KEPADA KAUM MISKIN DESA

V.I. Lenin (1902)


II

APA YANG DIKEHENDAKI KAUM SOSIAL-DEMOKRAT?

Kaum Sosial-Demokrat Rusia pertama-tama berjuang untuk memperoleh kebebasan politik . Mereka membutuhkan kebebasan justru untuk mempersatukan kaum buruh Rusia secara luas serta terbuka dalam perjuangan untuk susunan masyarakat yang baru dan lebih baik, masyarakat Sosialis.

Apa kebebasan politik itu?

Untuk memahami ini si-tani lebih dulu harus memperbandingkan keadaan bebasnya sekarang dengan perhambaan. Di bawah sistim perhambaan si tani tak dapat kawin tanpa izin si tuan tanah. Kini si tani  bebas kawin tanpa izin siapapun juga. Di bawah sistim perhambaan si tani pasti harus bekerja  untuk tuan tanah pada hari apa saja yang telah ditetapkan oleh juru milik si tuan tanah. Kini si tani bebas memilih, untuk majikan mana, pada hari apa, dan untuk upah berapa dia bekerja. Di bawah sistim penghambaan si tani samasekali tak dapat meninggalkan desanya tanpa izin tuan tanah. Sedangkan kini si tani bebas pergi ke mana saja dia suka, jika komune desa memperkenankan dia pergi,  jika dia tidak mempunyai tunggakan pajak, jika dia bisa mendapat surat pas, dan jika gubernur atau polisi tidak melarang dia pindah tempat kediaman. Jadi, kinipun si tani tidak mempunayi kebebasan penuh untuk pergi ke mana dia suka, dia tidak menikmati kebebasan gerak yang penuh, si tani masih tetap merupakan setengah hamba. Nanti akan kami jelaskan secara terperinci mengapa si tani Rusia masih tetap merupakan setengah hamba dan bagaimana dia dapat keluar dari keadaan itu.

Di bawah sistim penghambaan si tani tidak berhak untuk mendapatkan harta tanpa izin tuan tanah, dia tak boleh membeli tanah. Kini si tani bebas mendapatkan harta  macam apapun juga (tetapi kinipun dia tidak mempunyai kebebasan penuh untuk meninggalkan komune desa, kebebasan penuh untuk mengatur tanahnya menurut sukanya). Di bawah sistim penghambaan si tani dapat dicambuk atas perintah tuan tanah. Kini si tani tak dapat dicambuk atas perintah tuan tanah, meskipun sampai sekarang dia masih mudah kena hukuman badan.

Kebebasan ini disebut kebebasan sipil –kebebasan dalam urusan-urusan keluarga, dalam urusan-urusan pribadi, dalam urusan-urusan mengenai mengenai harta mili. Si tani dan si buruh bebas (meskipun tidak sepenuhnya) mengatur hidup keluarga mereka dan urusan-urusan pribadi mereka, mengatur kerja (memilih majikan mereka) dan mengatur harta-milik mereka.

Tetapi baik kaum buruh Rusia maupun Rakyat Rusia dalam keseluruhannya sampai sekarang belum bebas mengatur urusan-urusan umum  mereka. Semua Rakyat dalam keseluruhannya tetap tinggal hamba kaum birokrat, persis seperti petani-petani dulu adalah hamba tuan tanah. Rakyat Rusia tidak berhak memilih penjabat-penjabat mereka, tidak berhak memilih wakil-wakil mereka yang membuat undang-undang bagi seluruh negeri. Rakyat Rusia bahkan tidak berhak menyelenggarakan rapat-rapat untuk membahas urusan-urusan negara. Kita bahkan tak boleh mencetak suratkabar-suratkabar dan buku-buku, kita bahkan tak dapat berbicara di muka semua orang dan bagi semua orang tentang hal-hal mengenai seluruh negara tanpa izin penjabat-penjabat yang telah ditempatkan di atas kita tanpa persetujuan kita, persis seperti tuan tanah  pada masa yang lalu mengangkat juru-miliknya tanpa persetujuan petani-petani!

Persis seperti petani-petani dulu merupakan budak-budak tuan tanah-tuan tanah, begitu pulalah Rakyat Rusia masih tetap merupakan budak birokrasi. Persis seperti petani-petani di bawah sistim perhambaan dulu tidak mempunyai kebebasan sipil, demikin pulalah Rakyat Rusia masih belum mempunyai kebebasan politik. Kebebasan politik berarti kebebasan Rakyat mengatur urusan-urusan umu, urusan-urusan negara mereka. Kebebasan politik berarti hak Rakyat memilih wakil-wakil (utusan-utusan) mereka untuk Duma Negara [*2] (parlenem). Semua undang-undang semestinya dibahas serta diumumkan, semua pajak serta cukai semestinya ditetapkan hanya oleh satu Duma Negara (parlemen) yang dipilih oleh Rakyat itu sendiri. Kebebasan politik berarti hak Rakyat untuk memilih sendiri semua penjabat mereka, menyelenggarakan segala macam rapat untuk membahas semua urusan negara, menerbitkan suratkabar-suratkabar dan buku-buku apa saja yang mereka sukai tanpa harus minta izin apapun.

