas Kautsky kita yang revolusioner. Kami, kaum Bolshevik Rusia, harus pertama-tama menjamin imunitas dari para Savinkov[4] dkk., para Lieberdan[5], pada Potresov (“aktivis”[6]) dkk. Lalu merancang hukum-hukum pidana yang menyatakan bahwa partisipasi di dalam perang kontra-revolusioner di Ceko, atau aliansi dengan imperialis Jerman di Ukraina atau Georgia untuk melawan buruh dari bangsa sendiri, adalah “kejahatan yang dapat dihukum”. Dan hanya setelah itu, di atas basis hukum pidana ini, kita diperbolehkan, sesuai dengan prinsip-prinsip “demokrasi murni”, mengeluarkan “orang-orang tertentu” dari Soviet.  Orang-orang Ceko, yang mendapat uang oleh kapitalis Inggris dan Prancis lewat (dan berkat agitasi) dari para Savinkov, Potresov dan Lieberdan, dan kelompok Krasnov yang mendapat amunisi dari Jerman lewat kaum Menshevik Ukraina dan Tiflis, akan duduk diam menunggu sampai kita siap dengan hukum pidana yang sempurna, dan seperti kaum demokrat paling murni, mereka akan membatasi diri mereka ke dalam peran seorang “oposisi”...

Dada Kautsky juga penuh dengan kegeraman moral karena Konstitusi Soviet merampas hak pilih semua orang yang “menggaji pekerja-upahan dengan tujuan mendapatkan laba”. “Seorang pekerja di rumah, atau seorang majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang ahli,” tulis Kautsky “mungkin hidup dan merasa seperti seorang proletar, tetapi dia tidak dapat memilih.” (hal. 36)

Sungguh sebuah penyelewengan “demokrasi murni”! Sungguh sebuah ketidakadilan! Benar, sampai sekarang semua Marxis telah berpikir – dan ribuan fakta telah membuktikannya – bahwa para majikan kecil adalah pengeksploitasi buruh yang paling kejam dan serakah, tetapi Judas Kautsky kita melihat para majikan kecil ini bukan sebagai sebuah kelas (siapa yang menciptakan teori perjuangan kelas yang jahat ini?) tetapi sebagai individu-individu terpisah, sebagai pengeksploitasi yang “hidup dan merasa seperti seorang proletar. “Si Agnes yang hemat”, yang telah dianggap mati dan sudah lama dikubur, sekarang bangkit hidup kembali di bawah pena Kautsky. “Si Agnes yang hemat” ini diciptakan dan diperkenalkan ke dalam literatur Jerman beberapa dekade yang lalu oleh Eugen Richter, sang demokrat “murni” dan borjuis itu. Dia memprediksikan bahwa kediktatoran proletariat dan penyitaan kapital para pengeksploitasi akan menyebabkan malapetaka yang tak terhingga. Eugen bertanya: secara legal, apa itu seorang kapitalis? Dia mengambil contoh seorang penjahit yang miskin dan hemat (“si Agnes yang hemat”), yang harta bendanya yang sedikit itu dirampas oleh “para diktator proletar” yang kejam. Dulu kala semua kaum Sosial-Demokrat Jerman mengolok-olok “si Agnes yang hemat” ciptaan Eugen Richter ini. Tetapi ini dulu sekali, ketika Bebel, yang sangat blak-blakan mengenai banyaknya kaum liberal di dalam partainya, masih hidup. Ini dulu sekali ketika Kautsky belumlah berkhianat.

Sekarang “si Agnes yang hemat” telah bangkit dari kuburnya di dalam bentuk “majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang-ahli, dan yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”. Kaum Bolshevik yang jahat menindasnya, dan merampas hak suaranya. Seperti yang Kautsky katakan, benar kalau “setiap majelis pemilih” di Republik Soviet dapat menerima masuk seorang majikan kecil yang miskin, kalau misalnya dia bukan seorang pengeksploitasi. Tetapi apakah kita dapat bergantung pada pengetahuan dari kehidupan, dari rasa keadilan bila para buruh dalam pertemuan pabrik bertindak tanpa hukum yang tertulis (sungguh buruk!)? Bukankah lebih baik memberikan hak suara kepada semua pengeksploitasi, kepada semua orang yang mempekerjakan pekerja-upahan, daripada mengambil risiko merampas hak pilih dari “si Agnes yang hemat” dan “para majikan kecil yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”?

***

Biarlah para bajingan pengkhianat yang memuakkan, di tengah tepuk tangan riuh dari kaum borjuasi dan sovinis-sosial,[7] menyerang Konstitusi Soviet kita karena konstitusi tersebut merampas hak suara dari kaum pengeksploitasi! Tidak mengapa karena ini akan mempercepat dan memperlebar perpecahan antara kaum buruh revolusioner dengan para Scheidemann dan Kautsky, para Renaudel dan Longuet, para Henderson dan Ramsay MacDonalds, para pemimpin lama dan pengkhianat lama sosialisme.

Massa kelas-kelas tertindas, para pemimpin proletar revolusioner yang sadar-kelas dan jujur akan ada di sisi kita. Kita cukup mengenalkan kaum proletar seperti itu dengan Konstitusi Soviet kita, dan mereka akan segera mengatakan: “Mereka sungguh adalah kamerad-kamerad kita, ini adalah partai buruh yang sesungguhnya, ini adalah pemerintahan buruh yang sesungguhnya, karena mereka tidak menipu buruh dengan berbicara mengenai reforma-reforma seperti yang dilakukan oleh para pemimpin yang disebut di atas. Mereka melawan kaum pengeksploitasi dengan sungguh-sungguh; mereka membuat revolusi dengan sungguh-sungguh, dan benar-benar berjuang untuk emansipasi buruh yang sepenuhnya.”

Kenyataan bahwa setelah satu tahun “pengalaman” Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa Soviet adalah sungguh-sungguh organisasi kaum tertindas, dan bukan organisasi kaum sosial-imperialis dan sosial-pasifis yang telah menjual diri mereka ke borjuasi. Kenyataan bahwa Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa mereka bukanlah organisasi borjuis-kecil yang berkompromi dengan borjuasi, mereka bukanlah organ parlementer yang hanya mengoceh (seperti orang-orang tipe Kautsky, Longuet, dan MacDonald), tetapi mereka adalah organ proletariat yang sungguh-sungguh revolusioner, yang sedang mengobarkan perjuangan hidup-atau-mati melawan kaum pengeksploitasi.

“Buku Kautsky hampir-hampir tidak dikenal di sini,” seorang kamerad dari Berlin menulis kepada saya beberapa hari yang lalu (hari ini adalah 30 Oktober). Saya akan memberikan nasihat kepada para perwakilan kita di Jerman dan Swiss untuk tidak menghemat uang, dan membeli buku ini dan menyebarkannya secara cuma-cuma kepada para buruh yang sadar-kelas, agar mereka dapat menginjak-injak di lumpur Sosial-Demokrasi “Eropa” ini – baca: imperialis dan reformis – yang lama telah menjadi “mayat busuk”.

***

Di bagian akhir bukunya, pada halaman 61 dan 63, Tn. Kautsky dengan pahit mengeluh bagaimana “teori baru ini (dia menyebut Bolshevisme sebagai teori baru, karena dia takut menyentuh analisis Marx dan Engels mengenai Komune Paris) punya pendukung bahkan di negeri-negeri demokrasi tua seperti Swiss misalnya.” “Sungguh tak dapat dimengerti” bagi Kautsky “bagaimana teori ini dapat diadopsi oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman.”

Tidak, ini cukup dapat dimengerti, karena setelah pelajaran-pelajaran serius mengenai perang massa revolusioner menjadi muak dan letih dengan orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky.

“Kami” selalu mendukung demokrasi, tulis Kautsky, tetapi tiba-tiba kami harus mengutuknya!

“Kami”, kaum oportunis Sosial-Demokrasi, selalu menentang kediktatoran proletariat, dan Kolb dkk. sejak dulu telah memproklamirkan ini. Kautsky tahu akan hal ini dan dengan sia-sia berharap bahwa dia dapat menyembunyikan dari para pembacanya fakta yang jelas ini bahwa dia telah “kembali ke sarang” Bernstein dan Kolb.

“Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah menjadikan demokrasi “murni” (borjuis) sebagai sebuah fetis. Seperti yang diketahui, pada 1903 Plekhanov adalah seorang Marxis revolusioner (di kemudian hari pembelotannya membuat dia menjadi Scheidemann Rusia). Dan pada tahun itu Plekhanov menyatakan di Kongres Partai kami, yang lalu mengadopsi program itu, bahwa di dalam revolusi proletariat dapat, bila diperlukan, merampas hak pilih kaum kapitalis dan membubarkan semua  parlemen yang kontra-revolusioner. Bahwa ini adalah satu-satunya gagasan yang sesuai dengan Marxisme akan menjadi jelas bagi semua orang bahkan dari pernyataan-pernyataan Marx dan Engels yang telah saya kutip di atas. Ini mengalir dari semua prinsip-prinsip fundamental Marxisme.

“Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah di hadapan rakyat membuat pidato-pidato seperti yang gemar dilakukan oleh semua Kautskyite di semua negeri, yang gemetar ketakutan di hadapan borjuasi, beradaptasi pada sistem parlemen borjuis, bungkam mengenai karakter borjuis dari demokrasi modern dan menuntut hanya perluasannya, hanya agar demokrasi dibawa sampai ke kesimpulan logisnya.