Semua Rakyat Eropa lainnya sudah lama memenangkan kebebasan politik bagi diri mereka sendiri. Hanya di Turki dan Rusia sajalah Rakyat masih dalam perbudakan politik oleh pemerintah Sultan dan oleh pemerintah otokrasi tsar. Otokrasi tsar berarti kekuasaan yang tak terbatas dari tsar. Rakyat samasekali tidak ikut serta dalam mengatur negara dan dalam pemerintah negara. Semua undang-undang dibuat dan semua penjabat diangkat oleh tsar sendiri, oleh kewenangan pribadinya yang tak terbatas, yang otokratis. Tetapi,  sudah barang tentu, tsar bahkan tidak dapat tahu akan semua undang-undang dan semua penjabat-penjabat Rusia. Tsar bahkan tak dapat tahu akan apa yang sedang terjadi di dalam negeri. Tsar hanya mensyahkan kehendak beberapa puluh penjabat yang terbesar dan paling tinggi kebangsawanannya. Bagaimanapun juga besar kehendaknya, satu orang  tidaklah dapat memerintah sebuah negeri yang maha luas seperti Rusia. Bukanlah tsar yang memerintah Rusia – orang hanya bisa berbicara tentang pemerintahan otokrasi, pemerintahan satu orang! – Rusia diperintah oleh segenggam kecil penjabat yang terkaya dan paling tinggi kebangsawananny. Tsar hanya kenal akan sesuatu apa yang segenggam orang-orang ini berkenan memberitahuka kepadanya. Tsar sama sekali tidak berkesempatan untuk menentang kehendak segenggam bangsawan tinggi ini: tsar sendiri adalah seorang tuan tanah dan bangsawan; sejak dari masa kanak-kanak betul-betul  dia hidup hanya di kalangan orang-orang bangsawan ini; merekalah yang mengasuh serta mendidiknya; yang diketahuinya tentang Rakyat Rusia dalam keseluruhannya hanyalah apa yang diketahui oleh tuan-tuan bangsawan ini, tuan tanah-tuan tanah yang kaya ini dan beberapa orang saja dari pedagang-pedagang yang paling kaya, yang diterima dalam istana tsar.

Di setiap kantor administrasi Wolost(3) orang akan mendapati gambar yang itu-itu juga  yang tergantung pada dinding; gambar itu melukiskan tsar (Alexander III, bapak tsar yang sekarang) yang berbicara kepada kepala-kepala Wolost yang telah datang pada penobatannya. Tsar memerintahkan kepada mereka: “Turutilah perintah kepala-kepala kaum bangsawan!”(4)  Dan tsar yang sekarang, Nikolai II, telah mengulangi kata-kata itu juga. Jadi, tsar-tsar sendiri mengakui bahwa mereka dapat memerintah negara hanya dengan bantuan kaum bangsawan dan melalui kaum bangsawan. Kita harus ingat betul-betul kata-kata harus menuruti perintah kaum bangsawan. Kita harus mengerti jelas betapa bohongnya omongan kepada Rakyat dari orang-orang yang mencoba mengemukakan bahwa pemerintah tsar adalah bentuk pemerintahan yang terbaik. Di negeri-negeri lain – kata orang-oreang itu – pemerintah dipilih; tetapi kaum kayalah yang dipilih, dan mereka memerintah dengan tak adil serta menindas kaum miskin. Sedangkan di Rusia, pemerintah tidak dipilih; tsar yang otokratis memerintah seluruh negeri. Tsar berdiri di atas semua orang, kaya dan miskin. Tsar, katanya, bersikap sama-sama adil terhadap semua orang, miskin maupun kaya.

Omongan sedemikian itu hanyalah kemunafikan belaka. Setiap orang Rusia tahu akan macam keadilan yang diberikan oleh pemerintah kita. Setiap orang tahu apakah seorang buruh biasa atau seorang buruh-tani di negeri kita dapat menjadi seorang anggota Dewan Negara.Akan tetapi di semua negeri Eropa liannya kaum buruh pabrik dan kaum buruh-tani pernah dipilih untuk Duma Negara (parlemen); dan mereka berbicara dengan bebas kepada semua orang tentang kehidupan yang sengasara dari kaum buruh, dan berseru kepada kaum buruh supaya bersatu dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.  Dan tak seorangpun berani memberhentikan pidato-pidato dari wakil-wakil Rakyat ini, tak seorang polisipun berani menjamah mereka.

Di Rusia tidak ada pemerintah yang dipilih, dan yang memerintah bukan saja mereka yang kaya serta orang-orang bangsawan, tetapi juga yang terjahat dari orang-orang ini. Yang memerintah yalah tukang-tukang intrig yang paling ahli di dalam istana tsar, tukangtusuk-tukangtusuk yang paling licik, orang-orang yang membawa kebohongan-kebohongan serta fitnah-fitnah kepada tsar yang mengambil muka serta menjilatnya. Mereka memerintah secara rahasia; Rakyat tidak tahu dan tidak bisa mengetahui undang-undang apa yang sedang dirancang, peperangan apa yang sedang dieramkan, pajak-pajak baru apa yang sedang dijalankan, penjabat-penjabat mana yang mendapat anugerah dan untuk jasa-jasa apa, dan penjabat-penjabat mana yang dipecat [*3]. Di negeri manapun tak ada jumlah amtenar yang begitu besar seperti di Rusia. Dan amtenar-amtenar ini menjulang tinggi di atas Rakyat yang tak bersuara bagaikan hutan gelap – seorang pekerja biasa tak pernah dapat menembus hutan ini, tak akan bisa mendapat keadilan. Tak ada satu pengaduanpun  terhadap para penjabat karena korupsi, perampokan atau tindakan kekerasannya, yang pernah terbongkar; setiap pengaduan dijadikan tidak berarti apa-apa oleh peng-undur-unduran birokrasi resmi. Suara seorang yang terpencil tak pernah sampai pada seluruh Rakyat, melainkan hilang dalam rimba yang gelap ini, dicekik dalam kamar-siksa polisi. Suatu balatentara para amtenar, yang tak pernah dipilih Rakyat dan yang tak bertanggung-jawab kepada Rakyat, telah merajut sebuah jaring yang tebal, dan manusia menggelepar-gelepar dalam jaring ini seperti lalat [*4].

Otokrasi tsar adalah suatu otokrasi dari amtenar-amtenar. Otokrasi tsar berarti ketergantungan Rakyat secara perhambaan pada amtenar-amtenar dan terutama pada polisi. Otokrasi tsar adalah otokrasi polisi.

Itulah sebabnya maka kaum buruh keluar ke jalan-jalan dengan panji-panji yang bertuliskan :”Enyahlah otokrasi!” “Hidup kebebasan politik!” Itulah sebabnya maka puluhan juta  kaum miskin desa harus juga menyokong dan menyambut seruan bertempur dari kaum buruh kota ini. Seperti mereka, kaum buruh-tani serta kaum tani-miskin dengan tidak menjadi gentar karena pengejaran, tak takut pada ancaman-ancaman serta tindakan kekerasan musuh yang mana saja, dan tak bingung karena  kekalahan-kekalahan pertama, harus maju tampil ke depan untuk perjuangan yang menentukan demi kebebasan seluruh Rakyat Rusia dan menuntut pertama-tama pemanggilan bersidang wakil-wakil Rakyat. Biarlah Rakyat sendiri di seluruh Rusia memilih wakil-wakil (utusan-utusan) mereka. Biarlah wakil-wakil itu membentuk sebuah majelis tertinggi, yang akan menegakkan pemerintahan pilihan di Rusia, membebaskan Rakyat dari ketergantungan perhambaan pada amtenar-amtenar dan polisi, menjamin bagi Rakyat hak bebas berapat, bebas berbicara dan mempunyai pers yang bebas!

Itulah yang pertama-tama dikehendaki kaum Sosial-Demokrat. Itulah arti tuntutan  mereka yang pertama: tuntutan untuk kebebasan politik [*5].

Kita tahu bahwa kebebasan politik, pemilihan secara bebas untuk Duma Negara (parlemen), kebebasan berapat, kebebasan pers, tak akan sekaligus membebaskan Rakyat pekerja dari kemiskinan serta penindasan. Di dunia bahkan tak ada alat yang dapat membebaskan kaum miskin kota dan desa dengan sekaligus dari beban bekerja untuk kaum kaya. Rakyat pekerja tak mempunyai seorangpun untuk menaruhkan harapan-harapan mereka padanya dan tak seorangpun yang dapat diandalkannya kecuali diri mereka sendiri. Siapapun juga tidak akan membebaskan si-buruh dari kemiskinan jika dia tidak membebaskan dirinya sendiri. Dan untuk membebasakan diri mereka sendiri  kaum buruh seluruh negeri, seluruh Rusia, harus bersatu dalam satu serikat, dalam satu partai. Tetapi jutaan kaum buruh tak dapat bersatu ketika  pemerintah otokrasi polisi melarang segala macam rapat, segala macam suratkabar kaum buruh, dan memilih wakil-wakil buruh apa saja. Untuk bersatu mereka harus mempunyai hak untuk membentuk serikat-serikat dari segala macam, mereka  harus mempunyai kebebasan untuk bersatu, mereka harus mempunyai hak kebebasan politik.