“Kami” mengatakan kepada kaum borjuasi: Kalian, pengeksploitasi dan orang munafik, berbicara mengenai demokrasi, sementara di setiap langkah kalian bangun ribuan rintangan untuk mencegah rakyat tertindas berpartisipasi di dalam politik. Kami memegang kata-kata kalian dan, untuk kepentingan rakyat, menuntut perluasan dari demokrasi borjuis milik kalian guna mempersiapkan rakyat untuk revolusi yang akan menumbangkan kalian para pengeksploitasi. Dan bila kalian mencoba melawan revolusi proletariat kami, kami akan menindas kalian tanpa belas kasihan. Kami akan merampas semua hak kalian; lebih dari itu, kami tidak akan memberimu roti, karena di dalam republik proletar kami kaum pengeksploitasi tidak akan memiliki hak-hak, mereka tidak akan diberi api dan air, karena kami adalah kaum sosialis yang sesungguh-sungguhnya, dan bukan sosialis seperti Scheidemann dan Kautsky.

Inilah yang telah “kami”, kaum Marxis revolusioner, katakan, dan akan katakan – dan inilah mengapa rakyat tertindas akan mendukung kami dan akan bersama kami, sementara orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky akan tersapu ke dalam kubangan pengkhianat.


Catatan

[1] Pemberontakan Kornilov merujuk pada konspirasi kontra-revolusioner dari kaum borjuasi Rusia pada Agustus 1917. Jendral Tsaris Kornilov memimpin para konspirator ini. Bersandar pada perwira-perwira tinggi, mereka merencanakan untuk menggunakan kadet-kadet dan unit-unit Cossack untuk merebut Petrograd, menghancurkan Partai Bolshevik, membubarkan Soviet-soviet dan mencanangkan kediktatoran militer di Rusia. Kaum buruh Petrograd dan para tentara dan kelasi revolusioner bangkit merespon seruan dari Komite Pusat Partai Bolshevik dan menghancurkan usaha kudeta Kornilov. Tekanan rakyat memaksa Pemerintahan Provisional untuk memerintahkan penangkapan Kornilov dan kolega-koleganya dan menyeret mereka ke pengadilan. Dengan ini, usaha dari kaum borjuasi dan tuan tanah untuk meremukkan revolusi gagal. Setelah kekalahan pemberontakan Kornilov, kaum Bolshevik meraih lebih banyak pengaruh di antara rakyat. Pengaruh Bolshevik mulai meluas di Soviet. Mereka sekali lagi mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!”

[2] Pethruska adalah seorang hamba di novel “The Dead Souls” karya Gogol. Dia hanya dapat membaca suku kata dan sangat menyukai membaca, namun tidak pernah berhenti sejenak untuk memikirkan isi dari buku yang dia baca.

[3] Ini merujuk pada karakter Judas Golovlyov, seorang tuan tanah feodal yang munafik dan pura-pura suci di novel “The Golovlyov Family” oleh Saltykov-Shchedrin.

[4] Boris Savinkov (1879-1925) adalah salah seorang pemimpin Partai Sosialis-Revolusioner. Pada 1917, dia menjabat sebagai asisten Menteri Peperangan dari Pemerintahan Provisional. Dia lalu dipecat dari Partai Sosialis-Revolusioner karena keterlibatannya dalam usaha kudeta Jenderal Kornilov pada September 1917. Setelah Revolusi Oktober meledak, Savinkov mengorganisir sejumlah pemberontakan bersenjata melawan Bolshevik. Pada 1920 dia mengasing ke Prancis di mana dia terus mengorganisir usaha kontra-revolusi terhadap Soviet. Pada 1924 dia ditangkap di Rusia ketika sedang mencoba menghubungi mata-mata. Dia lalu mati di penjara pada 1925. 

[6] Lieberdan adalah julukan untuk dua pemimpin Menshevik, Lieber dan Dan, dan para pendukung mereka.

[7] “Aktivis” – sekelompok Menshevik yang meluncurkan perjuangan bersenjata untuk melawan rejim Soviet dan Partai Bolshevik setelah Revolusi Oktober. Mereka bergabung dengan berbagai organisasi kontra-revolusioner rahasia, mendukung Kornilov, Kaledin dan borjuis nasionalis di Ukraina, Rada, secara aktif terlibat di dalam pemberontakan Tentara Putih di Ceko dan membentuk front bersama dengan negeri-negeri imperialis asing. Pada 1918, dengan dalih mendiskusikan situasi pangan, para “aktivis” ini, yang didukung oleh Partai Menshevik, menyelenggarakan sejumlah konferensi ‘buruh” dan perwakilan mereka yang menuntut dibubarkannya Soviet-soviet.

[8] Saya baru saja membaca sebuah artikel utama di koran Frankfurter Zeitung (No. 293, 22 Oktober 1918), yang secara antusias memberikan ringkasan dari pamflet Kautsky. Koran bursa saham ini merasa puas. Dan tidak mengherankan! Dan seorang kamerad menulis kepada saya dari Berlin bahwa koran Vorwärts, yakni korannya para pendukung Scheidemann, telah menyatakan di sebuah artikel khusus bahwa mereka setuju dengan setiap baris yang ditulis oleh Kautsky. Sungguh ucapan selamat yang hangat!  – Lenin