Kebebasan politik tidak akan sertamerta membebaskan Rakyat pekerja dari kemiskinan, tetapi ia akan memberikan suatu senjata kepada kaum buruh untuk melawan kemiskinan. Tak ada cara lain dan tidak mungkin ada cara lain untuk melawan kemiskinan kecuali penyatuan kaum buruh itu sendiri.  Tetapi jutaan Rakyat tak dapat bersatu jika tak ada kebebasan politik.

Di semua negeri Eropa, di mana Rakyat telah memperoleh kebebasan politik, kaum buruh sudah mulai bersatu sejak lama. Di seluruh Eropa, kaum buruh yang tidak memiliki baik tanah, maupun bengkel-bengkel, yang bekerja seumur hidupnya untuk orang-orang lain untuk upah, dinamakan kaum proletar. Lebih lima puluh tahun yang lalu  telah diperdengarkan seruan bagi Rakyat pekerja supaya bersatu. “ Kaum proletar semua negeri, bersatulah” – selama lima puluh tahun yang lalu kata-kata ini  sudah didengungkan dan menggema di seluruh dunia, kata-kata itu diulangi dalam puluhan dan ratusan ribu rapat kaum buruh, dapat dibaca dalam jutaan brosur serta suratkabar Sosial-Demokrat dalam semua dan segala macam bahasa.

Sudah barang tentu, mempersatukan jutaan kaum buruh dalam satu serikat, dalam satu partai adalah suatu tugas yang amat sangat sukar; ia menuntut waktu, menuntut ketekadan, keuletan serat keberanian. Kaum buruh ditindih oleh kemelaratan dan kemiskinan, dimatikan rasa mereka oleh kerja berat yang tak habis-habisnya untuk kaum kapitalis dan kaum tuan tanah; seringkali kaum buruh bahkan tak mempunyai waktu untuk berfikir apa sebabnya mereka tetap menjadi orang-orang miskin selama-lamanya, atau bagaimana supaya bebas dari kemiskinan ini. Segala-galanya dilakukan untuk mencegah kaum buruh menjadi bersatu; atau dengan jalan kekerasan secara langsung dan luas, seperti di negeri-negeri semacma Rusia di mana tak ada kebebasan politik, atau dengan menolak memperkerjakan  kaum buruh yang mengkhotbahkan ajaran Sosialisme, atau, akhirnya , dengan jalan tipudaya serta pengkorupan. Tetapi tak ada kekerasan, tak ada pengejaran yang dapat menahan kaum buruh proletar berjuang  untuk tujuan agung membebaskan seluruh Rakyat pekerja dari  kemiskinan serta penindasan. Jumlah kaum buruh Sosial-Demokrat  terus menerus bertambah besar. Ambillah negeri tetangga kita, Jerman; di sana mereka mempunyai pemerintah yang dipilih. Dulu di Jerman juga terdapat pemerintah monarki otokratis yang tak terbatas. Tetapi sudah lama, lebih dari lima puluh tahun yang lalu, Rakyat Jerman telah menghancurkan otokrasi serta memperoleh kebebasan politik dengan kekerasan. Di Jerman undang-undang tidak dibuat oleh beberapa gelintir amtenar, seperti di Rusia, tetapi oleh suatu majelis wakil-wakil Rakyat, oleh suatu parlemen, oleh  Reichstag, sebagaimana orang-orang Jerman menamakannya. Semua orang laki-laki yang sudah dewasa ambil bagian dalam memilih wakil-wakil untuk majelis ini. Ini memungkinkan orang menghitung berapa suara yang diberikan kepada kaun Sosial-Demokrat. Dalam tahun 1887 sepersepuluh  dari semua suara diberikan kepada kaum Sosial-Demokrat. Dalam tahun 1898 (pada waktu berlangsungnya pemilihan yang terakhir untuk Reichstag Jerman) suara Sosial-Demokrat naik hampir tiga kali. Kali ini lebih dari seperempat  dari semua suara diberikan kepada kaum Sosial-Demokrat.  Lebih dari dua juta orang laki-laki dewasa memilih calon-calon Sosial-Denokrat  untuk parlemen [*6]. Sosialisme belum merata-luas di kalangan kaum buruh-tani Jerman, tetapi sekarang sedang mencapai kejuan yang terutama cepat sekali di kalangan mereka. Dan apabila massa buruh-tani, buruh-tani harian, dan kaum tani miskin, bersatu dengan saudara-saudara mereka di kota-kota, maka kaum buruh Jerman akan menang dan akan menciptakan tata aturan-tata aturan di mana kaum pekerja tak akan menderita kemiskinan ataupun penindasan.

Dengan jalan apakah kaum buruh Sosial-Demokrat hendak membebaskan Rakyat dari kemiskinan?

Untuk mengetahui ini,  orang harus mengerti dengan jelas sebab-musabab kemiskinan massa Rakyat yang mahaluas di bawah tata aturan masyarakat yang sekatang. Kota-kota kaya sedang tumbuh, toko-toko serta rumah-rumah yang mewah-mewah sedang didirikan, jalan-jalan keretaapi sedang dibangun,  segala macam mesin serta penyempurnaan sedang ditrapkan dalam industri, maupun dalam pertanian, tetapi jutaan Rakyat tetap dalam kemiskinan, terus bekerja seumur hidupnya hany untuk memberikan nafkah yang cukup untuk hidup saja bagi keluarga-keluarga mereka. Itu belum semuanya: kian lama kian banyak orang yang menjadi penganggur. Baik di kota maupun di desa  makin banyak orang yang samasekali tidak bisa mendapat pekerjaan apapun juga. Di desa-desa mereka kelaparan, di kota-kota mereka membesarkan barisan-barisan “orang-orang gelandangan” dan “orang-orang kere”, mereka menemukan tempat berlindung seperti binatang dalam gubuk-gubuk di  dalam  tanah di pinggir-pinggir kota, atau di kampung-kampung  kotor dan gudang-gudang di bawah tanah yang mengerikan, seperti yang di Pasar Chitrov di Moskwa.

Bagaimanakah dapat begitu? Kekayaan serta kemewahan meningkat, namun jutaan dan berjuta-juta orang yang dengan kerja mereka menciptzkzn segala kekayaan ini tetap dalam kemiskinan dan kekurangan? Petani-petani mati kelaparan, kaum buruh berkeliaran menganggur, namun saudarag-saudagar mengekspor jutaan pud gandum dari Rusia ke negeri-negeri lain, pabrik-pabrik dan kilang-kilang ditutup karena barang-barang tak dapat dijual, tak ada pasar bagi barang-barang itu?

Sebab dari kesemuanya ini, pertama-tama, yalah bahwa bagian amat besar dari tanah, dan juga pabrik-pabrik, mesin-mesin, gedung-gedung, kapal-kapal, dan lain-lainnya, adalah kepunyaan sejumlah kecil orang-orang kaya. Puluhan juta orang bekerja di atas tanah ini dan dalam pabrik-pabrik serta bengkel-bengkel itu, tetapi semuanya itu dimiliki  oleh beberapa ribu atau puluhan ribu orang kaya, tuan tanah, saudagar dan pemilik-pabrik. Orang-orang bekerja untuk orang-orang kaya tersebut untuk mendapatkan uang sewa, upah, satu potong roti. Semua yang dihasilkan lebih dan di luar apa yang dibutuhkan untuk memberikan nafkah yang cukup untuk hidup saja bagi kaum buruh, semuanya itu jatuh pada tangan pemilik-pemilik kaya; semuanya itu adalah laba mereka, “penghasilan” mereka. Segala keuntungan yang berasal dari penggunaan mesin-mesin serta dari penyempurnaan-penyempurnaan dalam  cara-cara kerja jatuh pada tuan tanah-tuan tanah dan kaum kapitalis: mereka menimbun kekayaan yang tak tepermanai sedang kaum buruh hanya memperoleh remah-remah yang hina dari kekayaan ini. Kaum buruh dikumpulkan untuk bekerja; di perkebunan-perkebunan besar dan dalam pabrik-pabrik yang besar dipekerjakan beberapa ratus dan kadang-kadang malah beberapa ribu kaum buruh. Apabila kerja dipersatukan begini, dan apabila dipergunakan mesin-mesin yang sangat bermacam-macam, maka kerja itu menjadi lebih produktif; seorang buruh menghasilkan lebih banyak daripada puluhan buruh yang dulu bekerja sendiri-sendiri dan tanpa bantuan mesin-mesin apapun. Tetapi keuntungan-keuntungan dari kerja yang lebih menghasilkan, yang lebih produktif ini tidak jatuh pada semua kaum pekerja, tetapi pada sejumlah amat kecil tuan tanah-tuan tanah besar, pedagang-pedagang dan pemilik-pemilik pabrik.

Orang sering mendengar bahwa katanya tuan tanah-tuan tanah dan saudagar-saudagar itu “memberi pekerjaan” bagi Rakyat, bahwa mereka “memberi” nafkah abagi kaum miskin. Katnya, misalnya, bahwa sebuah pabrik atau perusahaan seorang  tuan tanah tetangga “memberi hidup” pada petani-petani setempat. Akan tetapi, sebenarnya, kaum buruh dengan kerja mereka memberi hidup pada diri mereka sendiri dan juga pada semua yang tidak bekerja. Tetapi untuk izin bekerja di atas tanah tuan tanah, di dalam sebuah pabrik, atau pada kereta api, si buruh memberikan kepada si pemilik semua yang dihasilkan dengan cuma-cuma, sedang si buruh itu sendiri memperoleh hanya cukup untuk hidup saja.  Jadi sebenarnya, bukanlah tuan tanah-tuan tanah dan saudagar-saudagar yang memberi pekerjaan kepada kaum buruh, melainkan kaum buruhlah yang dengan kerja mereka memberi hidup pada setiap orang, menyerahkan bagian terbesar dari hasil-hasil  kerja mereka dengan cuma-cuma.   

Selanjutnya. Di semua negeri  modern kemiskinan Rakyat itu adalah karena kenyataan bahwa kaum pekerja menghasilkan segala macam barang untuk dijual, untuk pasar. Pemilik pabrik dan tukang, tuan tanah serta petani kaya menghasilkan barnga-barang ini atau itu, memelihara ternak, menanam serta memaneni padi-padian untuk dijual, untuk mendapatkan uang.  Di mana-mana uang telah menjadi kekuatan yang utama. Semua dan segala macam barang yang dihasilkan oleh kerja manusia dipertukarkan untuk uang. Dengan uang orang dapat membeli apa saja yang dikehendaki. Dengan uang orang dapat membeli manusiapun, artinya, memaksa orang yang tidak memiliki apa-apa bekerja untuk orang lain yang mempunyai uang. Dulunya, tanah yang merupakan kekuatan yang utama – begitulah halnya di bawah sistim penghambaan; barang siapa memiliki tanah ia memiliki kekuatan serta kekuasaan. Akan tetapi kini uang, kapitallah yang menjadi kekuatan utama. Dengan uang orang dapat membeli tanah sebanyak yang dia suka. Tanpa uang orang tak akan dapat berbuat banyak biarpun dia mempunyai tanah: orang harus mempunyai uang untuk membeli sebuah bajak atau perkakas lainnya, untuk membeli ternak, membeli pakaian dan barang-barang bikinan-kota lainnya,  apalagi untuk membayar pajak. Karena untuk uang hampir semua tuan tanah telah menghipotikkan tanah mereka kepada bank-bank. Untuk memperoleh uang pemerintah meminjam kepada orang-orang kaya dan bankir-bankir di seluruh dunia, dan setiap tahunnya membayar ratusan juta rubel sebagai bunga dari pinjaman-pinjaman itu.

Karena uang kini setiap orang melakukan perang yang sengit terhadap setiap orang lainnya. Masing-masing berusaha membeli murah dan menjual mahal, masing-masing berusaha menyaingi yang lain, berusaha menjula lebih banyak barang-barang, menjatuhkan harga, menyembunyikan dari yang lain pasar yang memberi laba atau kontrak yang menguntungkan. Dalam perebutan umum untuk uang ini orang-orang kecil,  tukang-tukang kecil atau petani-petani kecil, berada di dalam keadaan yang lebih buruk dari semuanya: mereka selalu kalah disaingi oleh saudagar besar atau petani kaya. Mereka itu tak pernah mempunyai serap apapun juga; mereka hidup dari tangan ke mulut; sekali saja mendapat kesukaran, sekali saja mendapat kecelakaan, mereka sudah terpaksa menggadaikan harta bendanya yang penghabisan dan menjual hewan penarinya dengan harga yang tiada berarti. Sekali mereka jatuh ke dalam cengkeraman seorang kulak(5) atau seorang lintah darat, maka jarang sekali mereka berhasil meloloskan diri dari cengkeraman itu dan dalam kebanyakan hal menjadi bangkrut samasekali. Setiap tahun puluhan dan ratusan ribu petani dan tukang-tukang kecil mengunci pondok-pondok mereka, menyerahkan tanah pembagian(6) mereka kepada komune desa dan menjadi kaum buruh-upahan, buruh tani, buruh tak ahli, kaum proletar. Tetapi kaum kaya makin bertambah kaya dalam perjuangan  untuk uang itu. Orang kaya menumpuk jutaan dan ratusan juta Rubel dalam bank-bank dan mendapat laba tidak hanya dengan uang mereka sendiri tapi juga dengan uang yang dititipkan dalam bank-bank oleh orang lain.  Orang kecil yang menitipkan puluhan atau beberapa ratus Rubel dalam sebuah bank atau sebuah bank tabungan mendapat bunga sebanyak tiga atau empat kopek untuk setiap Rubel;  tetapi kaum kaya menarik jutaan dari puluhan itu dan menggunakan jutaan tersebut untuk memperluas perputarannya dan mendapat bungan sepuluh atau duapuluh kopek untuk setiap Rubel.

Itulah sebabnya maka kaum buruh Sosial-Demokrat mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri kemiskinan Rakyat yalah merobah tata aturan-tata aturan yang ada dari atas sampai ke bawah, di seluruh negeri, dan mendirikan susunan sosialis: dengan kata-kata lain, mengambil tanah dari pemilik-pemilik tanah besar, mengambil pabrik-pabrik dari pemilik-pemilik pabrik, kapital uang dari bankir-bankir, menghapuskan milik perseorangan mereka dan menyerahkannya kepada seluruh Rakyat pekerja di seluruh negara. Apabila hal ini dilakukan maka kerja kaum buruh sudah tidak akan dipergunakan lagi oleh kaum kaya yang hidup atas kerja orang lain, tetapi oleh kaum buruh itu sendiri dan oleh orang-orang yang mereka pilih. Kalau demikian, maka hasil-hasil kerja bersama dan keuntungan-keuntungan yang dibawa oleh segala penyempurnaan dan mesin-mesin akan menguntungkan semua kaum pekerja, semua kaum buruh. Kekayaan akan bertambah besar dengan lebih cepat lagi sebab,  dengan bekerja untuk diri mereka sendiri, kaum buruh akan bekerja lebih baik daripada jika mereka bekerja untuk kaum kapitalis, hari kerja akan lebih pendek,  taraf hidup kaum buruh akan menjadi lebih tinggi, dan segala keadaan hidup mereka akan berobah sama sekali.

Tetapi mengubah tata aturan yang ada di seluruh negeri bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini menuntut banyak usaha, menuntut suatu perjuangan yang lama dan tekum. Segenap kaum kaya, segenap pemilik harta, segenap burjuasi [*7] akan mempertahankan kekayaan mereka dengan sekuat tenaga mereka. Para amtenar dan tentara akan bangkit membela seluruh  klas kaya, sebab pemerintah itu sendiri berada dalam tangan klas kaya. Kaum buruh harus berpadu sebagai satu orang untuk berjuang menentang semua orang yang hidup atas kerja orang lian; kaum buruh sendiri harus bersatu dan membantu mempersatukan semua yang takbermilik dalam satu klas buruh, dalam satu klas proletariat. Bagi klas buruh perjuangan itu tak akan mudah, tetapi perjuangan itu pasti akan berakhir dengan kemenangan kaum buruh, sebab burjuasi, yaitu orang-orang yang hidup atas kerja orang lain, adalah suatu minoritas yang samasekali tak berarti dari penduduk. Sedang klas buruh merupakan mayoritas Rakyat yang mahabesar. Kaum buruh menentang pemilik-pemilik harta berarti jutaan menentang ribuan.

Dan kaum buruh di Rusia sudah mulai bersatu untuk perjuangan  besar ini di dalam satu Partai Buruh Sosial-Demokrat. Kendatipun sulit untuk bersatu secara rahasia, bersembunyi-sembunyi dari polisi, namun, penyatuan itu sedang makin tumbuh dan menjadi kuat. Dan apabila Rakyat Rusia sudah memperoleh kebebasan politik, maka urusan penyatuan klas buruh, urusan  Sosialisme, akan maju dengan jauh lebih cepat, lebih cepat daripada kemajuannya di kalangan kaum buruh Jerman.


Catatan:

[*1] Di sini dan selanjutnya dan juga pada halaman-halaman 14, 18 kata-kata “Duma Negara” dalam terbitan tahun 1905 diganti dengan kata-kata “Dewan Perwakilan Rakyat”, -- Red.

[*2] Dalam terbitan tahun 1905, sesudah kata “dipecat” ditambahkan teks berikut:”Siapa yang mengumumkan perang dengan orang-orang Jepang? Pemerintah. Adakah Rakyat ditanya tentang kemauan mereka berperang untuk merebut wilayah Masyuria? Tidak, tidak ditanya karena kepala negara memerintah Rakyat lewat amtenar-amtenarnya. Dan nah, Rakyat, karena dosa pemerintah, telah dibangkrutkan oleh peperangan yang berat itu. Ratusan ribu serdadu-serdadu yang muda telah gugur, keluarga-keluarganya dibangkrutkan, seluruh front Rusia mengalami kemalangan, pasukan-pasukan Rusia diusir dari Mansyuria; peperangan telah menelan lebih dari dua ribu juta Rubel (dua ribu juta Rubel! Kalau dibagi, maka ini sama dengan seratus Rubel untuk setiap dari dua puluh juta keluarga di Rusia). Rakyat tidak memerlukan wilayah Mansyuria. Rakyat tidak mengingini peperangan. Sedang pemerintah kaum birokrat yang memerintah Rakyat menurut kehendaknya sendiri memaksa Rakyat menjalankan peperangan yang memalukan, yang mendatangkan maut dan membangkrutkan itu”,  Red.

[*3] Dalam terbitan tahun 1905, sesudah kata-kata “seperti lalat” ada catatan berikut:” kekuasaan yang tak terbagi dari amtenar-amtenar demikian disebut pemerintahan birokratis, dan semua kaum amtenar dalam keseluruhannya disebut birokrasi”  Red.

[*4] Dalam terbitan tahun 1905 sesudah kata-kata "kebebasan politik" dimasukkan teks sebagai berikut:
  “Pemerintah sudah berjanji memanggil wakil-wakil Rakyat untuk bersidang dalam bentuk Duma Negara. Akan tetapi dengan berkedok janji-janji ini pemerintah sekali lagi menipu Rakyat. Di bawah kedok Duma Negara ia mau memanggil bukan wakil-wakil sejati dari Rakyat, melainkan para amtenar, bangsawan, tuantanah dan pedagang-pedagang yang terpilih khusus. Wakil-wakil Rakyat seharusnya dipilih bebas, sedangkan pemerintah tidak mengijinkan pemilihan bebas, menutup suratkabar-suratkabar kaum buruh, melarang orang berapat dan berkumpul, mengejar Serikat Tani, menangkap dan menjbloskan ke dalam penjara orang-orang yang dipilih oleh kaum tani. Apakah pemilihan dapat  sungguh-sungguh bebas, jika polisi dan penjabat-penjabat Zemstwo seperti dulunya terus menganiaya kaum buruh dan kaum tani?

Wakil-wakil Rakyat harus dipilih dari seluruh Rakyat dengan samarata, supaya kaum bangsawan, tuantanah dan pedagang-pedagang jangan memperoleh keunggulan atas  kaum  buruh dan kaum tani.  Bangsawan-bangsawan  dan  pedagang-pedagang, beribu-ribu jumlahnya, sedangkan kaum tani meliputi berjuta-juta. Sedangkan di bawah kedok Duma Negara pemerintah memanggil suatu sidang Dewan untuk mana pemilihan-pemilihan bukan samarata. Pemerintah telah mengadakan pemilihan-pemilihan yang begitu licin sehingga bangsawan-bangsawan dan pedagang-pedagang akan mendudki hampir semua kursi di Duma itu, sedangkan kaum buruh dan kaum tani akan tidak mempunyai bahkan satu wakil di antara sepuluh mereka yang akan duduk di sana. Duma ini adalah Duma palsu. Itu adalah Duma polisi. Itu adalah Duma amtenar-amtenar dan bangsawan-bangsawan. Untuk Dewan Perwakilan Rakyat yang sejati diperlukan pemilihan-pemilihan di kalangan seluruh Rakyat dengan samarata. Itulah sebanya kaum buruh Sosial-Demokrat menyatakan: Enyahlah Duma! Enyahlah Dewan yang di buat-buat! Kami membutuhkan Konstituante seluruh Rakyat dan bukan kaum bangsawan dan pedagang-pedagang! Kami butuhkan Konstituante seluruh Rakyat supaya bukan kaum amtenar berkuasa atas Rakyat melainkan Rakyatlah menjadi berkuasa penuh atas kaum amtenar!” Red.

[*5] Dalam terbitan tahun 1905, sesudah kata “parlemen” dimasukkan teks sebagai berikut:”Dalam tahun 1903 tiga juta orang laki-laki sewasa memilih calon-calon Sosial-Demokrat” Red.

[*6] Burjuis berarti seorang pemilik harta. Burjuasi ada semua pemilik-harta diambil keseluruhannya. Seorang burjuis besar berarti pemilik harta besar. Seorang burjuis kecil berarti seorang pemilik harta kecil. Kata-kata burjuasi dan proletariat berarti kaum pemilik harta dan kaum buruh, kaum kaya dan kaum miskin, atau orang-orang yang hidup atas kerja orang lain dan orang-orang yang bekerja untuk orang lain untuk upah.


BAB I: PERJUANGAN KAUM BURUH KOTA BAB III: KEKAYAAN DAN KEMISKINAN, PEMILIK HARTA DAN KAUM BURUH DI DESA